Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa : Bangunan Limasan

by pamongbudaya|| 21 Juni 2021 || || 24.005 kali

...

Bangunan limasan, menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa  merupakan pengembangan dari bangunan dengan bentuk joglo.  Dari bangunan berbentuk joglo kemudian berkembang dengan melipatgandakan ukuran baik pada sisi panjang maupun pada sisi pendeknya. Sisi yang panjang kemudian dibagi dalam 3 bagian sedangkan sisi yang pendek tidak dibagi dan tetap dibiarkan. Namanya berubah menjadi gajah-sap yang berarti gajah ganda/rangkap. Gajah adalah sebutan untuk balok kayu yang berada di tengah bangunan joglo. Kata gajah sama artinya dengan liman, maka kemudian istilah ini dikenal dengan nama liman-sap yang kemudian berubah menjadi limasan.

Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, terdapat beberapa ragam/variasi dari bentuk bangunan limasan ini, yaitu :

No.

Sebutan

Ciri-ciri

1

Nom

Tidak ada keterangan

2

Sinom

Memakai takir lumajang serta memakai atap emper berkeliling

3

Kampung bali

Panjang dari blandar (blandar pamanjang) adalah dua kali panjangnya dari pangeret (blandar pangeret/panyelak)

4

Bapangan

Panjang dari blandar (blandar pamanjang) adalah lebih dari dua kali panjangnya pangeret (blandar pangeret/panyelak)

5

Klabang nyander

Blandar pangeret-nya berjumlah lebih dari empat batang

6

Trajumas

Blandar pangeret hanya tiga batang

7

Gajah ngombe

Diberi atap emper hanya pada satu sisi samping saja

8

Gajah mungkur

Satu sisi dari atap brunjung berupa /berbentuk tutup keyong, sedang sisi yang lain dengan atap kejen, tanpa atap emper

9

Pacul gowang

Pada kiri-kanan bangunannya, hanya satu bagian saja yang diberi atap emper

10

Semar tinandhu

Memakai balok pangeret dua batang, tiang penyangga dua batang dan diletakkan di tengah balok pangeret

11

Srotongan

Satu sisi dari brunjung berupa tutup keyong, sedang sisi yang lain dengan atap kejen, tiga sisi diberi atap emper  sedangkan pada satu sisi dengan  tutup keyong dibuat tanpa atap emper

 

Perbedaan bangunan berbentuk limasan ini jika dibandingkan dengan bangunan berbentuk joglo adalah tidak ditemui susunan balok yang disebut tumpang sari. Jadi dalam pembuatan bangunan limasan lebih mudah dan menggunakan kayu lebih sedikit jika dibandingkan dengan bangunan joglo.

Penampang /potongan pada bangunan dengan atap berbentuk limasan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang diambil dari buku Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia yang disusun oleh Jogja Heritage Society.

 

Pada foto yang menyertai tulisan ini tampak bangunan limasan yang ada di daerah Kemantren (Kecamatan) Kraton di Kota Yogyakarta. Apakah bentuk atap yang ada di dalam foto ini termasuk dalam salah satu varian atap limasan menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa seperti tersebut di atas ? (DD)

 

Daftar pustaka :

Anindita, Widya, KRT. dan Djatiningrat, KRT. 2015. Kajian Naskah Kawroeh Kambeng. Yogyakarta : Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia. Jakarta : UNESCO Jakarta.

Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa, Griya Jawa dalam Tradisi Tanpatulisan. Surabaya : PT. Wastu Lanas Grafika.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Pekerjaan Bangunan Pelindung Pada Kegiatan Rehabilitasi Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...


...
"Pre Construction Meeting" pada kegiatan Rehabilitasi Bangunan Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...


...
Pameran Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta