Kajian Monumen dan Tetenger di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Mataram Islam, Kolonial, Revolusi, dan Kontemporer

by Vishnu|| 20 Februari 2023 || || 1.844 kali

...

“Kajian Monumen dan Tetenger di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Mataram Islam, Kolonial, Revolusi, dan Kontemporer”

Penulis

:

Aan Ratmanto, dkk

ISBN

:

(dalam proses)

Sampul

:

Hard cover

Halaman

:

ix + 361 hlm

Ukuran

:

14 x 21 cm

Harga

:

Tidak diperjualbelikan

 

 

Dapat diperoleh di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY

 

 

SINOPSIS

 

Menurut Kuntowijoyo, sejarah mempunyai beberapa manfaat bagi kehidupan manusia di masa sekarang dan  yang akan datang. Salah satu guna sejarah yakni sebagai pendidikan moral. Nilai-nilai dari suatu peristiwa sejarah bisa digunakan sebagai media pembelajaran untuk generasi penerus supaya mereka tidak mengulangi kesalahan- kesalahan pendahulunya sekaligus memetik pelajaran dari masa lalu. Terkait dengan hal ini, pelajaran sejarah nasional, baik yang bertujuan kognitif maupun afektif, harus ditunjang oleh berbagai macam alat peraga dan sarana. Salah satu sarana penunjang yang diharapkan mampu menunjang tercapainya tujuan tersebut adalah ‘monumen perjuangan’. Adanya monumen perjuangan mampu memberikan visualisasi peristiwa kesejarahan dalam konteks waktu dan tempat, sehingga kita diajak untuk menghayati dan memahami hubungan antara peninggalan dan peristiwa sejarah pada situasi atau daerah yang berbeda.

Sebagai daerah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram Islam dan sebagai ibu kota Republik Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sendirinya memiliki ikatan memori tersendiri dalam sejarah nasional. Inilah yang membentuk jalinan memori kolektif bagi para saksi, pelaku sejarah dan masyarakat yang kemudian mencoba kembali memunculkan romantisme dan semangat patriotisme yang telah mereka alami. Romantisme ini kemudian mereka wujudkan dalam bentuk tetenger ataupun monumen sebagai penanda terjadinya persitiwa tertentu. Tujuan dibangunnya tetenger ataupun monumen ini sebagai salah satu bentuk pewarisan narasi sejarah kepada para generasi penerus bangsa. Jadi tetenger dan monumen tersebut sarat akan pesan-pesan moral tentang semangat nasionalisme dan patriotisme dari para pendahulu.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, tetenger dan monumen yang berkaitan dengan periode periode Mataram Islam, Kolonial, Revolusi dan Kontemporer jumlahnya cukup banyak yang tersebar di lima kabupaten/kota. Kemungkinan besar, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah tetenger dan monumen terbanyak se-Indonesia. Akan tetapi, tidak semua tetenger dan monumen tersebut diketahui oleh khalayak ramai. Sebagian besar dari kita mungkin hanya tahu tetenger ataupun monumen-monumen besar saja, semisal Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Bahakan, tentenger peristiwa Jogja Kembali di depan Hotel Inna Garuda pun tak banyak yang mengetahuinya letak dan rupanya, apalagi perihal narasi sejarahnya. Nasib yang lebih menyedihkan dialami oleh tetenger dan monumen di pelosok-pelosok kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang notabene dahulu menjadi tempat gerilya para pejuang Republik. Padahal, tetenger dan monumen-monumen tersebut menjadi bukti betapa heroiknya masyarakat Yogyakarta bersama TNI dalam melawan Belanda. Kondisi serupa pun dialami oleh monumen dan tetenger periode Mataram Islam, Kolonial dan Kontemporer. Berdasarkan latar belakang inilah kajian ini hendak berpijak. Dengan adanya kajian ini, diharapkan tetenger dan monumen-monumen tersebut dapat semakin mengukuhkan predikat Yogyakarta sebagai ‘Kota Budaya’ dan ‘Kota Perjuangan’.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Pameran FOLK:LORE di Galeri Jogja National Museum

by admin || 03 Juni 2015

YOGYAKARTA, TASTEOFJOGJA.COM - Bagi Laksmi Shitaresmi dan Franziska Fennert pulau Jawa adalah rumah besar bagi keduanya yang menampung peradaban tua yang telah dimulai sejak abad ke-8 masehi. Tahun ...


...
Yogyakarta - Bangka Menegakan Kedaulatan Negara, 1948 - 1949

by Vishnu || 10 Februari 2023

Yogyakarta-Bangka Menegakkan Kedaulatan Negara, 1948–1949 Yogyakarta-Bangka Menegakkan Kedaulatan Negara, 1948–1949 Penulis          :  Ali Usman & ...


...
Keistimewaan Yogyakarta Dalam Lintasan Sejarah

by Vishnu || 20 Februari 2023

“Keistimewaan Yogyakarta Dalam Lintasan Sejarah” Penulis : Lilik Suharmaji, dkk ISBN : (dalam proses) Sampul : Hard ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta