Filosofi Maskot



Dewi Wara Srikandi lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada , Raja Negara Cempalareja dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna. Dewi Srikandi bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak, menandakan ia putri bersuara dencing. Bersanggul gede (nama bentuk sanggul). Berjamang dengan garuda membelakang. Sebagian rambut terurai bentuk polos. Berkalung bulan sabit. Berkain dodot putren (pakaian putri dalam kraton).
Srikandi berasal dari dua kata, Sri yang berarti baik dan Kandi yang berarti tempat atau wadah, maka tahap ini dapat diartikan bahwa kita harus bisa menjadikan diri kita penuh dengan kebaikan. Baik sikap, pikiran, maupun tingkah laku. Pada tahap ini dikisahkan Srikandi belajar memanah yang dapat diartikan bahwa untuk bisa bersikap, berpikir, dan berprilaku baik, kita sebagai manusia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal-hal yang perlu dipelajari dalam setiap kejadian yang kita alami, tidak hanya belajar dari teori. Kita harus mampu mengambil hikmah yang baik dari setiap kejadian yang telah kita alami meskipun hal itu tidak mengenakkan. Merguru berarti belajar, manah berarti panah atau bisa juga berarti hati, sehingga kita memang harus melatih dan mempelajari hati kita untuk bisa tepat membidik hikmah-hikmah yang baik dari setiap kejadian yang akhirnya nanti sikap ini secara otomatis akan melekat pada pribadi kita dan hal inilah yang membedakan pribadi kita dahulu yang masih bodoh, kasar, penuh amarah, nafsu angkara murka (yang merupakan sifat dan simbol dari Kurawa) menuju perubahan menjadi pribadi Pandawa.





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta