KRT Wasito Dipuro

by admin|| 06 Maret 2014 || 39.682 kali

...

 

 

Laki-laki kelahiran Yogyakarta 17 Maret 1909 ini adalah empu atau maestro untuk seni karawitan Jawa sebagaimana nama lengkapnya sekarang. Maestro KRT. Wasitodiningrat. Oleh pemerintah Amerika Serikat, nama maestro karawitan ini diabadikan sebagai nama salah satu gugus bintang di antariksa. Karya-karyanya tercatat ada 200 komposis gendhing dari mulai gendhing kenegaraan, iringan tari, dolanan, maupun untuk kepentingan ritual keagamaan.

Jejak keempuanya ditempuh lewat proses yang cukup panjang, yakni sejak usia 5 tahun. Bermula dari bimbingan ayahnya, RW Padmowinangun, yang sehari-harinya mengabdi kepada Puro Pakualam VII sebagai abdi dalem karawitan. Kebetuhan di rumahnya sendiri, Purwanggan, ayahnya memiliki seperangkat gamelan slendro-pelog terbuat dari kuningan. Sementara ibunya adalah panari sekaligus waranggana (vokalis) karawitan di Puro Pakualaman. Dengan perangkat gamelan itulah Wasito mulai mengenal dan belajar seni karawitan. Dan pada saat-saat latihan digelar dirumahnya, ia pun akan mengikutinya. Pada usia yang masih anak-anak ini tepatnya ketika menginjak usia 7 tahun, Wasito pun tekun belajar seni tari bersama dengan kerabat Puro Pakualaman.

Pendidikannya sendiri dimulai dari sekolah islamiyah Puro Pakualam, kemudian melanjutnya ke sekolah umum Taman Siswa yang baru saja dibuka tahun 1922. Di ulang tahunnya yang pertama Taman Siswa menggelar pentas karawitan di mana Wasitodipuro terlihat di dalamnya dengan memainkan clempung.

Minatnya pada seni karawitan nampak cukup besar, lebih-lebih ketika akan digelar konser karawitan oleh semua penabuh dan waranggana kerabat Puro Pakualam termasuk GRM Haryo Suryo Sularso (Pakualam VIII) dalam perayaan Java Institut di Gedung Volksrad Jl. Malioboro tahun 1923. Dalam kesempatan ini Wasito memegang instrumen gender.

Sekalipun suntuk dengan seni karawitan, tari, Wasitodipuro tidak berarti memalingkan diri dari ilmu-ilmu lain. Dipelajarinya ilmu-ilmu sejarah, bahasa, sastra, kesusilaan. Ini ditempuhnya sewaktu menjadi abdi dalem Reh Lebet di Puro Pakualam tahun 1925 dengan nama Wasi Jaladara. Di sela-sela kesibukannya mencerap berbagai bidang keilmuan dan rutinitas sebagai abdi dalem, pada tahun 1927, Wasitodipuro mengajak serta ayah dan rekan-rekannya mendirikan perkumpulan ketoprak Langenswara berpusat di rumahnya, Purwanggan 28. Dia sendiri yang menjadi bintangnya. Dan sejak saat itu Wasito sering muncul memimpin perhelatan kesenian karawitan.

Abdi dalem dijalaninnya hanya tiga tahun karena pada tahun 1928, ia memaksakan diri keluar dan memilih bekerja di pabrik gula Muja-Muju Yogyakarta. Ini pengalaman pertama Wasito bergaul dengan orang asing. Sambi bekerja ia mengambil kursus ambtenar selama 2 tahun dan lulus 1930. Di tempat kerjanya yang baru, toh Wasito tidak lupa pada karawitan. Atas usahanya, berdirilah kemudian perkumpulan karawitan yang beranggotakan para karyawan pabrik. Setahun kemudian, Wasito keluar dari pekerjaannya dan mendaftarkan diri di kantor keuangan Kesultanan Yogyakarta. Tapi Sri Paduka Paku Alam VII tidak berkenan. Dipanggilnya Wasito ke Puro Pakualam dan diserahi pekerjaan di Kantor Administrasi Puro Pakualam dan mulai tahun 1932, ia aktif lagi sebagai abdi dalem dengan pangkat Bekel. Namanya menjadi Raden Bekel Tjokrowasito. Kembalinya Cokrowasito ke Puro Pakualam menjadikan perjalanannya bergelut dengan karawitan menjadi kian jelas dan terarah. Di luar tugas-tugas pekerjaannya sebagai administrasi, ia dapat mencurahkan perhatiannya pada dunia karawitan, sambil mencari pengalaman-pengalaman baru dalam soal garap. Maka pada tahun 1934 didirikanlah perkumpulan karawitan Mardiwiromo. Namanya terus melambung sebagaimana banyaknya permintaan dari berbagai daerah Temanggung, Magelang, Parakan, Wonosobo, Semarang, Rembang, Pati, Surabaya. Lewat MAVRO, radio pemerintah saat itu, gendhing-gendhing garapannya terpancar luas, termasuk pada jaman kolonialisasi Jepang lewat radionya yang bernama Hosyokyoku.

Wawasannya keilmuannya yang luas kiranya justru ikut mematangkan idealismenya pada seni karawitan. Kiprahnya pun tidak tanggung-tanggung.

 

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Nama Seniman, Sastrawan, Dan Budayawan

by admin || 01 April 2012

NAMA SENIMAN, SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2002 1.R.M. Bagong Kussudiardjo, Jl. Singosaren no. 9, Yogyakarta Yogyakarta, 9 Okt 1928, ...


...
Bagong Kussudihardjo

by admin || 01 April 2012

Bagong Kusudiardjo, Lahir di Yogyakarta merupakan sosok kontroversial dunia kesenian Indonesia, khususnya seni tari,  dan seni rupa, seperti Kakeknya yang tidak lain putra HB VII, ia membelot ...


...
Raden Wedono Larassumbogo

by admin || 04 Maret 2014

Raden Wedono Larassumbogo, putra kedua dari R. Sosrosidurejo ini dilahirkan di Kampung Bumijo Yogyakarta  pada tanggal 27 Juli 1884 atau 12 Dulkongidah wawu 1813. Pada masa kecilnya bernama ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta