Agenda Terbaru


LOMBA LUKIS DIY KYOTO 2023

09 September 2023 - 09 September 2023


Workshop & Lomba Komik Kukuruyug #9

13 Agustus 2023 - 14 Agustus 2023



Kompetisi Pendanaan Pembuatan Film 2023

28 April 2023 - 12 Mei 2023


GELAR PENTAS CATUR SAGATRA 2022

22 Juli 2022 - 22 Juli 2022


Mengelola Alam Secara Bijaksana

by admin || 22 Oktober 2015 || 22 Oktober 2015 - 22 Oktober 2015 || 5.283 kali

...

.Dengan senang hati kami mengundang Anda sekalian untuk hadir di Seminar Sesrawung PKKH UGM edisi 5, yang bertajuk “Mengelola Alam Secara Bijaksana Melalui Pengelolaan Hutan, Praktik Kesenian, dan Tradisi Setempat”.

Seminar akan diselenggarakan pada:

Kamis, 22 Oktober 2015
Pukul 13.00-16.00 WIB
Di Hall PKKH UGM, Jln. Pancasila, Bulaksumur, Yogyakarta.


Pembicara:
- Dr. Ahmad Maryudi, M.For., Staf Pengajar Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
- Sitras Anjilin, pemimpin Padepokan Tjipta Boedaja Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Moderator:
Kusen Ali, Direktur Yayasan Umar Kayam

Kisi-kisi Seminar
- Latar Belakang
Alam semesta tersedia bagi umat manusia untuk dimanfaatkan secara bijaksana. Dalam pengertian ini, pemanfaatan sumber daya alam sudah seharusnya mempertimbangkan keseimbangan lingkungan ekologis dan kesinambungan bagi masa depan yang lebih baik untuk umat manusia. Lingkungan alam merupakan perjumpaan beragam manusia dengan beragam kepentingan, terus dipelajari dan dieksplorasi, dengan berbagai pendekatan.
Kajian untuk mempertahankan bahkan mengembangkan kekayaan alam khususnya hutan tropis yang dimiliki Indonesia terus dilakukan dan dikembangkan. Hal ini berkenaan bukan hanya untuk kepentingan riset seperti keberadaan hutan dengan segala rupa dan macam keanekaragaman hayati yang dibutuhkan bagi masa depan kesejahteraan manusia, akan tetapi juga bagi keseimbangan lingkungan hidup dan kelestarian bumi dari kehancuran akibat eksploitasi secara berlebih-lebihan.

Melalui anugerah alam berupa kekayaan keanekaragaman hayati, sesungguhnya nenek moyang bangsa Indonesia secara tradisional telah mengenal kegunaan kekayaan yang dimiliki oleh keragaman di dalam hutan seperti misalnya mengenali kegunaannya sebagai bahan pengobatan, bahan pangan, bahan infrastuktur (kayu sebagai materi bangunan), dan lain sebagainya. Kecenderungan untuk mengkonversi hutan yang beragam menjadi ‘hutan monokultur’ bagi kepentingan ekonomi semata berdampak bukan hanya pada keseimbangan ekologis tetapi juga sekaligus mengancam keseimbangan budaya dan sosial yang telah dilembagakan secara tradisional.

Di satu sisi secara akademik, eksplorasi ini misalnya dikaji oleh ilmu Manajemen Hutan, yang bertujuan untuk menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang mampu melakukan pengelolaan ekosistem hutan yang lestari bagi kesejahteraan rakyat. Kajian mengenai Permakultur, misalnya, belum banyak disosialisasikan di Indonesia khususnya di lingkungan dimana keberadaan keanekaragaman hayati hutan terancam punah dikarenakan motif-motif mengejar keuntungan ekonomi. Desain ekologis yang mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang berbasis pada lokalitas juga menjadi penting sebagai pertimbangannya.

Sementara di sisi partisipasi publik, prakarsa-prakarsa masyarakat yang hidup dan menghidupi hutan berbasis kesenian tradisi lokal terus juga dipelihara dan dikembangkan. Hal ini misalnya yang kita temui pada ritual atau tradisi merawat dan meruwat bumi. Akan tetapi, partisipasi masyarakat secara lokal ini hanya akan berhenti pada suatu kegiatan subsistensi yang kurang berdampak secara luas apabila masyarakat lokal hanya ditempatkan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek yang juga ikut menggerakkan upaya menjaga keanekaragaman hayati. Artinya, inisiatif masyarakat lokal perlu difasilitasikan melalui berbagai macam medium, baik medium kebijakan publik dan juga medium akademik untuk mewacanakan keseimbangan ekologis.

- Rumusan Diskusi
Rumusan diskusi memfokuskan diri pada pembahasan yang didasari oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kajian mengenai manajemen hutan dan permakultur dapat memperkaya wacana publik tentang pentingnya menjaga kelestarian alam?
2. Bagaimana praktek seni budaya yang mengakar pada tradisi dan pengetahuan lokal mengenai tradisi ‘merawat dan meruwat bumi’ dapat disosialisasikan dan mendapatkan representasi pewacanaan yang lebih luas sehingga menjadi kesadaran bersama publik?
3. Bagaimana sinergi antara pengetahuan, praktek dan tradisi budaya yang mempersepsikan lingkungan hutan sebagai ruang kerja dan ruang hidup bersama? 

***
TENTANG SEMINAR SESRAWUNG PKKH UGM 
Kegiatan ini memiliki dua tujuan utama, yakni: 
Secara internal, seminar ini memfasilitasi dan memelihara tradisi lintas disiplin ilmu yang mempertemukan kajian ilmiah-saintifik, sosial-humaniora, dan praktik berkesenian sebagai upaya untuk memperluas dan mengembangkan minat berbasis kajian interdisiplin di dalam lingkungan sivitas akademika UGM.

Secara eksternal, seminar ini memfasilitasi dan mendesiminasikan wacana kebudayaan yang mendekatkan lingkungan akademik dan komunitas seni dan/atau aktivitas kebudayaan dalam rangka melanjutkan misi ideal UGM sebagai Universitas Kerakyatan. Secara spesifik kegiatan ini menjalankan misi persebaran wacana kebudayaan yang lintas kajian ilmu (interdisipliner) dan keragaman praktik berkesenian yang menjadi ruang pertemuan publik.

***
Acara ini terbuka untuk umum dan GRATIS, tanpa perlu mendaftar sebelumnya. Acara akan diupayakan mulai tepat waktu, agar kesempatan untuk berdiskusi bisa maksimal.


Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta