by admin|| 04 Maret 2014 || 27.002 kali
Awal mulanya seorang Bangsa BANI ASIN bernama SYEH MAULANA ACHMAD MATARAM JUMADIL KOBRA yang pertama kali dating ke Pulau Jawa pada tahun : 1299 bersama-sama dengan 3 orang yaitu :
1. Syeh Abul Rachman = seorang Nahkoda
2. Syeh Wahdi = dari Jeddah
3. Patih Mangkuprojo yang setelah naik haji berganti nama : Haji Santang.
Setelah wafat Syeh Maulana Achmad Mataram Jumadil Kobra dimakamkan di Gunung Plawangan ( Turga ) sebelah barat Kaliurang, dan beliau disebut :
KI AGENG MATARAM I ( PERTAMA ).
Sebelum Ki Ageng Pemanahan datang kesitu ( Hutan Menthaok /Tanah Mataram ) , RADEN JOYOPRONO telah datang terlebih dahulu untuk melaksanakan wirayatnya Para Wali, dan selanjutnya Ki Ageng Pemanahan mengadakan tukar-pikiran dengan Raden Joyoprono ( KI AGENG MATARAM II )
KI AGENG PEMANAHAN datang pada tahun EHE 1516 Jawa atau 1586 M.
Ki Ageng Pemanahan bertanya :
“ Apakah Paduka akan bertempat tinggal disini … ? Apakah sudah mendapat izin,
padahal hamba telah mendapat izin dari Sri Sultan Kamidil Alam di Pajang ,
karena hamba telah dapat berhasil membunuh Haryo Penangsang di Jipang
Panolan, sehingga Tanah Mataram dianugerahkan kepada hamba,menjadi atas hak
dan kewajiban hamba “
Raden Joyoprono menjawab :
“ Ha iya.. Jebeng, tetapi Aku tinggal disini sebelum Sri Sultan Kamidil Alam naik
tahta, tentang izin palilah itu, ketahuilah ada 4 (empat) perkara sebagai berikut :
1. HUTAN BELUKAR yang tidak diperintah oleh manusia.
2. TELAGA dan SUMBER AIR.
3. JALAN BESAR dan
4. TANAH YANG DIWAKAFKAN
Bab keempat perkara ini, tidak usah diminta izin kepada siapa saja .. boleh-boleh
Saja. “
Ki Ageng Pemanahan berkata lagi :
“Menurut pendapat Hamba, ada 6 (enam) perkara yang tidak dapat diingkari oleh
siapa saja , diantaranya :
1. Orang yang bertindak zina ( serong ) akan merusak jasmaniah.
2. Tidak ada orang yang menolak kedatangan MALAEKAT MAUT.
3. Kehendak Raja tidak dapat diperhitungkan (diramalkan).
4. Berkumpul dengan orang jahat tidak diharuskan.
5. Orang mencuri milik orang lain tidak akan menjadi kaya.
6. Orang tidak boleh menolak kebaikan dan kebenaran.
Bagi orang hidup yang sudah sempurna budi pekertinya, pasti tidak akan
mendapat kekecewaan segala apa yang diinginkan .”
Jawaban Raden Joyoprono :
“Benar …Jebeng , tetapi apabila engkau dapat menuruti permintaanku , aku
rela dan ikhlas jika tanah disini engkau tempati sampai turun-temurun kepada
semua anak cucumu. “
Ki Ageng Pemanahan unjuk atur lagi :
“Hamba sanggup melaksanakan apa saja kehendak Paduka,asal hamba dapat
melakukan.”
Raden Joyoprono berkata kembali :
“Permintaanku hendaknya engkau sanggup menggendong aku,tidak boleh di
wakili orang lain. Bawalah aku pindah dari sini menuju kearah Tenggara ,
kurang lebih 10 (sepuluh) kali langkah, jika engkau dapat melakukan, segala
permintaanmu akan aku kabulkan .”
Ki Ageng Pemanahan segera menggendong Raden Joyoprono, tetapi baru saja dua langkah Ki Ageng Pemanahan jatuh dan tidak dapat meneruskan lagi.
Ki Ageng Pemanahan unjuk atur lagi :
“Duh Sang Tapa …,hamba tidak sanggup lagi menggendong Paduka, lebih baik
Hamba tidak jadi menempati Tanah Mataram ini dan hamba akan mencari tem
pat yang hamba senangi.”
Raden Joyoprono berkata lagi :
“He..Ki Jebeng Pemanahan, yang pindah aku saja … karena engkau telah dapat
melaksanakan permintaanku, dan engkaulah yang aku izinkan tinggal di Hutan
Menthaok ini ( Mataram).
Dan aku tetap tinggal disini,selanjutnya desa disini aku namakan: JAYAPRANAN
Janjiku sa’turun-turunku dan sa’ turun-turunmu jangan sampai ada yang berpisah,
Engkaulah yang akan melindungi semua “.
Semua permintaan Raden Joyoprono tersebut disanggupi oleh Ki Ageng Pemanahan.
Raden Joyoprono berkata lagi :
“Ini …Jebeng, aku berikan Kitab SALATU SALATIN ciptaan Imam Nawawi ,
Isinya sebagai berikut :
Ketika Sang Prabu Yahman berangkat berburu hatinya merasa kurang senang,kare
na dari pagi sampai sore tidak mendapat hewan apapun, setelah pulang ,ditengah
gerumbul terdengar suara gemersak, selanjurnya Sang Prabu melempar panah ,
setelah didekati Baginda terkejut karena bukan Kijang melainkan orang miskin
yang sedang mencari kayu bakar,ia memakai pakaian kulit menjangan,karena tidak
mampu membeli pakaian dikota.
Baginda merasa kasihan,sebab orang itu terpanah bahunya, lalu memerintahkan
Punggawa untuk membawanya ke Tabib,dan Sang Prabu memberikan uang emas
sebanyak 100 keping.
Setelah sampai dikota Baginda singgah dirumah Pandhita tersohor yang berdekatan
dengan Keraton. Beliau menceritakan pengalamannya bahwa hamper saja Beliau
membunuh orang miskin yang tidak berdosa.
Selanjutnya Baginda bertanya : “Bagaimana caranya agar manusia tidak mendapat ke
kecewaan dan terhindar dari marabahaya……?
Sang Pandhita berkata :
“Jika Baginda tidak ingin mendapat celaka , jangan sekali-kali sering marah-marah,
karena orang sabar itu akan mendapat apa saja yang diinginkan . “
Baginda bersabda : “ Bagaimana caranya menghindari kemarahan itu , selama aku ma
rah-marah pasti tidak dapat memberikan keputusan dan pertimbangan yang adil
dan benar . “
Sang Pandhita lalu menyerahkan surat amplop berjumlah 3 buah dan berkata :
“Apabila Baginda ingin memperdalam dan mempelajari kesabaran,hendaknya keti
ga surat ini disimpan baik-baik, jika terjadi Baginda marah-marah, bacakanlah
surat amplop pertama, kalau belum mereda, dibacakan amplop yang kedua dan se
terusnya sampai amplop yang ketiga.
Baginda harus berjanji dan mentaati terus menerus membaca surat-surat tersebut,
jika Baginda ingin mendapat ketentraman dan kebahagiaan lahir dan bathin.
Pada suatu hari Sang Prabu kambuh suka marah-marah kepada Punggawa yang membawa amplop itu. Punggawa segera memberikan ketiga amplop itu, lalu dibacanya surat itu satu persatu, setelah membaca, Baginda kelihatan senang hatinya dan tidak marah-marah lagi.
Isi Surat itu begini :
1. Bila naik kuda tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya, maka kuda itu akan lari
tunggang langgang , dan penaik kuda akan jatuh terpisah dengan kudanya.
2 .Jangan bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang mendapat kesalahan,
bertindaklah yang adil dan bijaksana.
3 Jangan menjatuhkan hukuman yang belum dipertimbangkan dengan se-masak-
Masaknya
Setelah menerima semua penjelasan Raden Joyoprono tersebut diatas , maka KI AGENG MATARAM PEMANAHAN lestari menempati Tanah Mataram, dan mendapat sebutan KI AGENG MATARAM III .
Raden Joyoprono diangkat sebagai Guru Ki Ageng Pemanahan , dan mendapat sebutan
: PANEMBAHAN JOYOPRONO ( KI AGENG MATARAM II ) dan setelah beliau wafat dimakamkan di Astana Raja di Kotagede.
Adapun putera Panembahan Joyoprono hanya seorang wanita,yang dinikahkan dengan Tumenggung Joyoprono masih saudara sepupunya , lalu bernama : RADEN AYU JOYOPRONO. Suami-istri ini setelah meninggal, dimakamkan disebelah barat Pengimaman Masjid Kotagede, Beliau yang melahirkan RADEN AYU DEMANG SEPANGKON yang dimakamkan di Drana , dan juga melahirkan Tumenggung Mangun
dipuro ke II yang dimakamkan di Astana Kategan.
Isteri Panembahan Joyoprono adalah putera adalah putera Pangeran Tanduran di Kalinyamat, ini putera Panembahan Agung di Surabaya yang pertama ; sesudah mempunyai anak satu perempuan , lalu cerai dan menikah lagi dengan Panembahan Wilasmoro di Kediri.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 17 September 2013
.