by admin|| 04 Maret 2014 || 67.136 kali
Joged Mataram, Pathokan Baku.
Pathokan yang mutlak harus ditaati oleh seorang penari., baik putra maupun putri yang ingin mencapai tingkat optimal dalam seni tarinya.
Pathokan Baku Joged Mataram tersebut antara lain :
1. Pandengan (pandangan mata)
2. Pacak gulu (gerak leher)
3. Deg (sikap dari badan)
4. Gerak cethik ([angkal paha]
5. Mlumahing pupu (terbukanya posisi paha)
6. Nyelekething-nya jari-jari kaki
7. Mendhak
Pandengan.
Salah satu patokan baku dalam tari gaya Yogyakarta (joged Mataram). Pandangan mata ini bukan hanya pandangan mata seorang penari untuk melihat sekitarnya, melainkan harus dapat mencerminkan suasana jiwa dan karakter tokoh yang dibawakannya. Pandengan (pandangan mata) berhubungan erat dengan penjiwaan tari yang terkandung dalam filsafat joget Mataram. Dalam tingkat pertama pandengan akan mampu membentuk polatan atau ulatan (mimik). Pada tingkat berikutnya dapat mewujutkan paseman (semu).
Paseman.
Paseman adalah pancaran yang mengekspresikan getar jiwa. Jika seorang penari mampu menghayati pandangan secara penuh, maka tanpa menunjukkan perubahan ekspresi wajah. Ia mampu mengungkapkan rasa sengsem (bergairah), marah, gembira, cinta dan sebagainya lewat pandengan. Emosinya tersalur secara halus, namun tetap menyentuh perasaan secara tajam. Konsentrasi dari seorang penari putri dpat diukur juga dari pandengannya. Untuk penari putri pandengan harus tajem (memukau) dan jatmiko (halus). Pandengan atau pandangan mata merupakan persyaratan yang paling penting untuk mengisi penjiwaan.
Pacak Gulu : Gerak indah pada leher.
Gerakan ini termasuk gerakan tari yang sukar. Gerak pada Pacak gulu harus berpangkal pada gerak menekuk leher dan mendorong pangkal leher (jiling) yang lazim disebut pacak gulu tekuk jiling. Dalam tari klasik gaya Yogya terdapat 4 macam pacak gulu :
a. Pacak gulu baku (pokok)
b. Tolehan, terdapat 2 macam tolehan yaitu tolehan biasa dan ngenggot (untuk tari putri dan putra halus)
c. Coklekan, khusus untuk tari golek, cantik dan kera. Gerakan ini sama sekali tidak boleh dilakukan untuk Bedhaya / srimpi.
d. Gedheg : khusus untuk tari putra gagahan. Gebes untuk para raksasa (tidak termasuk pacak gulu baku).
Pacak gulu merupakan persyaratan kedua yang sangat penting pada tari Jawa gaya Yogyakarta.
Deg.
Sikap dan gerak badan mempunyai ketentuan :
§ Tulang punggung berdiri tegak
§ Tulng belikast datar
§ Bahu membuka
§ Dada membusung (Jawa : Jaja Monggal)
§ Tulang rusuk terangkat (Jawa : Iga ngunus)
§ Perut kempis
Untuk dapat mewujudkan sikap dan gerak badan ini adalah dengan jalan menarik nafas (unjal nafas). Kemudian apabila tubuh terasa seperti yang dimaksud di atas, sifat dan rasa ketegangan dilepaskan. Selanjutnya jalan pernafasan harus diatur jangan sampai merubah sikap. Sikap torso yang tegak lurus tanpa menegangkan pundak dan tulang belakang. Tetapi juga tidak mengendorkannya. Sebab kalau tegang akan tampak Methentheng (kaku). Maka tulang belakang harus semeleh atau mapan dengan tepat.
Gerak Cethik.
Merupakan pusat gerakan tubuh kesamping atau kekakanan (oyongan) dan kebawah (mendhak-Jawa). Gerak ngoyong ialah gerak memindahkan posisi badan dari ngleyek kiri akan pindah ngeleyek ke kanan atau sebaliknya. Menburut paugeran, gerak ngoyong harus dimulai dari chetik kemudian anggota badan yang lain harus mengikuti. Oyongan dan mendhak yang salah menyebabkan tari tampak datar dan kurang luwes. Seharusnya cethik-lah yang dipergerakkan. Tetapi cethik baru dapat berfungsi dengan lancar dan baik setelah paha dalam posisi yang benar. Posisi paha yang benar adalah posisi terbuka (Jawa: mlumah).
Mlumahing pupu.
Posisi paha yang terbuka berfungsi agar gerak tari tampak stabil, luwes (fleksibel) dan ringan. Tanpa posisi ini foot work akan tampak berat, kurang trampil dan cekatan untuk melakukan adegan perang dan junjungan (mengangkat) kaki, dimana keseimbangan harus sempurna. Kecuali itu kurang sempurnanya posisi paha akan menyebabkan centhik sukar untuk dapat digerakkan. Posisi mlumahing pupu adalah salah satu pathokan baku dalam tari gaya Yogyakarta (joged mataram).
Nylekething.
Salah satu pathokan baku dalam tari gaya Yogyakarta (joged Mataram). Yang dimaksudkan dengan posisi “Nylekething” pada jari kaki adalah mengangkat posisi jari kaki tegak keatas dengan tegang. Kedaan ini akan menyebabkan adanya tarikan pada bagian kaki sehingga dalam keadaan menapak dilantai, kaki akan tertanam dengan kokoh. Hal ini akan mempengaruhi intensitas dari semua gerakan dan sikap seluruh badan. Dengan gerakan ini semua otot-otot penari akan memperoleh tarikan dan terasa kenceng (sintal) serta berisi.
Mendhak.
Salah satu pathokan baku yang harus dihayati oleh setiap penari tarian gaya Yogyakarta (joged Mataram). Mendhak adalah posisi berdiri merendah dengan lekukan lutut .Tekukan ini dilakukan dalam keadaan paha terbuka. Mendhak yang mapan memungkinkan gerakan kaki lebih hidup sehingga tarinya tampak ebrah (besar). Ruang geraknya menjadi luas. Dengan kata lain tarian dapat mengisi ruang.
Penari yang kurang mendhak tariannya akan tampak lemah, tanpa konsentrasi dan intensitas geraknya kosong tak berisi. Tetapi terlalu mendhak akan menghasilkan tari yang ngoyo (dipaksakan) dan membuang tenaga. Mendhak harus dilakukan tidak kendhor tetapi juga tidak tegang. Mendhak yang benar adalah mendhak centhik yaitu merendah dengan memusatkan gerak pada cethik, bukan pada tekokan lututnya.
Lenggah.
Mempergunakan lahir dan batin dalam proporsi yang dituntut oleh peranannya dengan cermat dan tepat sesuai dengan watak dan kedudukan dari peran yang dihayatinya. Lenggah penting bagi seorang penari, sebab apabila seorang penari sudah secara sungguh-sungguh menguasai karakter dan peranannya, ia masih harus melihat secara lebih teliti lagi pada lingkup cerita dimana tokoh yang dimainkan itu berperan. Hal ini penting agar penari dapat secara tepat mendudukkan proporsi dan takaran laku dari tokoh yang dibawakannya.
Patrap.
Sikap tari yang berhubungan dengan teknik menarinya. Patrap penting dikuasai oleh seorang penari agar penari dapat secara tepat mendudukkan proporsi dan takaran laku dari tokoh yang dibawakannya.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
Bimbingan dimulai dari bulan Maret 2004, yang dilaksanakan setiap hari minggu mulai pukul 10.00 wib s/d pukul 12.00 wib.
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Wiroguno. Putra dari KGPA Mangkubumi dan RAY. Tejomurti ini dilahirkan pada tanggal 3 Nopember 1876 di Yogyakarta. Beliau ,mempunyai kegemaran melukis dengan ...
by admin || 04 Maret 2014
Tari tunggal gaya Yogyakarta, lahir di lingkungan istana dan ditampilkan sebagai pertunjukkan tersendiri yang klasik. Pada penampilannya klana Alus lebih lunak dan lamban irama ...