by admin|| 04 Maret 2014 || 30.187 kali
Empu wayang dan cikal bakal desa wayang Gendeng, Kelurahan Bangunjiwo, Kasihan Bantul. Lahir pada tahun 1915 dengan nama kecil Walidjo dari keluarga petani Naparto-Wagiyem. Seperti lingkungannya, Walidjo muda bergelut pula dalam urusan tanah-tanah garapan, sebagai buruh mencangkul di perkebunan milik Belanda.
Walidjo memiliki ketertarikan pada dunia kesenian, khususnya wayang. Maka pada tahun 1940, ia nyantrik untuk belajar tatah dan sungging wayang pada seorang abdi dalam Keraton Yogyakarta, Bekel Pariwoguno, di ndalem Ngabean. Pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya kemudian dikembangkan di keraton. Dua tahun kemudian ia menjadi abdi dalem bersama gurunya. Pada masa inilah ia melengkapi pengetahuan dan pengalamannya dalam seni tatah sungging pedalangan dan karawitan.
Tahun 1945 ia kembali ke desanya dan mulai mengembangkan keahlian dan ketrampilan membuat wayang, khususnya wayang purwa gaya Yogyakarta, ia kumpulkan anak-anak dan pemuda di desanya untuk dididik dan dibina ketrampilannya membuat wayang. Sampai sekarang kurang lebih 170-an anak-anak, pemuda yang menimba ilmu kepadanya dari berbagai kota selain warga di sekitarnya. seperti Magelang, Purwakerta, Surakarta, Bali. Umumnya mereka menghabiskan waktu 3 sampai 5 tahun untuk mulai dari penguasaan dasar (mbedhah), memberi ornamen (isen-isen), sampai pada soal wanda selain diajarkan pula kerawitan, seni topeng, wayang klitik. Sagiyo adalah satu diantara cantriknya yang cukup berhasil.
Usaha ini semula untuk memenuhi permintaan para dalang, karena umumnya baru kelompok in yang mau membeli wayang. Pada waktu-waktu luang, dimanfaatkannya dengan berkelana bermain ketoprak dan menjadi dalang. Tahun 1958 sampai dengan 1968, Walidjo tercatat sebagai dalang laris di daerahnya dan sekitarnya. Tahun 1968, wayang mulai digemari masyarakat luas sebagai souvenir atau untuk keperluan lainnya. Lebih-lebih ketika memasuki dunia wisata di mana wayang memiliki daya tarik tersendiri.
Atas kegigihannya, desa Gendeng, tempat di mana ia mengembangkan potensi yang dimilikinya menjadi dikenal sebagai DESA WAYANG.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
NAMA SENIMAN, SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2002 1.R.M. Bagong Kussudiardjo, Jl. Singosaren no. 9, Yogyakarta Yogyakarta, 9 Okt 1928, ...
by admin || 01 April 2012
Bagong Kusudiardjo, Lahir di Yogyakarta merupakan sosok kontroversial dunia kesenian Indonesia, khususnya seni tari, dan seni rupa, seperti Kakeknya yang tidak lain putra HB VII, ia membelot ...
by admin || 04 Maret 2014
Raden Wedono Larassumbogo, putra kedua dari R. Sosrosidurejo ini dilahirkan di Kampung Bumijo Yogyakarta pada tanggal 27 Juli 1884 atau 12 Dulkongidah wawu 1813. Pada masa kecilnya bernama ...