Garebeg Mulud

by admin|| 01 April 2012 || 11.396 kali

...

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya masih meyakini bahwa perayaan Sekaten, khususnya jika dibarengi musik Gamelan akan mendatangkan berkat dari Tuhan untuk pekerjaan, kesehatan, dan masa depan mereka. Puncak dari perayaan Sekaten adalah Garebeg Mulud yang diadakan pada tanggal 12 bulan Mulud. Festival ini dimulai pada pukul 07.30 pagi, diawali dengan parade para pengawal Keraton yang terdiri dari sepuluh unit yang bernama: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis yang mengenakan seragam kebesaran mereka. Parade dimulai di halaman utara Kemandungan dari Kraton menyeberangi Sitihinggil dan menuju ke Pagelaran di alun-alun utara. Pada pukul 10.00, Gunungan meninggalkan Kraton dengan didahului oleh pasukan Bugis dan Surokarso. Gunungan terdiri dari makanan seperti sayuran, kacang-kacangan, cabai merah, telur, beberapa makanan berbahan dasar beras yang disusun membentuk gunung yang melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan Mataram. Saat parade menyeberangi alun-alun utara, tembakan salvo dan sorakan pengawal kraton siap menyambut kedatangan gunungan tersebut. Prosesi tersebut disebut Garebeg. Kata Garebeg berasal dari bahasa Jawa, ""Brebeg"" atau ""Gumerebeg"" yang berarti suara ribut yang ditimbulkan oleh sorakan dari para penonton. Gunungan kemudian akan dibawa menuju Masjid Agung dan setelah gunungan itu diberkati, orang-orang akan berebutan mengambil bagian-bagian dari Gunungan tersebut karena percaya bahwa Gunungan merupakan benda suci sehingga bagian-bagiannya pun dipercaya mempunyai kekuatan supranatural. Para petani sering menanam bagian dari Gunungan tersebut di sawah dengan harapan akan dijauhkan dari bencana atau nasib sial. Menurut penanggalan Jawa, ada perayaan lain selain Garebeg Mulud yang disebut Garebeg Besar dan Garebeg Syawal. Perayaan tersebut diadakan setelah bulan Ramadan. Garebeg Syawal diadakan pada hari pertama bulan Syawal (bulan Jawa). Garebeg Besar diadakan pada hari kesepuluh bulan Jawa, yang dihubungkan dengan hari raya umat Muslim, Idul Adha (Qurban).

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Tumplak Wajik

by admin || 01 April 2012

Tumplak Wajik diadakan di halaman Magangan Kraton Yogyakarta pada pukul 04.00 sore, dua hari sebelum perayaan Garebeg. Acara ini mengawali persiapan makanan yang digunakan untuk membuat Gunungan. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta