by admin|| 05 Maret 2014 || 148.339 kali
Nglaras. Menyetem, memberi nada tertentu pada bilangan atau jenis pencon, menyamakan anda pada gamelan. Dengan cara dilaras ini gamelan menjadi enak didengarkan sehingga tidak terdengar sumbang (blero).
Ngukel. Tehnik memainkan melodi gender atau gambang pada tangan kiri dengan gerakan mirip membuat lingkaran. Misalnya memukul nada 6 1 2 1 berulang-ulang.
Nguthik. Variasi permainan bonang supaya bisa runtut.
Nguyu-uyu. Memukul gamelan dengan gendhing-gendhing bonang tanpa disertai instrumen muka (gender, rebab dan pesindhen). Dahulu sebelum upacara pangih temanten, apabila didalam peralatan itu memakai gamelan, maka pada waktu pagi hari telah dibunyikan gending nguyu-uyu.
Nitir. 1. tehnik memainkan instrumen kenong dalam jenis gendhing sampak, dimana pada tiap satu nada diisi dengan dau kali tabuhan atau pukulan kenong; 2. gerak menyerang pada tari gaya Yogyakarta.
Niyaga. Penabuh gamelan (lihat gamelan) Jawa, sering pula disebut dengan pradangga atau wiyaga.
Nyamleng. Penyajian uyon-uyon terutama dengan menggunakan instrumen tabuhan ngarep (lihat tabuhan ngarep) dan vokal.
Nyigar penjalin. Bentuk dari bilahan saron dan gender yang bentuk penampangnya mirip rotan yang dibelah dua. Bentuk nyigar penjalin ini pada umumntya dipakai pada bilahan saron, sedangkan bilahan gender kuningan atau besi.
Ombak. Ombak suara.
Ombakan. Bentuk suatu lagu dari seorang dhalang dengan menggunakan upacara atau yang ditempatkan umumnya pada akhir dari suatu ada-ada.
Ombak banyu. Gerak peralihan yang terdapat pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta. Ombak berarti ‘ombak’ banyu, banyu berarti ‘air’. Gerak ini bernama ombak banyu karena pada waktu menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan selalu didahului dengan gerak ke atas seperti gerak ombak air. Gerak ini dipakai pada tari Lawung dan adegan-adegan penghadapan pada drama tari.
Ombak banyu wirama rangkep. Gerak ombak banyu (lihat ombak banyu) yang dilakukan dengan irama rangkap (rangkep) yaitu dua kali lebih lambat dari ombak banyu biasa. Gerak ini dipakai pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta seperti tari Lawung dan adegan-adegan penghadapan pada drama tari.
Ompak. Bagian dari gendhing (lihat gendhing) yang ada di muka sebelum gendhing pokok. Biasanya dibunyikan dua kali tetapi bisa pula diulang-ulang menurut kebutuhannya.
Ompak-ompak. Sama dengan embat (lihat pada embat). Istilah ini umum digunakan didaerah Yogyakarta.
Padhang rembulan. Instrumen yang berbentuk memakai pencu (lihat pencu), tetapi yang dibuta mengkilat hanya pada bagian pencu dan rai saja
Paku. Alat yang digunakan untuk menahan supaya bilahan saron (lihat saron) tidak mudah bergeser ke kanan atau ke kiri.
Palenggahan. Kulit lembu sebesar ikat pinggang yang dipaku pada lawak kanan dan kiri untuk meletakkan kendhang agar bisa terletak seperti mengantung sehingga suaranya menjadi bening.
Pangkat ndhawah. Transisi dari gendhing (lihat gendhing) ke bagian ndhawah.
Pangkat minggah. Transisi dari gendhing (lihat gendhing) ke bagian minggah.
Pangkon. Tempat meletakkan bilahan jenis saron yang dibuat dari kayu yang bentuknya mirip koyak dengan bagian kanan kiri terdapat hiasan mirip gelung, pada bagian tengah terdapat semacam lubang berbentuk empat persegi panjang sebagai resonator. Pangkon ini mempunyai alas kaki, dan yang bagus dibuat dari kayu nangka.
Pangrawit. Sama dengan pradangga (lihat pradangga).
Panungul. Nama nada di dalam gamelan (lihat gamelan). Untuk pencatatannya biasa diganti dengan angka 1. Nada penunggul hanya terdapat pada gamelan laras pelog.
Papa rara. Orang yang belajar memainkan gamelan di mana orang tersebut sama sekali belum pernah mempelajari cara-cara memukul gamelan, sehingga pelajaran itu dimulai dari awal dan meliputi dasar-dasarnya.
Pasu. Bagian tepi rai (lihat rai) yang melengkung menghubungkan bagian rai dan bau pada jenis pencon.
Patalon. Rangkaian beberapa untuk gendhing yang dibunyikan sebelum pertunjukkan wayang dimulai. Untuk wayang di daerah Surakarta menggunakan rangakaian gendhing Patalon dimulai dari gendhing Cucurbawuk diteruskan Pareanom kemudian diteruskan lagi ladrang Srikaton dan Ketawang Sukmailang, Ayak-ayakan, Srepegan dan diakhiri dengan Sampak, semuanya pathet Manyura. Susunan tersebut untuk wayang kulit purwa.
Patapukan. Lihat wayang topeng.
Pathet. Menunjukkan tinggi rendahnya nada suatu lagu atau gendhing dan juga membatasi naik turunnya nada.
Pelemahan. Punggung dari jenis bilahan yang bagian tengah.
Pelog. Nama nada didalam gamelan (lihat gamelan). Untuk pencatatannya biasa diganti dengan angka 4, nada pelog hanya terdapat pada gamelanl aras pelog (lihat laras pelog).
Pemacu kandha. Juru baca (pemaca) teks ceritera (kandha) pada drama tari wayang wong gaya Yogyakarta. Juru baca ini duduk deretan terdepan. Bahasa Jawa Krama (tinggi, halus) untuk pemaca kandha (lihat pemaos kandha).
Pemangku lagu. Instrumen yang bertugas membawakan lagu pokok atau balungan (lihat balungan). Yang termasuk pemangku lagu ialah saron, demung, peking dan slenthem.
Pemangku irama. Instrumen yang bertugas menggunakan kendhang dalam bentuk gendhing (lihat gendhing) dan menunjukkan macam irama, yang termasuk pemangku irama ialah kethuik, kenong, kempul dan gong.
Pemurba irama. Instrumen yang memimpin atau menentukan lagu, instrumen yang bertuigas sebagai pemurba lagu ialah rebab, gender, dan bonang.
Pencon. (lagu pencu).
Pencu. Bagian yang menonjol berbentuk ½ bulat telur yang terletak pada bagian atas dari kenong, bonang, kethuk, kempyang, slentho, kempul, gong, bendhe.
Pengirit. Orang yang mempunyai jabatan memimpin sekelompok penabuh gamelan di Keraton.
Penitir. Instrumen pukul pada gamelan monggang (lihat gamelan monggang) bentuknya mirip dengan bonang tetapi agak besar sedikit, berjumlah 3 pencon (lihat pencu), disusun berderet di atas rancakan (lihat rancakan) dengan nada 1,6 dan dipukul oleh 3 orang.
Penonthong. Instrument pukul pada gamelan monggang (lihat gamelan monggang), bentuknya mirip dengan kenong tetapi agak kecil, jumlahnya 2 buah dengan nada 4 dan 7 (pelog dan barang).
Penthat. Bagian punggung dari bathokan (lihat bathokan).
Penyenther. Penari yang memimpin jalannya pertunjukkan pada tari Dhoger khususnya di daerah Gunung Kidul. Penari itu membawa aba-aba gendhing atau penari lainnya,sering juga berfungsi sebagai pawang (lihat pawang).
Pesindhen. Vokalis puteri, sering pula disebut waranggana.
Pethat. Tiruan sisir yang dibuat dari kulit kerbau atau sapi, ditatah diberi warna prada dan diberi hiasan ketep dan mote, dipasang pada bagian belakang irah-irahan ikat pada tepen (lihat tepen).
Pi. Singkatan dari pitu, yaitu nada tujuh atau dalam gamelan disebut barang.
Pidih. Bahan rias atau make-up pada wayang wong yang warnanya hitam. Fungsinya untuk memberi kejelasan pada bagian-bagian yang perlu diberi warna hitam.
Pilesan. Variasi kedua permainan kendhang batangan untuk irama 3.
Pindhah pathet. Transposisi.
Pindharsa. Tanjak (lihat tanjak) yang pertama pada akhir bagian merong (lihat merong) dari suatu lagu gamelan atau gendhing ( lihat gendhing).
Pipi. Bagian samping yang mencembung dari instrumen kemanak (lihat kemanak) tempat jatuhnya alat pemukul.
Pipilan. Dari kata pipil yatiu suatu pekerjaan mengambil sesuatu sedikit demi sedikit dilakukan secara kontinyu. Pipilan pada bonang dimaksudkan memukul satu persatu.
Placak. Tempat dudukan (penyangga) kendhang, berbentuk siku-siku kanan dan kiri diberi kulit mirip ikat pinggang sebagai penyangga bila kendhang diletakkan.
Plajaran. Bentuk gendhing dimana tiap-tiap balungan pokok disertai pukulan kenong yang genap disertai pukulan kempul.
2 2 2 1 3 2 1 2 balungan pokok
n n/p n/p n/p n/p n/p pukulan kenong (n) dan kempul (p).
Playon. (lihat plajaran).
Plesedan. Memukul kenong tidak sesuai dengan nada balungan (lihat balungan) dengan maksud untuk memberitahukan bahwa akan diganti variasi lagu yang telah diualang.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 17 September 2013
.