by admin|| 06 Maret 2014 || 34.926 kali
Pembina seni karawitan Yogyakarta ini lahir di Madiun, Jawa Timur, tahun 1939. Ayahnya Ki Imamdihardjo, adalah seorang dalang. Sebagai anak dalang, di termasuk cukup beruntung. Banyak dalang yang karena kesibukannya membuat pendidikan anak-anaknya terlantar. Keadaan ini berbeda dengan yang dialami Dyan. Ia justru bisa menempuh studinya dengan baik, dari Sekolah Rakyat (1950), kemudian PGAP tahun 1985 di Madiun, dan PGA (di Surakarta 1957).
Semantara sekolah berjalan, Diyan tak jauh dari wayang. Pada usia 11 tahun, saat berada di kelas 4 SR, ia sering mengikuti pentas ayahnya. Semua ini tak lepas dari perhatian ayahnya, yang sebenarnya tidak menghendaki anaknya mengikuti jejaknya sebagai dalang. Maka setamatnya dari PGAP ia dikirim ke pondok pesantren di Kudus dan selanjutnya ke PGA Surakarta untuk memperdalam ilmu agama dan sedikit demi sedikit meninggalkan kesenian.
Tapi rupanya dunia kesenian seperti sudah menjadi bagian dari dirinya. Niatnya untuk terus memperdalam kesenian tidak pernah surut. Ibara “tumbu entuk tutup” di PGA Diyan bertemu dengan Pak Mantyo, salah seorang gurunya yang juga mengajar karawitan di Konservatori Karawitan Surakarta. Bersamaan dengan masa-masa studi di PGA ia terus memperdalam olah seni karawitan kepada Pak Mantyo.
Kariernya dalma seni karawitan sendiri baru dimulai saat dirinya bekerja sebagai guru di Departemen Agama Gunungkidul tahun 1957. Di luar jam dinas sebagai guru agama, ia sempatkan untuk membina seni karawitan di daerahnya, 1961, ia memimpin pergelaran seni karawitan di pendopo kabupaten dalam rangka HUT RI. Sejak itu Diyan banyak mendapat kepercayaan untuk membina baik dilingkungan formal, maupun dimasyarakat umum. Ia pun mengajar sebagai guru tidak tetap bidang seni karawitan di SGA, SMEA, SMA Wonosari. Ia membantu pula KRT Wasitodiningrat menyusun gendhing-gendhing yang disajikan pada Siaran Monosuko RRI Nusantara II Yogyakarta yang diselenggarakan oleh ndalem Ngabean. Selanjutnya ia mengajar waranggana di Yayasan Widya Lestari Budaya di Jakarta, mendirikan dan membina pusat karawitan Pranama cabang Gunung Kidul, termasuk membina karawitan untuk para remajanya.
Selain pembinaan langsung pada setiap kesempatan ia mendapatkan kepercayaan menjadi penyaji ceramah sebagai usaha meningkatkan ketrampilan karawitan. Ini berlangsung cukup lama, dari tahun 1975 s.d 1986 atas prakarsa BKKNI.
Di tengah-tengah kesibukannya itu, Diyan pun menciptakan beberapa nomor karya. Beberapa yang dianggapnya sukses adalah gendhing-gendhing untuk pergelaran karawitan tahun 1987, dipentaskan di gedung Sekretariat Negara Jakarta, gendhing-gendhing pengiring MTQ tahun 1990 tingkat Kabupaten Gunung kidul. Lainya adalah karya tulis tuntunan sindhenan (untuk kalangan sendiri) yang dimaksudkan untuk memperlancar proses belajar mengajar di Pusat Olah Vokal Waranggana Kabupaten Gunung Kidul yang didirikannya atas gagasan KRT Wasitodiningrat. Atas kerja kerasnya dalam melakukan pembinaan seni karawitan, pada tahun 1987 Propinsi DIY menganugerahi penghargaan seni kepadanya. Sementara dari perkawinannya dengan Ny. Karyati, Pak Diyan karuniai 7 putra.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
NAMA SENIMAN, SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2002 1.R.M. Bagong Kussudiardjo, Jl. Singosaren no. 9, Yogyakarta Yogyakarta, 9 Okt 1928, ...
by admin || 01 April 2012
Bagong Kusudiardjo, Lahir di Yogyakarta merupakan sosok kontroversial dunia kesenian Indonesia, khususnya seni tari, dan seni rupa, seperti Kakeknya yang tidak lain putra HB VII, ia membelot ...
by admin || 04 Maret 2014
Raden Wedono Larassumbogo, putra kedua dari R. Sosrosidurejo ini dilahirkan di Kampung Bumijo Yogyakarta pada tanggal 27 Juli 1884 atau 12 Dulkongidah wawu 1813. Pada masa kecilnya bernama ...