Pakaian Adat di Provinsi DIY

by admin|| 10 Maret 2014 || 127.743 kali

...

A. Pakaian Pengantin


1. Kasatrian

Pria:

selop polos, kain batik non prada bermotif sidoasih, sidoluhur, sidomukti, parangkusuma, semen rama, truntum, atau udan riris, sabuk (lontong), ikat pinggang (kamus) dan timang kreteb (pengencang kamus), keris, surjan sutera dengan motif  “bunga kembang batu” atau polos, blangkon dengan sintingan atau sayap dua buah dan di di tengah bagian mukanya.

Perhiasan yang dipakai: karset, bros, rantai, oncen (reroncen) bunga melati, dan kolang keris.

Wanita:

selop polos,  kain batik non prada bermotif sidomukti, sidoasih, semen rama, udan riris, parangkusuma atau nitik (sama dengan pengantin pria), kebaya pendek bahan sutra berwarna biru tua, hijau tua, merah tua atau hitam (sama dengan pengantin pria), baju tanpa kuthu baru (penutup dada), dan aksesoris bros bunga mekar 3 buah. 

Perhiasan yang dipakai: giwang, kalung, gelang, cincin. Pakaian yang dipakai oleh putra-putri sultan pada waktu perjamuan ramah tamah dengan para tamu atau kerabat. Dalam perkembangan selanjutnya, dipakai dalam upacara midododareni dan upacara panggih.


2. Kasatrian Ageng

Pria:

selop polos, kain batik prada bermotif sidoasih, sidoluhur, sidomukti, parangkusuma, semen rama, truntum, atau udan riris. Sabuk (lonthong), ikat pinggang (kamus) dan timang kreteb (pengencang kamus), surjan sutra bermotif daun atau bunga, keris, kuluk kanigara berwarna hitam.

Perhiasan yang dipakai : karset, bros, rantai, oncen (reroncen), kolang keris.

Wanita:

selop polos atau bersulam motif flora, kain batik prada bermotif sidomukti, sidoasih, semen rama, udan riris, parangkusuma atau nitik (sama dengan pengantin pria), kebaya panjang sutra, baju tanpa kuthu baru, dan aksesoris bros 3 buah.

Perhiasan yang dipakai: giwang, kalung, gelang, dan cincin. Pakaian corak Kesatrian Ageng awalnya dikenakan pada perjamuan tertentu, misalnya upacara malam selikuran, tetapi berkembang kemudian dipakai sebagai pakaian pengantin.


3. Yogya Putri

Pria:

selop dengan bordir, kain batik prada dengan motif sidomukti, sidoluhur, sidoasih, parangkusuma, atau semen rama, sabuk (lonthong), ikat pinggang bordir (kamus bludiran), timang kreteb, bara, kuluk kanigara, dan keris dengan rangkaian bunga sritaman.

Perhiasan yang dipakai: karset, bros, cincin, dan rantai jam.

Wanita:

selop dengan hiasan mote, kain batik tulis prada bermotif sidoasih, sidomukti, semen rama, udan riris, parangkusuma, atau nitik (sama dengan pengantin pria), kebaya blenggen (baju panjang bersulam emas ditepinya) berwarna merah, biru tua, atau hijau tua. Aksesoris bros 3 buah.

Perhiasan yang dipakai: kalung, gelang dan cincin.   Pakaian Yogya Putri disebut juga Busana Agustusan, yang dipakai putra-putri Sultan pada waktu menghadap Gubernur pada bulan Agustus. Selanjutnya pakaian ini digunakan untuk busana pengantin.

4. Paes Ageng Jangan Menir

Pria:

selop bludiran, kain cindhe kembaran, baju blenggen berwarna biru tua, hijau tua atau hitam dan bukan berwarna merah, ikat pinggang panjang, ikat pinggang bordir (kamus bludiran), timang kreteb, kuluk kanigara dan keris branggah. Aksesoris bros 3 buah.

Perhiasan yang dipakai: oncen bunga sritaman, karset, kelat bahu bermotif ular naga, gelang kana, rantai, cincin, kalung susun tiga dan buntal (untaian daun pandan, pisang muda, bunga kamboja dan putronenggala).

Wanita:

selop bludiran sesuai dengan warna pakaian, baju blenggen beludru panjang berwarna gelap (hijau tua, biru tua,  hitam atau merah), kain cindhe sebagai kemben dan kain biasa yang senada, baju blenggen tanpa kuthu baru, udhet dan kain cindhe, buntal dan slepe (cathok).

Perhiasan yang dipakai: sengkang royok, gelang kana, kalung bersusun tiga (sangsangan), kelat bahu bermotif ular naga dan cincin.   Pakaian Paes Ageng Jangan Menir awalnya merupakan busana yang dipakai untuk acara boyong atau upacara dari kraton ke kediaman pengantin pria. Pada perkembangannya kemudian dipakai untuk acara panggih.

5. Paes Ageng Corak Kebesaran    Kebesaran Corak Basahan Kampuh Ageng  Busana Basahan  Basahan

Pria:

selop bludiran, kain kampuh (batik sidomukti sepanjang 4 meter), celana cindhe, sabuk (lonthong), ikat pinggang bordir (kamus bludiran), timang kreteb, mogo, buntal, keris branggah, kuluk kanigara polos berwarna biru.

Perhiasan yang dipakai: subang ronyok, karset, kalung susun tiga (sangsangan), kelat bahu, gelang kana, dan  cincin.

Wanita:

selop bludiran, kain kampuh, kain cindhe, slepe (cathok), dan udhet cindhe.

Perhiasan yang dipakai: sengkang ronyok, gelang kana, kalung susun tiga (sangsangan), kelat bahu, cincin. Pakaian Basahan pada awalnya dipakai di perjamuan pengantin (panggih) di Kraton. Pada perkembangannya pakaian ini dipakai untuk acara panggih di dalam masyarakat.  


   

B.     Pakaian Upacara Adat


1. Sabukwala Wanita:

kain cindhe, sabuk (lonthong), ikat pinggang (kamus bludiran), dan slepe.

Perhiasan yang dipakai: gelang kana, subang, kalung susun. Pakaian Sabukwala dipakai seorang anak pada waktu upacara tetesan

2. Busana Pinjung Wanita:

kain cindhe, sabuk (lonthong), ikat pinggang (kamus bludiran), slepe, dan selendang tritik.

Perhiasan yang dipakai: gelang kana, kalung, dan giwang. Busana Pinjung dipakai oleh remaja putri pada upacara Tarapan atau upacara haid pertama, upacara alit dan ageng.

3. Busana Samekan Wanita:

kain yang dibentuk segitiga untuk penutup dada, ubed-ubed, ikat pinggang (kamus bludiran).

Perhiasan yang dipakai: kalung, gelang, dan subang. Pakaian  Semekan dipakai oleh putri kraton dan merupakan busana yang banyak mempunyai variasi bentuk, diantaranya Semekan Blak-blakan, Semekan Tritik Tengahan, Semekan Tritik Polos, Semekan Batik Tengahan, Semekan Sindur, Semekan Dringin, Semekan Prada. Untuk wanita yang sudah menikah biasanya memakai Semekan dengan bahan sutera dan hiasan bunga di gelungnya.

4. Busana Putera Pria:

baju surjan, kain batik dan blangkon. Perhiasan: keris, bros, dan rantai karset. Pakaian ini digunakan oleh putra raja, penggunaan perhiasan bila digunakan untuk menghadiri keperluan/acara  resmi.

5. Busana Tirakatan/Tuguran Pria:

baju sikepan, kendhit, kain batik motif parang barong, kamus-timang, kuluk polos dan keris branggah Pakaian  yang dipakai pada waktu melaksanakan upacara tirakatan/tuguran  

6. Busana Pranakan/Takwa Pria:

baju surjan, kain batik dan blangkon Pakaian  yang dipakai pada waktu melaksanakan upacara majang tarub di Kraton

7. Busana Basahan Wanita:

kain batik yang dipakai untuk menutupi tubuh sebatas dada, stagen dan kemben Pakaian  yang dipakai pada waktu melaksanakan upacara siraman      


C.   Pakaian Sehari-hari


1. Baju Lurik Pria:

baju lurik, kain batik bermotif kawung, ikat pinggang, blangkon, dan selop. Pakaian yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

2. Baju Surjan Pria:

baju surjantakwa, kain batik, ikat pinggang, blangkon dan selop. Pakaian yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

3. Kebaya Wanita:

baju kebaya, kain batik, ikat pinggang, selendang, dan selop. Pakaian yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Istilah Perlengkapan Tari dan Rias

by admin || 07 Maret 2014

Badhak Merak. Penari yang memakai topeng besar, biasanya dalam pertunjukan Reyog atau Dhoger. Tutup kepala  atau topeng ini melebar ke atas. Disebut badhak merak sebab topeng di bagian ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta