PAMERAN SENI "HOMO BARBARUS"

by admin|| 25 Januari 2016 || 102.459 kali

...

‘Dalam tradisi Romawi kuno, ‘the others’ adalah ‘homo-barbarus’ (manusia asing, tapi juga dapat diartikan sebagai ‘anjing’). Mereka layak dihina karena tidak memiliki martabat sebagaimana manusia (humanitas), tidak murni turunan ilahi yang dicirikan oleh kemampuannya mencicipi keabadian (aionion) melalui kekuatan “jiwa yang tak pernah mati” atau akal budi murni (logos) melalui pendidikan dan latihan kesusastraan (paideia).’ (Haryanto Cahyadi; sebuah esai tentang poskolonial)

Gerak daya pikiran manusia untuk bertahan hidup, membuat manusia menciptakan komunitas dan masyarakat. Kerjasama menjadi sebuah kata yang disepakati bersama. Meski hewan pun memiliki hal ini, namun secara statik, perikatan hewan dengan hewan lain sejenis muncul sebagai reaksi bertahan hidup harian. Manusia bertindak lebih jauh dari itu, karena struktur akal yang mendasarinya. Akal yang terberi dan teredukasi ini membuat manusia melangkah lebih jauh dari sekadar bertahan hidup namun juga menguasakan.

Dominasi dipandang sebagai strategi untuk mempertahankan keberlangsungan hidup. Metode dominasi demikian mendorong manusia membuat nomenklatura aturan yang dibakukan, sebut hal demikian berkembang menjadi ilmu. Mereka yang dominan berusaha melegitimasikan kemanusiaan dalam ruang norma dan etiknya sendiri. Di satu sisi muncullah superioritas kemanusiaan dalam wajah agama, bangsa, komunitas, nilai tukar uang bahkan dalam sosok raja, ketua RW, dan ayah atau ibu dalam patron keluarga.

 


PAMERAN SENI "HOMO BARBARUS"
27 JAN - 23 FEB 2016
WANGI ART ROOM // KEDAI KOPPI BELL
>> (Jl. Kaliurang KM. 13,5)
Jalan Bimo 88, Dusun Candirejo, Desa Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman.

Kurator:
G. MARHAENDRA

Perupa:
REZA D. PAHLEVI
ANTON YUNIASMONO
HIMAYA SODHIE

Pembukaan:
RABU, 27 JAN 2016
19.00 WIB - SELESAI

Hiburan:
NEUROVIBE Feat JIMI MAHARDIKKA


Kehadiran pihak yang terdominasi, dalam sebuah relasi kekuasaan menjadi sesuatu yang harus diredam, entah dalam kosa ini dibiarkan tumbuh namun tidak (rela) untuk dominan atau malah dihancurkan. Elitisme pengetahuan dan cara mengelola kekuatan pengetahuan (baca: sistem uang, cara kelola region dan militer) menjadi alat kuasa yang bertujuan untuk dominasi. Dalam peta dominasi, kekuatan ‘yang lain’ hidup dalam garis bawah narasi pihak yang dominan.

Ketiga seniman dalam tema pameran kali ini mencoba merepresentasikan berbagai isu, praktik kuasa, pengetahuan, praktik kebudayaan yang mereka tangkap dalam ingatan, mereka lihat dan alami. Selamat menikmati.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Kebijakan Pembangunan Kebudayaan 2011

by admin || 30 Juli 2013

oleh RGT Sambodo


...
Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Provinsi DIY 2012

by admin || 30 Juli 2013

oleh RGT Sambodo






Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta