by museum|| 07 April 2022 || || 3.198 kali
Jenderal Sudirman yang masih remaja merupakan anak yang gemar terhadap perkumpulan atau organisasi. Saat menimba ilmu di MULO Wiworotomo, ia senantiasa tidak ingin ketinggalan bila ada kegiatan kesenian atau olahraga di kalangan murid-murid. Ia pun memimpin setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh murid-murid ketika Sudirman menduduki bangku terakhir MULO pada perguruan tersebut.
Sang Jenderal pada masa itu merupakan sosok pemimpin yang sangat disegani kawan-kawannya. Sudirman memimpin tetap dengan watak dan pembawaannya yang sederhana, tenang, dan loyal terhadap semua pendapat yang sekiranya menguntungkan untuk kemajuan kelompok. Kedudukannya sebagai pemimpin pun tidak membuatnya sombong atau angkuh.
Sudirman yang gemar berorganisasi itu belum terpuaskan oleh pencapaiannya. Ia masih ingin terus bergaul jauh lebih luas dari lingkungan Wiworotomo. Oleh karena itu, pada saat Sudirman menyelesaikan studinya di MULO Wiworotomo, ia juga telah memasuki organisasi kepanduan Hizbul Wathon (HW). Kepanduan Hizbul Wathon (HW) merupakan organisasi kepanduan yang dibina oleh organisasi Muhammadiyah di mana dikenal sebagai organisasi modernisasi Islam di kalangan masyarakat Indonesia pada waktu itu.
Dalam kepanduan HW, Sudirman senantiasa mengingatkan nasihat gurunya di Wiworotomo bahwa seorang pandu tidak tergantung pada pakaian seragam atau keterampilan waktu latihan. Sebenar-benarnya seorang pandu adalah setiap tunas muda yang cakap mempraktikkan kegiatan kebajikan pada sesama mahluk serta bertingkah laku yang dipandang baik oleh ajaran yang diyakininya.
Bagi Sudirman, memasuki HW bukan merupakan ajang untuk gagah-gagahan atau aksi-aksian, melainkan untuk melatihnya sebagai tunas muda yang sedang berkembang. Pada organisasi ini, ia melatih fisik dan membina mental dalam persiapannya untuk hidup di hari kemudian.
Rasa disiplin Sudirman sebagai pandu tampak jelas di kalangan teman-temannya. Pernah suatu ketika ia harus mengikuti jambore HW di kaki Gunung Slamet, Wonosobo, yang terkenal memiliki iklim sangat dingin. Saat malam tiba, hawa dingin pun semakin memuncak dan membuat kawan-kawan Sudirman berlindung di rumah-rumah penduduk agar tidak kedinginan. Sudirman pun tetap tinggal di luar untuk berjaga hingga jauh malam. Tiba-tiba datanglah temannya dan mengajaknya untuk tidur di rumah penduduk yang tidak jauh dari area perkemahan. Sudirman pun menjawab, “Biarlah saya tetap di sini. Inilah latihan untuk di kemudian hari dan boleh jadi kita alami yang lebih dingin dari pada ini.”
Sikap yang mengagumkan Sudirman sebagai pandu pun membuatnya terpilih sebagai pemimpin HW daerah Banyumas. Sebagai pemimpin, ia tidak hanya bijak dalam memberi instruksi, namun dalam praktiknya pun tidak pernah absen. Pemuda Sudirman telah mampu menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan kepanduan HW di daerah Banyumas dan sekitarnya dengan kesederhanaan serta penuh rasa tanggung jawab yang jauh dari sikap takabur.
Suasana keprihatinan yang dialami oleh seluruh keluarganya mendorong kemajuan Sudirman di lingkungan HW. Kehidupan sehari-hari keluarga Sudirman sangat kurang. Keluarganya mencukupi hidup dengan hasil pensiunan ayah angkatnya, R. Cokrosunaryo, yang telah meninggal dunia saat Sudirman masih menempuh pendidikan di Wiworotomo. Suasana tersebut justru telah membangkitkan jiwa Sudirman untuk berjuang menhadapi segala kemungkinan dengan cara wajar.
Selama aktif di HW, Sudirman telah memberi teladan yang baik terhadap calon-calon pemimpin HW. Sejalan dengan pertumbuhan kedewasaannya, ia mengalihkan aktivitasnya dari lapangan HW ke lingkungan Pemuda Muhammadiyah. Dalam organisasi kepemudaan tersbut, Sudirman mulai mencatat sejarah baru dari lembaran hidupnya.
Sumber: Dinas Sejarah TNI AD.1985. Sudirman: Prajurit TNI Teladan. Jakarta: Dinas Sejarah Angkatan Darat.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...