by museum|| 11 April 2022 || || 1.811 kali
Arsitektur bangunan Museum Perjuangan Yogyakarta muncul dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku ketua panitia peringatan setengah abad. Bentuk bangunan yang bulat dengan berdiameter 30 meter dan tinggi 17 meter ini berdiri kokoh sebagai tanda setengah abad berdirinya Kebangkitan Nasional Indonesia pada tahun 1958. Arsitektur berbentuk silinder ini juga sering disebut Round Temple.
Bangunan yang memadukan arsitektur klasik barat dan timur ini selesai dibangun pada tahun 1961. Gaya barat tampak pada sisi atas bangunan yang mirip dengan Romawi Kuno. Sementara gaya timur tampak pada sisi bawah bangunan yang mengambil model mirip candi-candi di Indonesia.
Ornamen-ornamen yang menghiasi bangunan Museum Perjuangan memiliki makna tersendiri. Pada atas pintu terdapat hiasan berbentuk bintang segi delapan dengan peta Indonesia di tengahnya dan candrasengkala ‘Anggatra Pirantining Kusuma Negara’. Candrasengkala ini adalah angka tahun 1959 yang menjadi awal dibangunnya museum ini. Bagian atas museum berbentuk topi baja model Amerika. Kemudian terdapat lima buah bambu runcing yang berdiri tegak di atas bulatan bola dunia yang terletak di atas lima buah trap. Berat total bagian atas ini mencapai 15 ton dengan hiasan berdiameter 3 meter dan tinggi 7 meter berbahan dasar tanah liat dan gips.
Terdapat trap-trap sebanyak 17 buah pada pintu masuk, daun pintu 8 buah dan jendela sebanyak 45 buah. Tentu ini sebagai penanda bahwa kemerdekaan Indonesia berhasil dicapai pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada setiap jendela terdapat lung-lungan menyerupai api yang tak kunjung padam. Ornamen ini memiliki makna bahwa semangat perjuangan dalam merintis, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada sisi dinding luar terdapat koleksi yang bisa Sahabat Museum nikmati, terdapat relief peristiwa – peristiwa penting dari berdirinya Budi Utomo 1908 sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat 1949. Selain itu terdapat 10 patung kepala nasional. Patung hasil karya para pematung dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Pelukis Indonesia Muda (PIM), Seniman Indonesia Muda (SIM) dan Pelukis Rakyat yang diketuai oleh Edhi Soenarso. Sepuluh pahlawan yang diambil menjadi koleksi patung adalah kepala adalah pahlawan yang melawan kolonialisme dan revolusi Indonesia, antara lain : Sultan Hasanudin, Kapitan Pattimura, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, R.A Kartini, dr. Wahidin Sudirohusodo Ki Hadjar Dewantara, M. Husni Thamrin, dan Jendral Soedirman. Nilai perjuangan mereka dapat kita petik dari setiap kisah heroiknya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Pada sisi depan bangunan terdapat Makara dan Gupolo. Ornamen patung ini biasanya pada candi yang berfungsi sebagai candi yang berfungsi sebagai penjaga dan pelindung dari mara bahaya. Tak hanya itu, Makara juga berhubungan dengan air maka ornament satu ini juga dimaknai sebagai lambing kesuburan dan kemakmuran.
Oleh ; Adi Guzali
Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Perjuangan Yogyakarta
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...