Asal nama Masjid Perak di Kotagedhe

by museum|| 28 April 2022 || || 582 kali

...

Masjid Perak merupakan masjid yang dibangun oleh masyarakat Muhamadiyah di tahun 1938-an. Merupakan masjid yang memiliki semangat pembaharuan untuk mengembangkan Islam di wilayah Kotagede. Hal ini juga didukung oleh situasi keagamaan khususnya agama Islam yang kian lekat kegiatan keagamaannya di lingkungan masyarakat Kotagede. Hingga dirasa perlu membangun masjid yang cukup besar setelah Masjid Agung Kotagede itu sendiri.

Asal mula penamaan masjid ini bercermin pada produk kerajinan perak yang mencapai kejayaannya pada tahun 1930-an. Meski dunia sedang mengalami depresi ekonomi besar-besaran, nyatanya hal tersebut tidak mempengaruhi pasar kerajinan perak dan justru semakin meningkat. Dengan pendapatan 1,35 Gulden per hari, pengrajin Perak dapat membeli 30kg beras pada masanya. Disesuaikan dengan nilai yang berlaku pada masa ini, seorang pengrajin perak memiliki penghasilan hingga 7juta rupiah utk 6 hari kerja. Dengan konstruksi ekonomi masyarakat seperti ini, Masjid Perak dibangun.

 

 

Masjid Perak dibangun dari sumbangan masyarakatnya. Para pengusaha menyumbangkan harta untuk modal pembebasan tanah juga bahan bangunan, masyarakat lainnya menyumbangkan ketrampilannya dari ukir hingga tenaga. Menurut buku Studi tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede tahun 1910 - 2010 oleh Mitsuo Nakamura, para perempuan mengambil peranan penting dalam mengumpulkan uang dan memiliki posisi inti dalam tatanan ekonomi di wilayah Kotagede. Melalui gotong royong tersebut Masjid Perak selesai dibangun pada tahun 1939 dan resmi dibuka pada 1940.

Menurut Nawawi, pada buletin yang ditulis pada 1957, nama perak tidak hanya mewakili para pengusaha perak yang sedang berjaya dan menyokong pembangunan masjid tersebut, namun juga fakta dari warna perak yang putih itu melambangkan kemurnian dan kesucian dan sesuai untuk menyimbolkan keikhlasan yang diekspresikan dalam pembangunan Masjid.

Ada pemaknaan lain dari penamaan Masjid Perak ini oleh para santri. Mereka menjelaskan bahwa nama tersebut berasal dari bahasa Arab Firaq yang pelafalannya oleh orang Jawa disebut pirah atau pisah. Hal ini dipahami bahwa keberadaan masjid ini terpisah atau terbebas dari kepentingan yang tidak berkaitan dengan upaya syiar Islam.

Kini, masjid yang berlokasi di Jalan Mandarakan Prenggan Kotagede telah mengalami beberapakali renovasi dan menjadi salah satu landmark Kotagede. Cukup 10menit berjalan kaki ke arah timur dari Museum Kotagede Intro Liing Museum, kita dapat menjumpai megahnya Masjid Perak saat ini. Nikmati khidmatnya beribadah di masjid yang memiliki latar belakang sejarah perkembangan Islam di wilayah Kotagede.

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta