Paduraksa, regol pasareyan Mataram.

by museum|| 10 Mei 2022 || || 1.140 kali

...

Pemakaman Kerajaan di Kotagede memegang nilai istimewa dalam Kerajaan Mataram Islam. Di sana disemayamkan Ki Ageng Pemanahan, tokoh yang mengawali peradaban Mataram Islam. Panembahan Senopati, putra Ki Ageng Pemanahan menjadikan Kotagede sebagai ibukota Kerajaan Mataram Islam di tahun 1587. Diketahui dari sengkalan yang terdapat di gerbang batu Masjid Agung Mataram yang mengacu kemenangannya atas Kerajaan Pajang dan berdirinya Mataram Islam.

 

Meski Sultan Agung memindahkan ibukota Mataram Islam ke Kerta, Kotagede tetap menjadi kota yang diutamakan masyarakat pada saat itu, terlebih karena lokasi pemakaman kerajaan, juga sebuah pusat industri dan perdagangan yang terus berkembang. Meski terjadi pemisahan wilayah kekuasaan menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, Kotagede tetap menjadi tanah pusaka yang dijaga oleh kedua belah pihak kerajaan hingga saat ini, termasuk juga Pemakaman Imogiri yang dibangun oleh Sultan Agung.

Pemakaman kerajaan terdiri atas 8 bagian, yang masing-masing dikelilingi oleh pagar bata merah tinggi yang diselingi dengan gerbang-gerbang yang disebut Gapura atau regol Paduraksa, akses yang menghubungkan antar ruang pemakaman. Gerbang yang banyak kita jumpai di area pemakaman ini bergaya Hindu Jawa yang sangat mengingatkan kita dengan gaya arsitektur Majapahit.

 

 

Gaya arsitektur Regol Paduraksa menyerupai gapura pada kompleks makam Islam tua seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Kudus, makam Sunan Muria dan lainnya yang didominasi dengan bata merah ekspos yang memiliki kemiripan dengan gaya bangunan kerajaan Majapahit. Ditambah dengan penggunaan bahan material lain seperti batu putih sebagai ornamen ukiran dan dijumpai dinding plester sebagai penanda kemajuan teknologi bangunan pada masa itu. Pada setiap jarak tertentu terdapat meru bertumpang susun tiga dan balok tumpang sari dari kayu jati berukir, begitu juga pintu kupu tarung dari kayu.

 

 

Ornamentasi yang terdapat di sekitar Regol Paduraksa terinspirasi dari gaya candi Hindu, ada sulur dan binatang. Namun karena dalam ajaran agama Islam terdapat larangan untuk menggambarkan mahkluk hidup (anthropomorphic), maka perkembangan gaya ornamen bangunan mengalami proses stilir (stylized). Dengan demikian gambar mahkluk hidup yang menjadi ornamentasi disamarkan dengan imajinasi pemahat. Juga terdapat pahatan Kala/wajah raksasa yang biasa di pintu gerbang candi juga bisa dijumpai di pagar makam.

Regol Paduraksa dan arsitekturnya melambangkan perkembangan seni pada masa tersebut yang terpengaruh oleh periode klasik Hindu - Buddha yang mengakar dan menjadi bagian kebudayaan yang berbaur, beradaptasi dengan gaya seni baru serta kesesuaian penggunaan bangunan pada masanya.

 

Sheila Sanjaya

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta