by museum|| 20 Mei 2022 || || 1.314 kali
Museum Wayang Beber Sekartaji merupakan museum pertama di Indonesia yang berfokus pada pelestarian Wayang Beber. Museum ini juga berperan sebagai media edukasi masyarakat mengenai penanaman pendidikan karakter. Salah satu media yang digunakan sebagai sarana edukasi adalah Wayang Beber Pancasila. Wayang Beber Pancasila merupakan salah satu koleksi unggulan milik Museum Wayang Beber Sekartaji. Wayang Beber Pancasila menjadi lakon yang paling laris dipentaskan di berbagai tempat misalnya Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Sewu, Kraton Ratu Boko, Situs Patirtan Payak, Mall Malioboro, dan Titik Nol KM Yogyakarta. Wayang Beber Pancasila memiliki panjang 4,5 meter dan terbagi atas 5 pejagong berdasarkan sila Pancasila. Berikut ini merupakan tema dari setiap pejagongnya.
WAYANG BEBER PANCASILA
Gusti Tan Kena Kinira Tan Kena Kinaya Apa
Tuhan Yang Maha Kasih
Ratu Adil
(Keadilan yang pener sesuai dengan Kearifan Lokal)
Gendhing Syailendra
(Berbeda beda namun Harmony dan Selaras)
Rembug Manunggal Rasa
(Nusantara yang penuh Asah, Asih, Asuh)
Guyub Samudra
(Bersama mengarungi kehidupan Mulia)
Pejagong Pertama
Setiap judul pejagong di atas menggambarkan nilai dan butir pengamalan Pancasila sendiri. Pejagong yang pertama pada Wayang Beber Pancasila berjudul “Gusti Tan Kena Kinira, Tan Kena Kinaya Apa” artinya Tuhan itu ada, hanya wujudnya saja yang tidak dapat kita bayangkan. Pejagong ini mengisahkan tentang cara mencintai Tuhan baik secara vertikal maupun horizontal. Kisah yang terlukiskan pada pejagong ini merupakan perwujudan dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pejagong Kedua
Beralih ke pejagong kedua yang berjudul “Ratu Adil”. Dalam pejagong ini menggambarkan sebuah dakon yang sedang ditopang dan di atasnya terdapat lukisan kaum perempuan dan laki laki sebagai wujud keadilan. Dan untuk menjaga keseimbangan tersebut di bagian paling atas terdapat gambar seorang Ratu yang akan menegakan keadilan jika rakyatnya tidak menaati prinsip keadilan. Jika prinsip keadilan tersebut dilanggar di bawahnya telah disiapkan “buta” yang akan memberikan hukuman akibat perbuatannya sendiri.
Pejagong Ketiga
Pejagong ketiga berjudul “Gending Syailendra” yang mengisahkan mengenai pentingnya rasa persatuan dan kesatuan untuk menjaga keberagaman di Indonesia. Perbedaan dalam pejagong ini dilukiskan dengan sekumpulan orang orang yang sedang memainkan gamelan. Gamelan merupakan wujud keberagaman masyarakat Indonesia. Ketika Gamelan tersebut dimainkan secara bersama dan harmonis akan menghasilkan nada yang indah. Seperti masyarakat yang heterogen ketika hidup berdampingan dengan damai akan menjadi kekayaan milik bangsa itu sendiri.
Pejagong Keempat
Pada pejagong ke empat dengan judul “Rembug Manunggal Rasa” mengisahkan tentang pentingnya mengedepankan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan. Diwujudkan dengan penggambaran sekumpulan rakyat yang sedang duduk bersama di pelataran candi untuk bermusyawarah secara kekeluargaan guna menyelesaikan permasalahan.
Pejagong Kelima
Pejagong terakhir pada Wayang Beber Pancasila berjudul “Guyub Samudra”. Pejagong ini bercerita tentang budaya gotong royong yang berkembang di masyarakat. Digambarkan sekelompok masyarakat sedang bergotong royong untuk menjalankan sebuah kapal agar dapat belayar. Hal ini menjelaskan tentang rasa solidaritas dengan cara berbagi tugas, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Melalui penggambaran sila sila Pancasila pada Wayang Beber Pancasila diharapkan dapat membantu melestarikan Wayang Beber di Indonesia dan dapat menjadi sarana pendidikan karakter. Salah satu contoh nilai Pancasila yang digambarkan pada Wayang Beber Pancasila ialah nilai religius, tanggung jawab, cinta damai, toleransi, kerja keras, dan lain
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...