by museum|| 06 Januari 2023 || || 1.758 kali
Tahukah Sahabat Museum jika Museum Perjuangan Yogyakarta juga memiliki salah satu benda saksi perjuangan Panglima Besar Soedirman? Peralatan minum ini merupakan saksi perjuangan Panglima Jendral Soedirman dan digunakan ketika beristirahat di rumah Bapak Bajuri, Dusun Kreja, Genjahan, Ponjong, Gunung Kidul tanggal 8 Juli 1949. Berikut sejarah singkat awal mula perjalanan Geriliya Panglima Besar Soedirman.
Jendral Soedirman memilih meninggalkan kota Yogyakarta meskipum dalam keadaan sakit untuk melanjutkan perlawanan secara bergerilya, ketika Belanda berhasil menduduki kota Yogyakarta dan menawan para pemimpin RI pada tanggal 19 Desember 1948. Setelah membakar semua dokumen yang ada di kediamannya JI. Bintaran Wetan 3 Yogyakarta, kurang lebih pukul 11.30 WIB, Pangsar Soedirman segera meninggalkan Bintaran dan menuju Kadipaten melalui Mergangsan, Gading, Alun- alun Kidul. Atas laporan kolonel Abdul Latif maka diputuskan Pangsar Soedirman segera meninggalkan kota Yogyakarta. Saat itulah perjalanan gerilya Pangsar Jenderal Soedirman yang dikenal dengan "Wiralelana" dimulai. Dari hari ke hari perjalanan pasukan Pangsar Jenderal Soedirman semakin jauh meninggalkan kota Yogyakarta dan diikuti oleh para pengikut dan anak buahnya yang setia dalam suka dan dukanya perjuangan. Perjalanan rombongan Pangsar Jenderal Soedirman berkahir di suatu desa yang aman yaitu dukuh Sobo, desa Pakis, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Disinilah tempat yang paling lama didiami oleh Pangsar Jenderal Soedirman sampai menjelang beliau beserta pasukannya pulang ke Yogyakarta. Baru setelah Tentara Belanda berhasil ditarik mundur dari Kota Yogyakarta yang dikenal dengan "Peristiwa Yogya Kembali" tanggal 29 Juni 1949, Jenderal Soedirman mulai kembali masuk Kota Yogyakarta pada bulan Juli 1949.
Setelah Yogya kembali tanggal 29 Juni 1949, TNI sudah kembali ke Yogyakarta. Keamanan sudah pulih dan terjamin. Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden Soekarno, Wakil Presiden Drs. M. Hatta dan para pemimpin yang lain tiba di Maguwo (Adisucipto sekarang) dari pengasingannya. Waktu itu hanya tinggal Pangsar Soedirman yang belum tiba. Oleh karena itu Letkol Soeharto diperitahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk kembali ke hutan, ke markas gerilya Pangsar Jenderal Soedirman dan meyakinkan beliau agar mau masuk Kota Yogyakarta.
Dengan membawa surat yang dikirim oleh Sri Sultan HB IX dan Kolonel Gatot Subroto, Letkol Soeharto berangkat menuju markas gerilya Pangsar Soedirman. Setelah berdiskusi selama berjam-jam maka Pangsar Soedirman salah seorang yang kontra terhadap Perundingan Roem Royen akhirnya menerima perminntaan untuk kembali ke Yogyakarta.
Pada tanggal 9 Juli 1949 Pangsar Jendera Soedirman dengan para pengawal beserta dengan Letkol Soeharto yang disertai Mayor Dr. Irsan, wartawan Rosihan Anwar dan wartawan foto F.S. Mendur selaku missi pertama penjemputan melakukan perjalanan menuju Yogyakarta.
Perjalanan Pangsar Soedirman di Piyungan dan para pengawalnya beristirahat selama 1 malam. Pagi harinya tanggal 10 Juli 1949 datang misi penjemputan kedua dipimpin Jenderal Mayor Soehardjo Hardjowardojo dan Kolonel T.B. Simatupang. Kemudian Pangsar Soedirman naik kendaraan jeep yang telah disiapkan menuju Yogyakarta, diikuti oleh Letkol Soeharto dan para pengawal lainnya.
Pangsar Jenderal Soedirman langsung menuju Gedung Agung dan bertemu dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Kolonel TB. Simatupang. Setelah selesai menghadap Presiden dan memberikan laporan, kemudian Pangsar Jenderal Soedirman menuju ke Alun-alun Utara untuk menerima devile penyambutan. Pada waktu itu berlangsung parade kebesaran dari pasukan TNI dan barisan pejuang lainnya.
Mengingat benda tersebut bernilai sejarah dan perlu diselamatkan dan diinformasikan kepada masyarakat, maka pada tanggal 19 Januari 1998 berdasarkan berita acara serah terima barang nomor 433/F4.113/J3/1998, peralatan minum tersebut diangkat menjadi salah satu koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Unit 2 atau Museum Perjuangan Yogyakarta.
Oleh : Adi Guzali (Duta Museum Perjuangan Yogyakarta)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...