Opu Daeng Risaju Pejuang Wanita Asal Sulawesi

by museum|| 06 Januari 2023 || || 25.168 kali

...

 

Opu Daeng Risaju dilahirkan di Palopo Luwu tahun 1880. Terlahir dengan nama Famajjah. Ayahnya Bernama Muhammad Abdullah To Bareseng dan ibunya Bernama Opu Daeng Mawellu. Rupanya darah kebangsawanan diperolehnya dari ibunya, karena ibunya Opu Daeng Mawellu adalah keturunan langsung (cicit) Raja Bone ke 22 La Temmasonge Matimoeri Malimongeng, memerintah tahun 1749-75. Bagi masyarakat Luwu gelar Opu adalah sebuah Titulatur kebangsawanan yang diberikan kepada seseorang setelah menikah. Gelar Opu yang diberikan kepada seseorang yang secara struktur menduduki jabatan dalam Birokrasi Kerajaan. Sebagai seorang bangsawan Opu Daeng Risaju, memperoleh tempat tersendiri dalam masyarakat seperti halnya para bangsawan tinggi lainnya, yang sekalipun tidak menduduki jabatan dalam Birokrasi Kerajaan, tetapi titulahir Opu yang disandangnya menjadikan dirinya menempati kedudukan yang terhormat di mata masyarakat. Dengan predikat itulah Opu Daeng Risaju dapat bergerak secara leluasa kemanapun dan dapat menemui semua orang dari lapisan masyarakat manapun.

Opu Daeng Risaju, secara formal tidak pernah mengikuti pendidikn dalam arti sekolah, karena sejak kecil ia hanya diajarkan Pendidikan agama oleh pengasuhnya. Hari-harinya dimasa kanak-kanak diisi dengan belajar mengaji Al-Qur’an hingga tamat 30 juz. Ia juga belajar dan memperoleh Pendidikan agama oleh pengasuhnya. Selama itu ia juga belajar Fiqih, Nahwu, Syaraf dan Balaghah dari beberapa orang guru agama dan ulama di Sabang Paru, Luwu. Pengetahuannya tentang Nahwu, Syaraf dan Balaghah adalah pengetahuan dalam pengkajian ilmu-ilmu agama yang lebih tinggi.

Dasar Pendidikan yang diperolehnya memang tidak setinggi pengetahuan agama yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena pandangan masyarakat tradisional Ketika itu tentang Pendidikan yang hanya memberi kesempatan terbatas untuk anak perempuan dan dianggap cukup hingga ke tingkat kepandaian membaca dan menulis huruf latin saja. Hal yang sama juga dialami oleh Opu Daeng Risaju yang kemampuan ilmu agama dimilikinya pun melampaui kepandaianny dalam pengetahuan umum. Setelah beranjak dewasa Opu Daeng Risaju dinikahkan dengan seorang ulama dari Bone yakni H. Muhammad Daud dan pada waktu itulah ia mendapatkan gelarnya yakni Opu Daeng Risaju, sesuai dengan tradisi masyarakat Luwu. Suami Opu Daeng Risaju, H. Muhammad Daud adalah seorang ulama yang pernah bermukim di Mekkah. Ia adalah anak dari rekan dagang ayahnya. H. Muhammad Daud kemudian diangkat menjadi imam masjid istana Kerajaan Luwu karena menikah dengan keluarga bangsawan dan memiliki pengetahuan yang luas tentang agama.

Pada tahun 1905 Belanda melakukan Ekspedisi terhadap seluruh kerajaan di Sulawesi Selatan, tak terkecuali kerajaan Luwu. Pada waktu itu Opu Daeng Risaju bersama suami kemudian meninggalkan Palopo dan menetap di Pare-pare. Di pare-pare inilah Opu Daeng Risaju mulai akatif di organisasi Partai Syerekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun 1927 Opu Daeng Risaju mulai aktif di organisasi PSII cabang pare-pare yang merupakan organisasi yang bergerak dibidang politik untuk menentang kaum penjajah. Keaktifan Opu Daeng Risaju dalam organisasi PSII di pare-pare memberikan pengalaman kepadanya. Opu Daeng Risaju tercatat dalam sejarah sebagai Wanita pertama di Indonesia yang menjadi pucuk pimpinan partai politik yang berasaskan Islam yakni PSII. Sebagai seorang putri keturunan bangsawan, Opu Daeng Risaju dalam dirinya telah tertanam sikap dan jiwa patriotism serta daya karismatik terhdap masyarakat. Opu Daeng Risaju dalam melakukan perjuangannya dalam menyebarkan ajaran Islam di Tanah Luwu mendapatkan kendala baik dari pihak Belanda maupun pihak keluarga. Hal itu tidak menyurutkan semangat perjuangan Opu Daeng Risaju untuk terus membangun PSII. Oleh sebab itu Belanda datang untuk menangkap Opu Daeng Risaju beserta pengikutnya. Setelah menjalani masa tahanan dukunganpun datang dari berbagai utusan dan undangan yang memintanya untuk mendirikan ranting PSII ditanah Luwu seperti di Maili dan Patampanua. Opu Daeng Risaju bersama dengan suaminya dibawa ke Palopo melalui jalan laut dengan pengawalan yang cukup ketat dan tangan diborgol karena dianggap membahayakan.

Pada waktu itu pemborgolan terhadap kaum bangsawan merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum bangsawan dan keluarganya. Perlakuan tersebut mendapatkan protes keras dari Pemangku Adat Luwu, salah satunya ialah Opu Balirante yang memiliki hubunngan darah dengan Opu Daeng Siraju. Sejak pemborgolan terhadap Opu Daeng Risaju yang dilakukan oleh pihak Belanda menjadi awal dari tantangan Opu Daeng Risaju terhadap pihak keluarganya dan adat Luwu. Opu Daeng Risaju memang pejuang yang tak kenal menyerah. Walaupun sudah mendapatkan tekanan yang sangat berat baik dari pihak Kerajaan Luwu maupun pemerintah Kolonial Belanda, tetapi ia tidak mau menghentikan aktivitasnya. Bahkan Opu Daeng Risaju menerima hukuman oleh pihak Belanda dan Ketua Ditrik Bajo saat itu untuk lari mengelilingi lapangan bola pada siang hari dengan letusan senapan di dekatnya. Bahkan, sebuah senapan diletuskan di samping telinganya persis. Hukuman tersebut membuat gendang telinga Opu Daeng Rasudju pecah dan menjadi tuli seumur hidup.

Setelah kemerdekaan, Opu Daeng Rasudju hidup bersama anaknya di Parepare. Pada 10 Februari 1964, dirinya menghembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di kompleks makam raja-raja Lakkoe di Palopo.  Pada tanggal 3 November 2006 Opu Daeng Risaju diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Kisah perjuangan Opu Daeng Rasudju akan terus menjadi inspirasi bagi perempuan Sulawesi Selatan dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Susanna Stella W, Duta Museum untuk Museum Pergerakan Wanita Indonesia

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta