Wayang Kulit Banjarmasin

by museum|| 17 Januari 2023 || || 2.542 kali

...

Gambar (1) : Sumber Photo: tirto.id

Kekayaan budaya Indonesia seakan tak pernah habis perjalanannya. Pelaku budaya selalu tampil di setiap lini dan terus mempertahankan darimana ruh (nafas) budaya nusantara ini berasal. Dalam penyebarannya, wayang merupakan salah satu produk budaya nusantara yang secara historis dan filosofis masih bertahan lama.

Mengutip dari website kemdikbud.go.id, Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling utama di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi akting, suara, musik, pidato, sastra, lukisan, patung dan simbolisme. Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga sebagai sarana informasi, dakwah, pendidikan, hiburan, penyelidikan filosofis dan hiburan. Oleh karena itu, wayang dinilai sangat berharga dalam membentuk kepribadian dan identitas bangsa dan peradaban Indonesia. Kesenian wayang kulit di Indonesia antara lain terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, dan Kalimantan Selatan. Wayang merupakan salah satu dari sekian banyak kesenian yang bertahan hingga saat ini dan berhasil beradaptasi dengan perkembangan zaman. Wayang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 M dengan bimbingan Kakawin Arjuna Wiwaha (Hazeu dalam Sigit, 2019: 39). Dalam pembahasan ini, penulis mencoba mengulas secara singkat apa dan bagaimana wayang kulit Banjar Kalsel muncul dan masih eksis di Indonesia.

Wayang Kulit Banjar merupakan pertunjukan wayang kulit yang berbeda dari seni wayang yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai perangkat pertunjukannya seperti boneka wayang kulit dan gamelan, yang tentu saja berpengaruh terhadap estetika pertunjukannya. Sebagian besar tokoh wayang memiliki kemiripan nama dengan tokoh-tokoh yang digunakan pada wayang kulit gaya Yogyakarta atau Surakarta seperti kayon atau gunungan, tokoh Bathara Narada, Arjuna, Petruk, Prabu Rama, dan lain sebagainya. Tetapi ada beberapa tokoh yang khas pertunjukan masyarakat Banjar seperti Kedakit Klawu. Demikian halnya yang terjadi pada pertunjukan wayang kulit masyarakat Banjar yang menyesuaikan pertunjukan wayang kulit dengan norma yang berkembang pada masyarakat Banjar. 

Wayang kulit Banjar terbuat dari kulit sapi, atau bahkan kulit kambing. Wayang dapat dibuat dari kulit sapi dan kulit kerbau. Masyarakat Banjar tidak menggunakan kulit kerbau, jenis kulit ini di Jawa digunakan sebagai bahan wayang yang baik, dengan kriteria lebih keras, ringan dan tahan cuaca, berbeda dengan kulit sapi. Hal ini tentu saja mempengaruhi anatomi tubuh wayang Banjar, dimana wayang memiliki postur tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan wayang Jawa. Lalu dari segi lagu juga lebih sederhana. Karena pementasan wayang Banjar lebih menitikberatkan pada dimensi bayangan, seperti pementasan wayang Bali, maka pose dan warna wayang Banjar yang lebih sederhana menjadi mudah dipahami. Karena gambar bukanlah faktor utama yang diperhatikan, melainkan bayangan.

Sumber Photo: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id

Gambar (2): Sumber Photo: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id

Seperti halnya cerita wayang Jawa, wayang kulit Banjar menggunakan kitab Ramayana dan Mahabarata sebagai referensi cerita mereka. Kreativitas dalang Banjar juga terdapat pada karya-karya baru yang diciptakannya. Istilah yang terkait dengan permainan komponen ini adalah lakon carangan. Bahkan, lakon ini kemudian menjadi populer dalam pertunjukan wayang kulit Banjar. Selain kedua jenis sumber cerita tersebut di atas, terdapat pertunjukan yang menyerupai ruwatan dalam budaya Jawa. Orang Banjar menyebutnya "Wayang Sampir". Wayang sampir dikatakan sebagai pertunjukan yang dimaksudkan agar penanggap wayang tidak diganggu oleh roh jahat. Wayang sampir biasanya berlangsung di awal, sebelum pertunjukan wayang. Sedikit berbeda dengan pertunjukan ruwatan di Jawa yang biasanya dilakukan setelah pertunjukan wayang kulit semalam.

Wayang kulit Banjar, seperti wayang kulit Jawa, berlangsung pada acara-acara tertentu, seperti khitanan, upacara pernikahan adat, hari besar nasional, ulang tahun, acara lembaga, syukuran dan sebagai permintaan untuk memenuhi keinginan si tuan rumah penanggap.

Dari segi susunan representasi, wayang kulit banjar tidak jauh berbeda dengan wayang kulit Jawa. Di tengah ada ruang untuk memperkenalkan dalang, di sisi kanan dan kiri ada simpingan wayang, semacam barisan tokoh-tokoh wayang, kemudian blencong terletak di atas kepala dalang. Sedangkan para pemain gamelan (penabuh) berada di belakang dalang.

Seperti Gamelan Karawitan Jawa, Gamelan Banjar dipahami sebagai medium seni musik yang berkembang di kalangan suku Banjar, Kalimantan Selatan. Gamelan wayang Banjar yang diharmonisasi memiliki timbre yang berbeda dengan gamelan Jawa, Sunda, atau Bali. Melodinya mirip dengan akord Gamelan Banyuwangi. Perlengkapannya meliputi beberapa bilah, gong, dan pencon. Gamelan Banjar di Kalimantan Selatan, dilihat dari kelas sosial budaya gamelan, memiliki dua versi, yaitu: Gamelan Banjar versi Keraton dan Gamelan Banjar versi populer.

Berikut pembahasan singkat mengenai kedua jenis gamelan tersebut. Gamelan Banjar versi Keraton merupakan gamelan yang terdapat di Keraton Banjar. Gamelan berperan sebagai fasilitator ritual atau kegiatan di Keraton, termasuk membantu pertunjukan wayang kulit di Keraton Banjar. Instrumen Gamelan Banjar yang dikembangkan di Keraton Banjar adalah sebagai berikut: babun, gendang dua, rebab, gambang, selentem, ketuk, dawu, sarun 1, sarun 2, sarun 3, seruling, kanung, kangsi, gong besar dan gong kecil.

Dilihat dari nama-nama instrumennya, beberapa di antaranya mirip dengan nama-nama instrumen gamelan Keraton Surakarta. Misalnya sarun bisa saron, nama-nama seperti gambang, selentem, ketuk adalah instrumen yang ada dalam kelompok musik gamelan di Surakarta. Bukti di atas mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan yang erat antara kebudayaan Keraton Banjar dengan kebudayaan Keraton Surakarta.

Dikutip dari bengkulu.antaranews.com, wayang Banjar juga merupakan bagian dari koleksi Museum Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Museum Wayang tidak hanya menampilkan wayang, patung, lukisan, tetapi juga banyak kegiatan lainnya, seperti pertunjukan wayang, tetapi juga sesi pelatihan (workshop) dengan biaya tambahan Rp 15.000. Setelah itu, setiap hari Minggu, museum akan menggelar pertunjukan wayang gratis. Museum ini juga menyelenggarakan pertunjukan publik sepanjang malam di daerah tersebut. Demikian ulasan singkat tentang wayang Banjar, Kalimantan Selatan. Semoga dengan adanya kekayaan produk budaya kita di Indonesia, semakin membuat kita menjadi manusia yang berbudaya pula. Salam Museum di Hatiku, salam budaya!

Oleh :

Anisyah Padmanila Sari

Duta Museum DIY untuk Museum Wayang Kekayon

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta