Romantisme Kehidupan Pernikahan Sudirman dan Alfiah

by museum|| 19 Januari 2023 || || 5.808 kali

...

Kehidupan pernikahan Jenderal Sudirman dengan Alfiah merupakan salah satu topik yang jarang dibahas di masayarakat. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat pada masa itu terlebih kebiasaan keluarga Sudirman yang jarang melibatkan keluarganya dalam kepemudaan. Kendati demikian, romantisme kehidupan rumah tangga Sudirman dan Alfiah cukup menarik untuk dibahas.

Sudirman dan Alfiah menikah pada tahun 1936. Kehidupan rumah tangga Sudirman tidak menjadikannya alasan untuk berhenti berkegiatan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah. Sudirman tetap aktif sebagai pengajar di HIS Muhammadiyah. Walau nampak sekali dirinya begitu lelah menghadapi kesibukannya, rumah tangganya tetap tumbuh dengan harmonis.

Hubungan Sudirman dengan mertuanya, R. Sastroatmojo, berlangsung dengan sewajarnya. Pernah suatu ketika Sudirman jatuh sakit. Badannya kurus dan lesu, bibirnya tampak kering dan pecah-pecah. Ia tak dapat melakukan tugasnya sebagai pimpinan pemuda dan kepala sekolah untuk beberapa saat.

Mbok Tarsem (ibu angkat Sudirman) serta Samingan (adik kandung Sudirman) pun menjemput Sudirman untuk dibawa ke rumah di Kauman. Mereka bermaksud mengobati dan tetirah hingga kembali sembuh.

Pengobatan dilakukan secara tekun dengan penuh kesabaran. Obat yang digunakan pada umumnya berdasarkan obat-obatan tradisional. Setelah sembuh, Sudirman kembali ke Plasen.

Tahun 1937, Sudirman dan Alfiah dikaruniai putra yang pertama. Rasa haru dan tanggung jawab sebagai seorang ayah dan suami bertambah dalam kalbu Sudirman. Kebiasaan Sudirman sebagai seorang suami ialah dirinya sendiri yang senantiasa memilih dan membelikan keperluan untuk isitrinya. Kain, kebaya, kerudung, bedak, benang, sisir, hingga jarum sekalipun dirinya sendiri yang mengadakan.

Alfiah pernah bertanya pada Sudirman, ”Mas, mengapa Mas hanya menyukai bedak yang ini saja yang kupakai?”

Dengan tenang Sudiman pun menjawab, ”Kalau adik selalu mempergunakan bedak yang khusus, maka sekalipun dari jauh aku sudah mengetahui bau istriku.” Alfiah hanya senyum dikulum saja atas jawaban suaminya yang humor tapi mengena itu.

Sudirman memang cukup rajin dan teliti terhadap semua kebutuhan yang biasa digunakan oleh istrinya. Warna-warna benang yang paling disenangi istrinya pun Sudirman telah hafal di luar kepala. Pantaslah Nyonya Sudirman selama hidup jarang sekali keluar rumah, apa lagi keluar daerah Cilacap.

Cukup wajar bila kalangan masyarakat di luar daerah Cilacap kurang begitu mengenal Alfiah. Sudirman juga jarang sekali melibatkan kedinasan dengan masalah keluarganya. Pada diri Sudirman tidak ada sifat takabur atau riya. Bagi Sudirman, bila masyarakat menyanjung namanya, bukan berarti istri dan keluarganya harus pula ikut-ikutan.

Sudirman pun berputra tiga orang saat menjabat Komandan LBD. Pertambahan jumlah keluarga tersebut merupakan tanda bahwa kegiatannya sekarang tidak boleh sebatas persoalan kepemudaan saja. Ciri-ciri kedewasaan telah nampak pada diri Sudirman terbukti dengan kelahiran putra-putri yang sangat dicintainya.

Sudirman juga terkenal sebagai suami yang jajrang bicara bila mengenai pergaulan dengan istrinya. Percakapan hanya terbatas pada hal-hal yang perlu saja.

Kendati demikian, Sudirman cakap menghibur bahkan kadang justru hiburannya itu yang mengesankan bagi keluarganya. Sudirman mahal bicara, tapi sekali bicara yang sifatnya lelucon akan membuat orang di sekitarnya bahkan istrinya terpingkal-pingkal.

Sudirman pun jarang menegur dan marah pada orang lain yang berbuat kesalahan. Bu Dirman menjelaskan bahwa bila suaminya dalam keadaan marah atau ada masalah yang dibuat istrinya tapi dirinya tidak menyetujuinya, akan terlihat sikap-sikap tertentu dari Sudirman. Sikapnya adalah berdiam diri dan aksentuasi kalimat dan nada percakapannya panjang.

Pada saat yang baik, kemudian Sudirman menjelaskan permasalahannya. Sudirman senantiasa memberikan kesempatan istrinya untuk menjelaskan tindakan dan alasan-alasannya. Bila tindakan istrinya dipandang benar dan tidak menyimpang, maka dengan penuh lapang dada, Sudirman meminta maaf pada istrinya atas kekeliruannya. Dengan demikian, antara suami dan istri tidak ada ketegangan yang berlarut-larut.

Tampak jelas pula adanya pembagian tugas antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga Sudirman. Kesejahteraan rumah tangga, pendidikan akhlak, dan anak-anak dipercayakan sepenuhnya akan kebijaksanaan sang ibu. Sang suami sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas keselamatan hidup keluarganya.

Banyak orang merasa heran mengapa Bu Dirman jarang sekali mengetahui tugas suaminya dalam masyarakat akibat kebiasaan keluarga yang demikian. Suasana rumah tangga yang seperti itu juga dipengaruhi oleh tradisi yang hidup di masyarakat pada masa tersebut.

 

Ayuningtyas Rachmasari, S.S., Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Jenderal Besar Sudirman.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta