MELIHAT DARI DEKAT PASAR LEGI KOTAGEDE, PASAR TERTUA YANG ADA DI YOGYAKARTA

by museum|| 13 Februari 2023 || || 1.725 kali

...

Berkunjung ke Yogyakarta kurang lengkap rasanya jika tidak mengunjungi tempat-tempat wisata yang memiliki nilai sejarah di dalamnya. Salah satunya adalah keberadaan pasar tradisional yang telah ada sejak abad ke-16. Bahkan konon katanya keberadaan pasar ini sudah lebih dulu ada daripada Kerajaan Mataram Islam yang berpusat di Kotagede. Maka tidak heran jika pasar tradisional ini dijuluki sebagai pasar tertua yang ada di Yogyakarta. Ya, tentu saja Pasar Legi Kotagede.

Menurut beberapa sumber sejarah dikatakan bahwa setelah berhasil menumpas kerusuhan Pajang yang dipimpin oleh Arya Penangsang, Ki Gede Pemanahan bersama Ki Penjawi diberikan hadiah berupa tanah di kawasan Mataram dan Pati oleh Raja Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya. Ki Gede Pemanahan kemudian memilih kawasan Mataram yang saat itu masih berupa hutan. Setelah menerima bumi Mataram, Ki Gede Pemanahan membuka Alas (hutan) Mentaok menjadi sebuah kota. Ia kemudian menjadi penguasa di daerah tersebut dan berganti nama menjadi Ki Gede Mataram atau Ki Ageng Mataram.

Sebelum dibangun istana atau pemukiman di kawasan Mataram, Ki Gede Pemanahan terlebih dahulu membangun Sargedhe atau yang kini disebut sebagai Pasar Gede. Pasar sebagai pusat ekonomi dianggap jauh lebih penting bagi masyarakat Mataram daripada kerajaan sebagai pusat pemerintahan. Lebih jauh, pasar bukan hanya dianggap sebagai pusat ekonomi semata tetapi juga dijadikan sebagai tempat interaksi warga dengan segala bentuk kegiatan yang bisa terjadi di pasar. Sama halnya dengan kerajaan pada umumnya, tata kota atau wilayah pada jaman dahulu juga telah menganut konsep Catur Gatra Tunggal. Artinya dalam sebuah pemerintahan harus memiliki empath al, yaitu kraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai tempat berkumpul dan budaya, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat ekonomi.

Pada zaman dahulu, di sekitar Pasar Gede masih banyak ditumbuhi pohon perindang. Tempatnya pun belum seluas sekarang. Transaksi atau aktivitas jual-beli pada saat itu masih dilakukan di bawah pohon-pohon yang rindang, atau terkadang di bawah paying-payung besar. Pembeli datang menghampiri lapak-lapak para penjual yang duduk beralaskan tanah. Barang-barang yang diperdagangkan sebagian besar merupakan hasil bumi berupa beras, sayur-mayur, dan buah-buahan. Hasil bumi tersebut dibawa ke pasar dengan cara dipikul atau digendong dari desa tempat hasil bumi itu ditanam.

Lebih lanjut, Pasar Gede dinamai juga sebagai Pasar Legi karena ada hari pasaran menurut kalender Jawa di mana terjadi aktivitas transaksi yang paling ramai, yaitu pada hari pasaran Legi. Pada hari pasaran tersebut, selain dijual berbagai kebutuhan hidup sehari-hari, juga dijual berbagai jenis kain batik hingga barang-barang dari besi dan tembaga. Seperti alat penanak nasi, sabit, cangkul, dan pisau. Selain itu beragam aneka gerabah juga diperjualbelikan, seperti kendil (alat penanak nasi) dan kendi (tempat air minum). Beragam keperluan membatik juga dijual di pasar ini, seperti lilin, malam, dan celupan yang setiap hari terjual dalam jumlah yang besar.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pasar Legi Kotagede mengalami perkembangan yang cukup pesat jika dilihat dari banyaknya pedagang dari luar Kotagede yang mulai berdatangan dan menetap. Para pedagang yang datang menjual kayu bakar, mendirikan warung nasi dan minuman. Wajah pasar tidak banyak mengalami perubahan. Renovasi menyeluruh terakhir kali dilakukan pada tahun 1986. Kemudian tepat pada 22 Februari 1986, pasar ini diresmikan oleh Soegiarto, Walikota Yogyakarta pada masa itu. Saat gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada Mei 2006 lalu, tidak ditemukan kerusakan fisik yang begitu parah. Hanya terjadi kerusakan di beberapa bagian pasar. Kerusakan terparah justru terjadi pada Babon Anim, gardu listrik di barat laut pasar.

Saat ini, Pasar Legi Kotagede bukan hanya dijadikan sebagai tempat transaksi jual-beli kebutuhan, tetapi bangunannya sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang bersama-sama harus kita jaga.

Ramdani Rachmat

Duta Museum DIY untuk Museum Kotagede

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Perajin Batik Kulonprogo Perkuat Pasar Lokal untuk Jaga Produksi Tetap Stabil

by admin || 24 November 2016

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Perajin batik Kulonprogo mulai merasakan tanda-tanda kelesuan pasar batik yang biasa terjadi di akhir tahun. Untuk menjaga stabilitas produksinya, perajin batik ...


...
Kesenian Tari Hibur Peserta Funbike Gebyar Museum Pleret

by admin || 09 Oktober 2016

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rombongan Funbike Gebyar Museum Pleret tiba di Museum Purbakala Pleret. Tari Sigrak Sesolak, Tari Nawung Sekar ...


...
'Selendang Sutra' Penyatu Mahasiswa

by admin || 07 Oktober 2016

YOGYA (KRjogja.com) - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogya (Disbud DIY) bersama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) mengadakan 'Karnaval Selendang Sutra' 2016 guna mengurangi gesesekan ...


...
Disbud DIY Bersama Matra Akan Gelar Festival Gejog Lesung Keistimewaan

by admin || 07 September 2016

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY bersama Masyarakat Tradisi (Matra) Yogyakarta, akan menyelenggarakan Festival Gejog Lesung Keistimewaan, pada 9 dan 10 September 2016 ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2023

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta