Bukti Kasih Sayang Jenderal Sudirman pada Ibu dan Adiknya

by museum|| 17 Februari 2023 || || 1.103 kali

...

Sosok Jenderal Sudirman yang kita ketahui adalah pribadi yang rela berkorban dan aktif berjuang untuk Indonesia. Sang Jenderal begitu fokus pada rakyat dan tanah air Indonesia. Kehidupan Sudirman dalam berkeluarga pun jarang diketahui orang. Kendati demikian, tetap ada beberapa orang yang menilai renggang hubungan Sudirman dengan keluarganya, yaitu ibu dan adiknya.

Bila sepintas yang kita tahu tentang sosok Sudirman, memang membuat orang cenderung berpendapat demikian. Sebaliknya, bila kita mengkaji secara idiosinkratik Sudirman dengan humaniter bahwa ia berkeluarga dan berketurunan, kiranya terkaan demikian itu perlu mendapat pembenaran.

Tak jarang Sudirman menulis surat untuk keluarganya. Hubungan Sudirman dengan adiknya yang bernama Mokhamad Samingan, dapat dirasakan dari dalam suratnya yang terakhir sebelum Sudirman gugur. Kalimat mesra Sudirman dituliskannya untuk adiknya tersebut yang berbunyi ”Adikku Samingan yang tercinta..” telah menunjukkan betapa sayangnya Sudirman terhadap saudara satu-satunya itu.

Pada surat perpisahan tersebut, terukir harapan Sudirman untuk ibunya yang pada saat itu berada di kampung agar diperhatikan kehidupannya. Menurut salah satu sumber sejarah, Sudirman pernah mengajak ibunya untuk ikut ke Yogyakarta setelah ia memangku jabatan sebagai Panglima Besar TNI. Ibunya sendiri pun berkeras hati ingin tetap tinggal di desanya hingga akhir hayatnya.

Approach Sudirman sebagai seorang anak terhadap ibunya sudah banyak dilakukan. Hanya saja Sang Ibu ingin tetap pada suasana ”asli sebagai penduduk desa. Mbok Siyempun tidak menjadi latah dalam menikmati kebesaran putranya. Di sini kiranya kebesaran arti dari pribadi keluarga Sudirman dari pihak orangtuanya.

Menurut tafsiran logika, karier Sudirman yang begitu menanjak memberikan pandangan seolah tidak wajar bila membiarkan keluarganya hidup dengan sangat sederhana. Banyak kesempatan baginya untuk mengangkat derajat Mokhamad Samingan dengan memegang jabatan yang layak dan patut agar dapat memenuhi kehidupan keluarganya.

Pada kenyataannya, penampilan Sudirman dalam sejarah justru tidak seperti itu. Dengan kebesaran hati, ia membiarkan Samingan berusaha sendiri sesuai kemampuannya. Sikap Sudirman tersebut merupakan implementasi dari pandangan Sudirman di mana bahwa merupakan suatu penyelewengan bila seseorang menggunakan kedudukannya untuk kepentingan pribadi.

Pandangan yang senantiasa dipegang teguh Sudirman itupun juga mendapat persetujuan dari keluarganya. Maka, tak heran mengapa kedudukan Sudirman yang demikian tinggi namun kedudukan keluarganya tetap seperti sedia kala dan tidak menunjukkan perubahan yang menyolok. Adiknya pun masih tetap sebagai petugas di Lembaga Pemasyarakatan di Nusakambangan.

Karier Mokhamad Samingan sebagai pegawai negeri pun sempat menanjak. Dirinya sempat menduduki Kepala LPC Kembang Kuning Nusakambangan. Prestasi membanggakan yang didapatkannya tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebesaran Sudirman dalam pemerintahan RI.

Samingan benar-benar berusaha sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya. Secara naluriah, Samingan dan keluarganya menjaga sikap agar tidak menodai nama baik Sudirman yang telah dibangunnya.

Sudirman pun sebagai Panglima Besar TNI maupun sebagai Daidanco tidak pernah mewariskan harta kekayaan apa pun kepada ibu maupun istrinya, demikian pula pada saudaranya. Dari sudut pandang duniawi, keluarga Sudirman tak pernah mengecap kenikmatan materi dari hasil kebesaran yang pernah dicapai Sudirman. Secara filosofis, justru inilah letak kebesaran dan keagungan Jenderal Sudirman.

Kendati demikian, tanda-tanda kecintaan sebagai seorang anak terhadap ibunya, demikian pula sebagai seorang kakak kepada adiknya memiliki banyak bukti. Di anataranya adalah surat-surat pribadi yang disampaikan kepada saudaranya.

Selain itu, kebiasaan-kebiasaan orang berumah tangga senantiasa ia pancarkan dengan beberapa kenyataan dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu contoh yang pernah diakui kebenarannya adalah ketika Sudirman mengirimkan surat pada adiknya di Cilacap.

Selain surat, Sudirman juga memahami kegemaran Sang Ibu dan saudaranya. Dikirim pula bungkusan kerupuk rambak yang langsung dikirimkan dari Yogyakarta bersamaan dengan surat tersebut.

Bukti-bukti sederhana itu kiranya dapat sekaligus menghapuskan pendapat yang mengatakan bahwa Sudirman dalam kehidupannya sama sekali tak pernah memperhatikan kehidupan dan keadaan keluarganya. Manakala kita dengan tekun mendalami hubungan kekeluargaan antara Sudirman dengan ibu dan adiknya, di sana pula kita akan melihat kebesaran kepemimpinan nasional yang sesungguhnya dari tokoh Sudirman.

Ayuningtyas Rachmasari, S.S., Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Jenderal Besar Sudirman.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta