Pementasan Wayang Cina-Jawa  (Wacinwa) Oleh Ki Rifky Adi Wijaya Sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Hasil Akulturasi Budaya Jawa dan Tionghoa

Wayang Cina-Jawa atau yang kerap disebut Wacinwa merupakan sebutan untuk pertunjukan wayang kulit jawa dengan unsur cerita klasik Tiongkok. Wayang Cina-Jawa  (Wacinwa) diciptakan oleh Gan Thwan Sing, yang merupakan seniman keturunan Tionghoa  Yogyakarta.

Pembuatan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa)  ini terinspirasi dari pagelaran wayang kulit jawa yang pada saat itu menjadi seni pertunjukan yg digunakan untuk menghibur rakyat, sehingga pola pementasan wayang seperti suluk, kepyak, dan lain-lain menyesuaikan dengan pola pementasan wayang purwa. Uniknya Wayang Cina-Jawa (Wacinwa)  memiliki rupa yang berbeda, tidak mengambil Gaya Yogyakarta maupun Surakarta, namun wayang ini merupakan gambaran dari panglima, raja, dan penasehat yang memiliki bentuk mirip dengan topeng tiongkok. Wayang Cina-Jawa (Wacinwa)  ini menjadi kekayaan dunia yang langka dan hanya dapat ditemui di Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Universitas Yale Amerika.     

Saat ini terdapat seniman yang menggeluti Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) yang sekaligus merupakan Dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta, yaitu Bapak Aneng Kiswantoro. Pada tahun 2014, Museum Sonobudoyo membuat pameran wacinwa, namun ada permintaan untuk melakukan pementasan pementasan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) agar tidak hanya menjadi koleksi museum saja. Namun untuk merealisasikan hal tersebut terdapat kesulitan untuk mendapatkan dalang. Dengan ketertarikan Bapak Aneng Kiswantoro untuk mengembangkan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa), beliau memulai untuk menggambar dan membuat Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) sesuai dengan karakter wayang yang ada di Museum Sonobudoyo, serta dikembangkan dengan gaya pertunjukan masa kini baik dari segi bentuk maupun ukurannya.

Pada Sabtu, 25 Februari 2023 pukul 09.00 WIB Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Pagelaran Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) di Pelataran Tawang Turgo Museum Ullen Sentalu dengan didanai oleh Dana Keistimewaan. Pada kesempatan ini lakon yang akan dipertunjukan adalah Khai So Bun Lena, dan dibawakan oleh Dalang muda dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta yaitu Ki Rifky Adi Wijaya.

Ki Rifky Adi Wijaya atau kerap disapa Rifky, merupakan mahasiswa jurusan pedhalangan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang menyukai pertunjukan wayang kulit sejak usia TK. “Saya mulai suka wayang sejak TK, berawal ketika saya melihat siaran wayang di televisi, mulai dari situ saya tertarik dan suka dengan wayang. Pertama kali saya mendalang saat Kelas 2 Sekolah Dasar dalam acara perpisahan sekolah. Ketika usia SMP saya mulai masuk sanggar pedalangan yang bertempat di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya, atau yang saat ini disebut BBPPMPV Seni dan Budaya Yogyakarta. Mulai dari situ saya sering mengikuti event yang diadakan oleh dinas kebudayaan atau Pepadi sleman dan DIY.”  Tutur Rifky dalam wawancara singkat dengan Duta Museum DIY untuk Museum Ullen Sentalu setelah pementasanWayang Cina-Jawa (Wacinwa) dengan lakon Khai So Bun Lena 25 Februari silam.

Rifky mulai mengenal Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) sejak tahun 2021. Berkat dukungan serta bimbingan dari Bapak Aneng Kiswantoro, Rifky berhasil mementaskan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) dalam acara Hari Wayang Dunia. Hingga saat ini Rifky masih terus mempelajari Wayang Cina-Jawa (Wacinwa), kesulitan yang dihadapinya saat mempelajari dan mementaskan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa) adalah saat menghafalkan dan melafalkan nama-nama tokohnya, namun hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk semakin mendalami  dan turut melestarikan Wayang Cina-Jawa (Wacinwa).

Ditulis Oleh:

Afrida Icha Lavira

Duta Museum DIY Untuk Museum Ullen Sentalu