by museum|| 27 Maret 2023 || || 824 kali
Setelah Kemerdekaan Indonesia, Indonesia belum benar-benar bebas dari Belanda. Terjadi pertempuran diberbagai tempat. Salah satu tempat bersejarah yang digunakan untuk markas dan tempat latihan adalah di Segoroyoso, Pelret, Bantul. Dipakainya Segoroyoso sebagai Markas Komando Wehrkreise III pada masa perang Kemerdekaan bukannya suatu kebetulan tetapi memang ada latar belakang yang mendasarinya. Latar Belakang yang mendasarinya antara lain karena letak geografis desa Segoroyoso, karena di desa Segoroyoso telah berdiri Laskar Segoroyoso. Laskar Segoroyoso basis pejuang yang berasal dari rakyat.
Laskar Segoroyoso adalah asli rakyat setempat. Pelopor Laskar Segoroyoso adalah Wakijan yang bertempat tinggal di Segoroyoso, Wakijan pernah mendapat pendidikan kemiliteran pada akhir tahun 1945 waktu mengikuti kader kelakaran di Kabupaten Bantul Pada awal Januari 1946. Dalam berjuang Wakijan mungajak Dharmo Rumekso untuk mengikuti latihan kelaskaran di Jebugan Bantul, sepulangnya dari latihan inilah Wakijan, Dharmo Rumekso dan Wagimin pada bulan Februari 1946 berhasil membentuk Laskar Segoroyoso.
Pada tanggal 26 Desember 1948 Komandan Brigade X Divisi III bersama sejumlah staf dan pengawalanya mulal memasuki Segoroyoso dan langsung menuju ke rumah Wakijan (Gardo Utomo) yang pada saat itu telah menjabat sebagal Lurah Segoroyoso. Setelah berbincang-bincang sebentar kemudian diputuskan bersama bahwa rumah itu akan dijadikan sebagai markas Komando Brigade X Divisi III. Dengan ditempatkannya rumah Gardo Utomo sebagai Markas Komando wehrkreise III maka segera dibutuhkan kelengkapan markas, misalnya untuk kantor administrasi, palang merah, dapurumum dll.
Tercatat beberapa rumah penduduk yang kemudian dipakai sebagai pusat kegiatan operasional. Beberapa rumah penduduk yang digunakan sebagai markas adalah:
Desa Segoroyoso tidak hanya sebatas markas, namun dari Desa Segoroyoso tampak betapa menyatunya antara rakyat dan tentara pada waktu perang kemerdekaan, rakyat rela berkorban harta benda bahkan nyawanya demi perjuangan Indonesia.
Sumber: Anwar, Arudji. (2014). Tempat-tempat sejarah Perjuangan di DIY . Yogyakarta: Dinas Sosial DIY
Penulis: Kuni (Duta Museum TNI AD 2023)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...