by museum|| 28 Maret 2023 || || 2.284 kali
Bagi masyarakat Indonesia, istilah Perang Gerilya tentunya sudah melekat pada seorang pahlawan yang tersohor yaitu Panglima Besar Jenderal Sudirman. Hampir semua rute gerilya yang Sudirman lewati dan singgahi diabadikan oleh cagar budaya berupa monumen. Tak terkecuali di Dusun Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdapat sebuah Monumen Jenderal Sudirman.
Kali ini Jelajah Sudriman Chapter III mengulas tentang monumen yang menjulang setinggi kurang lebih 3 meter tersebut. Monumen Jenderal Soedirman ini merupakan sebuah tugu yang didirikan untuk mengenang jasa Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Bangunan bersejarah ini tinggi menjulang dan dikelilingi pepohonan. Untuk sampai ke sana, pengunjung harus menaiki 190 anak tangga karena letaknya yang berada di atas bukit. Pada monumen tersebut, terdapat prasasti dengan huruf Jawa berbunyi “Karyaning Pandita Wiwaraning Rahayu (1974)”.
Tugu dengan bentuk piramida tersebut merupakan wisata sejarah menarik yang dapat kunjungi. Untuk memasuki kawasan monumen ini, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya. Pengunjung hanya perlu membayar parkir bila membawa kendaraan.
Monumen yang letaknya tak jauh dari objek wisata Goa Pindul ini dipercayai merupakan rumah tempat persembunyian Jenderal Sudirman dari kejaran tentara Belanda saat gerilya yang dilakukaanya pada masa itu. Sekitar daerah tersebut dulunya dibom oleh Belanda ketika agresi militer Belanda sehingga membuat Jenderal Sudirman melarikan diri menuju Jawa Timur.
Menurut catatan sejarah, monumen tersebut dibangun untuk mengenang peristiwa 10 Maret 1949 di mana Markas Komando Pemerintahan Militer Kabupaten Gunungkidul yang terletak di Dusun Gelaran diserbu dan dibakar oleh tentara kolonial Belanda. Pada saat itu, Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, dijadikan sebagai markas pasukan Jenderal Sudirman setelah perjalanan melalui Panggang menuju perbatasan Wonogiri.
Kendati monumen ini terletak di kawasan objek wisata Goa Pindul, popularitas bangunan bersejarah tersebut justru kalah dengan objek wisata Goa Pindul. Tidak banyak wisatawan yang tergerak hatinya untuk mengunjungi monumen. Keberadaan Monumen Jenderal Sudirman tidak terlalu diminati wisatawan.
Wisatawan yang mengetahui keberadaannya hanya bertanya nama tempat tersebut dari kejauhan. Mereka tidak mencoba naik ke monumen yang berada di atas perbukitan itu. Kebanyakan dari mereka enggan menaiki anak tangga yang cukup banyak untuk sampai ke lokasi monumen tersebut berada.
Setiap bulannya nyaris tak ada yang berkenan menjamah tempat yang memiliki sejarah perjuangan tersebut. Warga sekitar pun jarang mengunjunginya. Padahal hampir setiap harinya ratusan hingga ribuan pengunjung datang ke Desa Bejiharjo untuk berwisata susur Goa Pindul. Akan tetapi, acap kali wisata berbasis pendidikan sejarah ini luput dari kunjungan bahkan mungkin banyak yang tak mengetahui keberadaannya.
Masyarakat telah mengusahakan eksistensi monumen dengan memasukkannya sebagai salah satu destinasi dalam paket wisata Goa Pindul. Kendati demikian, peminatnya pun tetap tidak banyak. Oleh karenanya, perlu dilakukan cara cerdas dalam menyebarluaskan eksistensi bangunan bersejarah ini.
Rekomendasi untuk cara cerdas yang dapat kita lakukan salah satunya adalah mengoptimalkan kemajuan teknologi digital. Hal yang dapat dilakukan misalnya menaikkan kembali isu sejarah perjuangan Jenderal Sudirman melalui dunia maya. Cukup banyak platform media sosial yang dapat dimanfaatkan.
Oleh karenanya, Jelajah Sudirman Chapter III ini mengangkat kembali Monumen Jenderal Sudirman yang ada di Bejiharjo. Harapannya, masyarakat dan seluruh stakeholder yang ada tergerak kembali hatinya untuk melestarikan peninggalan bersejarah tersebut.
Ayuningtyas Rachmasari, S.S., Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Jenderal Besar Sudirman.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...