Wayang Kulit Gaya Yogyakarta

by museum|| 18 April 2023 || || 9.583 kali

...

Yogyakarta selain terkenal sebagai kota pelajar juga terkenal sebagai kota budaya. Sebagai kota pelajar karena di kota ini banyak lembaga pendidikan dari tingkat pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi, para pelajar dan mahasiswa berasal darihampir seluruh wilayah Indonesia. Sebagai kota budaya karena di kota ini memiliki Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan sumber budaya Jawa hingga tetap berperan dalam pengembangan budaya.

Sebagai kota budaya banyak budaya yang masih dilestarikan antara lain tari, gamelan, wayang dan lain sebagainya. Salah satu warisan budaya yang sudah ada sejak zaman Madya yaitu wayang kulit. Wayang dibuat dari bahan utama kulit binatang kerbau, bahan pewarna putih dan perekatnya dibuat dari tulang binatang tersebut. Pada masa Demak, wayang kulit digambar miring dan dibuat irisan yaitu tangan masih menjadi satu dengan badan sehingga penampilan wayang masih sederhana.

Pada masa kerajaan Pajang wayang kulit disempurnakan dengan menambah berbagai busana seperti makutha/topong untuk tokoh raja, gelung atau ngore untuk tokoh satria, tokoh wayang memakai dodot dan memakai celana. Dibuat bermacam-macam senjata seperti gada, bindi, alugara, dan sebagainya. Adanya wayang kulit yang telah ditatah secara baik dan bagian rambut ditatah dengan seritan dan lainnya baru pada masa ini wayang kulit telah disempurnakan lagi dengan menambah tokoh binatang hutan. Pada masa Mataram di Kartasuro, wayang kulit disempurnakan lagi dengan memakai punakawan Bagong, para dewa memakai selendang, sepatu dan artibut lainnya. Sejak saat ini wayang kulit semakin disempurnakan hingga seperti yang kita lihat saat ini.

Wayang kulit purwa yang dijumpai sekarang ini merupakan wayang kulit yang telah mendapat pengaruh Islam. Dalam ajaran Islam ada satu ajaran yang melarang penggambaran mahluk hidup, sehingga sangat berpengaruh terhadap penggambaran/perwujudan wayang selanjutnya. Pedagang Ulama yang melarang penggambaran mahluk hidup sangat mempengaruhi seniman muslim, sehingga karyanya tidak ada yang realistik, kemampuan artistiknya beralih pada motif-motif dekoratif yang bercorak flora dan geometrik. Sehingga produk-produk seni rupa pada masa Islam dipenuhi oleh gaya stilistik yang rumit dan mengagumkan.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Dalam perkembangannya wayang kulit ini mengalami perubahan-perubahan dastis baik menyangkut bentuk maupun pemaknaannya. Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuk pada masa Hindu di Jawa, dimasa Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aruran dalam agama Islam. Memasuki masa Islam di Indonesia, wayang kulit purwa berkembang pesat setelah terjadi akulturasi antara budaya lama dan budaya baru yaitu ajaran Islam, sehingga wujud wayang kulit menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.

Wayang kulit purwa yang diwujudkan dalam masa Islam di Indonesia berkembang di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur termasuk Madura dan Yogyakarta. Sejak berdirinya Kasultanan Yogyakarta, dalam bidang kebudayaan khususnya yang berkaitan dengan masalah kesenian, yang merupakan bentuk identitas krajaan maka diciptakan bentuk-bentuk baru sesuai dengan ragam kehidupan dan sikap pemimpin Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan diciptakannya sebuah tokoh wayang Arjuna yang disebut Kanjeng Kyai Jayaningrum oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Ciri khas wayang kulit gaya Yogyakarta memiliki ciri yang pertama menggambarkan wayang (ringgit) bergerak, hal ini ditandai dengan tampilan posisi kaki yang melangkah lebar terutama pada tokoh jangkahan (gagahan). Ciri yang kedua mimiliki tampilan bentuk tambun yaitu penggambaran bentuk tubuh yang pendek dan kekar (gemuk) yang dinamakan dengan dhepah. Ciri yang ketiga yaitu pada umumnya tokoh-tokoh dalam wayang kulit gaya Yogyakarta mempunyai tangan yang sangat panjang hingga menyentuh kaki. Ciri yang keempat dari tatahannya dapat diketahui bahwa hampir semua tatahan tokoh wayang menggunakan unsure tatahan yang dinamakan inten-intenan, terutama pada pecahan uncal kencana, sumping, turida, dan bagian busana lainnya. Ciri yang kelima tokoh wayang kulit gaya Yogyakarta menggunakan sungging tlancap yang pada masa lampau disebut dengan sungging sorotan, yaitu unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalik yang lancip-lancip seperti bentuk tumpal pada motif kain batik. Ciri keenam yaitu pada bagian sinten-sinten atau lemahan yaitu bagian diantara kaki depan dan kaki belakang umumnya diwarna dengan merah.

Unsur tatahan wayang gaya Yogyakarta telah disusun sesuai dengan aturan-aturan dalam wayang dapat menghasilkan sesuatu yang rumit namun indah seperti yang dapat dinikmati pada tatahan wayang kulit saat ini. Unsur-unsur yang ada dalam tatahan kulit memiliki bentuk tersendiri dan memiliki nama atau sebutan masing-masing. Unsur wayang kulit inilah yang selama beberapa kurun waktu dipelajari dan dipertahankan secara turun-temurun sehingga tetap dikenal hingga sekarang. Dalam wayang kulit purwa diketahui sedikitnya ada empat belas unsur tatahan antara lain tatahan bubukan, tatahan semutdulur, tatahan langgatan, tatahan bubukiring, tatahan inten-intenan, tatahan langgatbubuk, tatahan sembuliyan, tatahan kawatan, tatahan seritan, tatahan patran, tatahan semen, tatahan srunen, tatahan wajikan dan tatahan mas-masan.

Bagian wayang kulit yang ditatah yaitu busana bagian mahkota, busana bagian tubuh, busana bagian tangan dan busana bagian bawah atau kaki. Unsur sungging wayang kulit antara lain sungging tlancap, sunging sawutan, sungging kelopan, sungging cawen, sungging balesan, sungging drenjeman, sungging waleran, sungging bludiran, sungging cinden, sunging ulat-ulatan, dan sunggih kampuh. Bagian wayang kulit yang disungging yaitu busana bagian mahkota, busana bagian tubuh, busana pada bagian tangan, dan busana pada bagian bawah atau kaki. Wayang kulit gaya Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri yang belum banyak diketahui sehingga perlu disebarluaskan agar keistimewaannya dapat dinikmati oleh kalangan luas. Sehingga wayang kulit gaya Yogyakarta akan terus lestari sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

 Susana Stella, Duta Museum untuk Museum Sonobudoyo

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta