by museum|| 24 Mei 2023 || || 1.243 kali
Salam sahabat museum.. Museum di hatiku..
Hai hai hai sahabat museum.. Yuk kita mengenal salah satu koleksi terbaik dari Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta. Bukan maket, tapi menarik.. Bukan benda yang unik, tapi bermanfaat kalau kita tahu sejarahnya.. Hmm apa ya? Yuk simak ceritanya!
Koleksi tersebut bukan merupakan koleksi baru, namun koleksi yang sudah cukup lama disajikan di dalam Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta. Koleksi tersebut adalah Miniatur Tugu Yogyakarta. Miniatur ini dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya loh, sahabat museum. Mulai dari warna hingga bentuk nya. Tentu saja terdapat narasi tentang apa itu Tugu Yogyakarta untuk mempermudah para pengunjung yang datang ke Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta.
Tugu Jogja bisa dikatakan merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig. Fungsi lain dari Tugu sebagai patokan arah saat Sri Sultan Hamangku Buwono I melakukan meditasi yang menghadap puncak Gunung Merapi pada saat itu.
Tahukah sahabat museum, jika bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas? Yup.. bangunan awal Tugu Yogyakarta tidak seperti yang saat ini kita sering lihat loh.. Bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.
Namun, gempa yang mengguncang Yogyakarta membuat bangunan tugu runtuh. Kemudian bangunan Tugu Yogyakarta direnovasi dan dibangun kembali. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak masyarakat bahkan pendatang sangat kagum dengan bangunan tersebut. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menyempatkan diri untuk mengantri hanya demi berfoto atau berswafoto di dekat bangunan Tugu Yogyakarta itu. Tak mau kalah, banyak wartawan dan reporter yang juga mengulik kisah dari Tugu Yogyakarta dalam berita, majalah atau media lainnya supaya masyarakat juga turut memahami bagaimana kisah dan sejarah dari bangunan Tugu Yogyakarta tersebut.
Nah sampai disini, siapa yang baru tahu kalau sebenarnya Tugu Yogyakarta yang saat ini sering kita lihat bukanlah bentuk bangunan asli dari Tugu Yogyakarta? Semoga penjelasan singkat tersebut dapat menemani sahabat museum dimanapun kalian berada untuk belajar lebih dalam mengenai sejarah yaa..
Jika sahabat museum ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, bisa datangi bangunan Tugu Yogyakarta langsung yaa.. Jangan lupa juga untuk datang ke Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta untuk mengetahui sejarah lengkap dari Tugu Yogyakarta itu.
Salam sahabat museum.. museum di hatiku.. Sampai berjumpa di Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta yaa Sahabat Museum..
Fitri Maghfiroh, A.Md.T. (Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...