Mesin Sheet Roneo 250 Saksi Perkembangan Pendidikan Indonesia

Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Dalam Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta merupakan sebuah nama yang diberikan oleh Paku Buwono II raja Mataram 1719-1727 sebagai pengganti nama dari pesanggrahan Garjitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta berarti Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. 

Yogyakarta dikenal juga sebagai kota pelajar seiring dengan pesatnya perkembangan dan pertumbuhan lembaga pendidikan di kota ini. Mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi yang berkualitas menjadikan kota Yogyakarta sebagai tujuan menimba ilmu bagi para warga luar DIY. Banyaknya pelajar dan mahasiswa yang menimba ilmu di kota ini berdampak positif pada sector ekonomi yang menunjang kebutuhan para pelajar dan mahasiswa seperti swalayan, rumah makan, kost, hingga tempat rekreasi.

Salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta yang menjadi tujuan menimba ilmu adalah adalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dahulu UNY merupakan Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan (IKIP)  Yogyakarta yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) pada tanggal 21 Mei 1964. Saat itu tuntutan terhadap dunia pendidikan semakin tinggi sehingga permintaan tenaga pengajar juga tinggi sehingga IKIP pun dituntut untuk terus berkembang demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada tahun 1999 IKIP Yogyakarta diberi perluasan mandate menjadi Universitas yang diberikan oleh pemerintah melalui  Keputusan Presiden RI no 93 th 1999 sehingga IKIP Yogyakarta berganti menjadi Universitas Yogyakarta (UNY).

Sebagai salah satu saksi perkembangan pendidikan di Yogyakarta, tidak salah jika kemudian UNY mendirikan Museum Pendidikan Indonesia. Latar belakang pendirian Museum Pendidikan Indonesi adalah melestarikan sejarah pendidikan yang ada di Indonesia dari masa Prasejarah hingga masa Pasca Reformasi. Museum Pendidikan Indonesia didirikan pada masa Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D. yang menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Pada tanggal tanggal 8 Juli 2008 Museum Pendidikan Indonesia diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.  

Secara historis, gedung Museum Pendidikan Indonesia sendiri memiliki nilai historis bagi Universitas Negeri Yogyakarta. Bangunan yang saat ini dikembangkan menjadi Museum Pendidikan Indonesia merupakan Rektorat pertama IKIP Negeri Yogyakarta sebelum berpindah di sebelah utara di Gang Guru, Karangmalang dan gedung rektorat yang sekarang. Museum Pendidikan Indonesia menyimpan koleksi yang berkaitan dengan sejarah pendidikan di Indonesia lintas masa.  Koleksi yang ada di Museum pendidikan Indonesia secara kepemilikan terdiri atas koleksi milik museum dan koleksi pinjam dari instansi lain. Sedangkan secara keaslian, koleksi Museum Pendidikan Indonesia terdiri atas koleksi asli dan replika.

Salah satu koleksi Museum Pendidikan Indonesia yang menarik adalah Mesin Sheet Roneo 250.  Pada awalnya Mesin tersebut berfungsi sebagai pengganda dokumen soal-soal ujian dan buku panduan di sekolah. Mesin merk Sheet roneo 250 ini banyak digunakan sekitar tahun 1970-an oleh tenaga pendidik waktu itu. Koleksi ini menjadi salah satu penanda perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.

Kegelisahan Sugeng Mardiono terhadap minimnya rekaman sejarah terkait pendidikan di Indonesia menjadi core pendirian Museum Pendidikan Indonesia. Pendidikan sebagai salah satu aspek penting bangsa perlu mendapat dokumentasi agar perjuangan dan kisahnya dapat dinikmati secara turun temurun. Koleksi-koleksi yang ada di dalam Museum Pendidikan Indonesia UNY ini tidak hanya menjadi rekaman sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga mampu membawa ingatan masa kecil. Kehadiran Museum Pendidikan Indonesia UNY diharapkan mampu membantu generasi muda memahami perjuangan para pejuang pendidikan untuk mempermudah akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia. (cup)

---------------
Kontributor :
A. Pratiwi (pecinta sejarah & museum)