by museum|| 08 Juni 2023 || || 2.391 kali
Kotagede merupakan salah satu lokasi bersejarah bagi perkembangan Mataram Islam. Sebagai ibu kota kerajaan, Kotagede berkembang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian yang mendukung rakyat Mataram Islam. Meski pada tahun 1613 Sultan Agung memindahkan pusat kerajaan ke Kerta tidak membuat wilayah ini menjadi sepi dan tetap menjadi wilayah yang berpengaruh pada masa Mataram Islam. DI Kotagede dapat dijumpai berbagai peninggalan era Mataram Islam seperti makam para pendiri kerajaan, Masjid Kotagede, rumah tradisional, toponim perkampungan, dan struktur benteng Keraton Mataram Islam Kotagede.
Selain dikenal sebagai pusat perkembangan Mataram Islam, Kotagede juga memiliki potensi kerajinan berupa perak. Perak digunakan sebagai bahan membuat perhiasan untuk menggantikan emas yang harganya lebih mahal. Meskipun harganya terjangkau, perak merupakan salah satu barang investasi yang bernilai tinggi dan diminati banyak orang karena keistimewaan warna dan kekhasan desainnya. Perak Kotagede mulai muncul saat wilayah ini mulai dibangun pada abad XVI Masehi sebagai pusat kerajaan yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta perdagangan, serta salah satu simbol kemewahan.
Pada tahun 1930, industri perak Kotagede berkembang pesat dan mulai dikenal pasaran dunia. Mary Agnes van Gesseler Verschuir, istri PRW van Gesseler Verschuir, Gubernur Jogjakarta tahun 1929 adalah tokoh dibalik berkembangnya industry perak di wilayah ini. Industri perak yang semula untuk memenuhi kebutuhan Keraton, mulai berkembang memenuhi kebutuhan mencanegara dengan melayani pesanan kebutuhan rumah tangga orang Eropa dengan bahan perak seperti sendok, garpu, sendok nasi, panci, piring, dan cangkir.
Museum Kotagede Intro Living Museum merupakan lokasi rekreasi dan edukasi di wilayah Kotagede yang menjadi salah satu tempat untuk menyimpan dan memamerkan koleksi perak khas dari industri perak Kotagede. Bangunan Museum yang menempati bangunan cagar budaya Rumah Kalang yang dahulu merupakan tempat tinggal B.H. Noerijah, salah satu tokoh Wong Kalang Kotagede. Pengunjung yang datang akan disajikan 4 klaster yang ada di Kotagede yaitu Klaster Situs Arkeologi dan Lansekap Sejarah, Klaster Kemahiran Teknologi Tradisional, Klaster Seni Pertunjukan Sastra, Adat-Tradisi dan Kehidupan Keseharian, dan klaster Pergerakan Sosial Kemasyarakatan. Pada Klaster Kemahiran Teknologi Tradisional inilah sejarah perkembangan perak di Kotagede disajikan kepada pengunjung museum.
Menurut Priyo Salim, Ukiran perak Kotagede terinspirasi dari ukiran bangunan-bangunan kuno yang ada di Jawa seperti di Candi Mantingan, Candi Prambanan, dan lain-lain. Hal tersebut yang kemudian menjadikan perak Kotagede menjadi unik dan khas dengan gaya seni ukir perak berbeda dengan wilayah lain. Kecintaan Priyo Salim terhadap perak tak lepas dari peran ayahnya yang merupakan salah satu pengusaha perak di Kotagede. Berkat ayahnya tersebut, Priyo Salim menggeluti kerajinan perak dan meneruskan usaha yang telah dirintis ayahnya. Ia beranggapan perak Kotagede merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang wajib dilestarikan. (cup)
----------
Kontributor
A. Pratiwi (Pecinta Museum & Sejarah)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...