MELIRIK GAYA ARSITEKTUR RUMAH KALANG SEBAGAI DESTINASI WISATA SEJARAH DI KOTAGEDE

by museum|| 09 Juni 2023 || || 2.435 kali

...

 

Yogyakarta sebagai kota wisata budaya seperti tidak pernah kehabisan cara untuk mendekatkan masyarakat dengan sejarah dan peninggalan budaya yang ada di masa lampau. Seperti yang sudah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui seksi Permuseuman Bidang Pelestarian dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman mencoba mengelola bangunan bersejarah sebagai museum, seperti yang dicontohkan lewat Museum Kotagede dengan konsep living museum. Penggunaan konsep ini tidak lain adalah untuk menghadirkan suasana pada periode masa lampau dengan melibatkan aktivitas masyarakat melalui tradisi yang masih hidup dan mendukung upaya pelestarian, serta menjadi pusat informasi bagi sebuah wilayah. Salah satu asset milik Pemerintah Daerah DIY yang dipilih untuk dijadikan sebagai sebuah museum adalah Rumah Kalang.

Tidak diketahui secara pasti asal-usul penyebutan nama “kalang”. Sementara itu, golongan kalang adalah orang Jawa (etnis Jawa) berketurunan dari Jaka Sasana, seorang ahli ukir dari Bali, dengan Putri Ambarlulung yang merupakan seorang ahli tenun, saudara perempuan dari Sultan Agung yang kemudian menurunkan kelompok masyarakat Jawa yang disebut wong kalang. Menurut beberapa sumber sejarah dikatakan sejak masa pemerintahan Sultan Agung, kaum kalang sudah bertempat tinggal di Tegalgendhu, Kotagede. Pada saat itu, Sultan menempatkan kaum kalang di sebelah Barat Sungai Gajah Wong, di mana wilayah tersebut berada di luar Mataram. Orang-orang kalang yang pada saat itu berprofesi sebagai undagi kayu mulai beralih profesi menjadi seorang pedagang, saudagar, dan pengusaha yang sukses. Maka tidak heran jika rumah tempat tinggal orang-orang kalang terlihat besar, bagus, dan mewah.

Konon katanya orang-orang kalang yang datang Kawasan Kotagede ini dihalangi untuk tidak tinggal di dalam Kawasan Kotagede. Itu juga yang menjadi asal usul istilah kalang yang dalam Bahasa jawa “dikalangi” artinya “dipagari”. Sehingga bisa dilihat saat ini bahwa deretan rumah-rumah kalang yang berada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede ini berada di luar Kawasan dan berdiri di sepanjang Jalan Tegal Gendu, Prenggan, Kotagede Yogyakarta.

Rumah kalang menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawa. Secara arsitektural, rumah kalang sangat mudah dikenali keberadaanya. Hal ini dikarenakan rumah ini memiliki ciri arsitektur berupa perpaduan antara gaya arsitektur jawa (terutama pada tata ruangan) dan gaya Indis (terutama pada ornament).  Secara detail, bangunan yang kini diubah menjadi sebuah museum ini memiliki tiang bergaya Coronthia-Romawi. Sementara itu, pada bagian interior bangunannya dihiasi kaca patri berwarna-warni. Batu ubin bermotif pada lantai atau bagian penutup dinding bawah, dengan pintu dan jendela berukuran besar dalam jumlah banyak. Unsur-unsur arsitektur biasanya ditonjolkan pada bagian depan dari rumah kalang ini. Terkhusus pada bagian kanopi yang menjadi tanda pintu masuk utama. Adanya latar belakang sosio-kultural dengan status sosial yang tinggi karena kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh kaum kalang, memberikan penjelasan mengapa unsur arsitektur pada bagian depan perlu ditonjolkan.

Jika dilihat dari ornamen yang ada, rumah kalang juga dipengaruhi oleh gaya art Nouveau dan art Deco. Hal ini dapat dilihat dari ornamennya yang bertema dan merupakan hasil stilasi flora, fauna, dengan bentuk yang geometris dan berbeda dengan ragam hias yang ada pada rumah tradisional Jawa. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, rumah kalang sudah beberapa kali mengalami renovasi dan perbaikan, termasuk perbaikan kerusakan akibat gempa Yogyakarta pada Mei 2006 lalu. Gempa dengan kekuatan 6,4 magnitudo yang mengguncang Yogyakarta mengakibatkan banyak rumah-rumah tradisional mengalami banyak kerusakan hingga roboh dan keberadaannya menghilang. Sebagai bentuk upaya melestarikan cagar budaya yang ada, pemerintah turut melakukan tahapan perawatan. Namun, beberapa teknik perawatan yang dilakukan justru telah mengubah sebagian elemen arsitekturnya. Hal yang lebih dikhawatirkan adalah ketika pemilik tidak mengetahui tentang nilai sejarah atau historisnya, nilai filosofisnya, karakter dan arsitekturnya, serta araham perawatan bangunan cagar budaya. Jika ini terjadi tentunya rumah kalang akan kehilangan karakter dan citranya sebagai bangunan lama yang ada di Kotagede.

Guna memudahkan para pengunjung yang datang, pengelola membagi Intro Living Museum Kotagede menjadi empat klaster yang mewakili sejarah. Klaster pertama merupakan bagian arkeologi dan sejarah. Di sini pengunjung dapat melihat secara langsung peninggalan berupa artefak, bangunan, cagar budaya, dan lainnya. Terdapat juga koleksi video mapping yang sangat informatif membahas sejarah Kerajaan Mataram Islam saat Ibu Kotanya di Kotagede. Koleksi video mapping ini menjadi salah satu koleksi iconic dari Museum Kotagede Intro Living Museum.

Klaster kedua merupakan kemahiran tradisional yang berisi informasi seputar peninggalan arsitektur dan kriya perak. Beberapa koleksi kerajinan-kerajinan yang ditampilkan dalam ruangan ini merupakan hasil kerajinan perak langsung dari pengrajin perak Kotagede. Selain itu, terdapat juga koleksi alat pembuatan kerajianan perak tersebut dari awal proses dibentuk hingga menjadi sebuah karya yang luar biasa. Terdapat pula koleksi bahu danyang yang terkenal sebagai sokong penyangga dari bangunan rumah adat joglo khas dari Kotagede. Penjelasan terkait bahu danyang dapat ditemukan disini hingga bagaimana sokong penyangga ini dapat berubah menjadi konsol besi yang dibawa oleh pengaruh kedatangan VOC dimasa lalu.

 Lanjut ke klister ketiga yaitu sastra, seni pertunjukan, dan adat tradisi. Pada klister ini berisi informasi seputar sejarah kreasi seni hingga kuliner khas Kotagede, seperti kipo, kembang waru, buku-buku sastra dari penulis Kotagede, al-qur’an cilik, dan masih banyak lagi koleksi-koleksi yang bisa dijumpai di ruangan ini. Terakhir merupakan klister sosial. Di dalamnya terdapat sejarah muncul dan berkembangnya organisasi sosial dan kemasyarakatan yang berasal dari Kotagede, termasuk peran mereka dalam kemerdekaan Indonesia.

Beberapa koleksi berasal dari hibah tokoh dan masyarakat Kotagede, serta dari ahli waris Ibu Hj Noerijah, pemilik lama rumah kalang. Hal ini pula yang membuat salah satu dari ruang museum ini menjadi special karena diperuntukkan untuk membahas seputar sejarah dari pemilik rumah kalang ini yakni ibu Hj Noerijah. Beberapa barang-barang pribadi serta foto dan lukisan beliau dapat dijumpai disini.

Ramdani Rachmat

Duta Museum DIY untuk Museum Kotagede

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta