Desa Budaya DIY "Ora Mingkuh"

by ifid|| 27 Juni 2023 || || 1.048 kali

...

Pentas Budaya Kangen Selasa Wagen kembali di gelar pada Senin (26/06/2023). Setelah dibuka secara resmi 14 Maret lalu, panggung ekspresi seni kembali digelar di Monumen Serangan Umum 1 Maret Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelataran panggung dipadati pengunjung baik dari domestik, dan ada atau dari Dinas  maupun mancanegara sejak sore hari. Geliat seni desa, budaya desa dan  alunan gamelan gaya Yogyakarta mampu menarik hadirin untuk menyaksikan sajian istimewa tersebut.

Dinas Kebuayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui Seksi Lembaga Budaya, telah sukses menyelenggarakan Pentas Seni Desa Budaya diikuti 76 Desa Budaya di wilayah DIY merupakan sebuah gelar seni unggulan yang hanya terdapat di DIY diselenggarakan sebagai upaya menjaga eksistensi & pemberdayaan kesenian tradisional menjadi sebuah atraksi budaya dengan tidak mengubah nilai-nilai esensialnya, fokusnya pada pengemasan ke masyarakat menjadi sebuah bentuk pergelaran kebudayaan yang menarik serta komunikatif, dengan menampilkan unsur koreografi pertunjukan sehingga dapat dinikmati, dihayati dan diapresiasi masyarakat.

Mengusung tema “Ora Mingkuh” kata tersebut dikutip dari istilah Jawa. Mengusung tema Ora Mingkuh, dikutip dari falsafah pendiri Kraton Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I yaitu Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh. Yang dimaksud denganOra Mingkuh” adalah sikap pantang menyerah dan tidak takut menghadapi kesulitan. Hal tersebut merupakan sebuah ajakan sekaligus harapan terhadap seluruh unsur yang ada dalam Kalurahan/Kelurahan Budaya DIY baik dari para pelaku seni, budayawan, perangkat Kelurahan/Kalurahan, Warga Kalurahan/Kelurahan Budaya, Pendamping Budaya, maupun Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY untuk selalu pantang menyerah dan tidak takut menghadapi kesulitan (Ora Mingkuh) dalam mengemban tugas melestarikan dan mengembangkan kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Dalam Pementasan Selasa Wagen "Ora Mingkuh" terdapat sebelas Desa Budaya DIY yang mempersembahan pertunjukan daeranya, serta UKMM Desa Budaya, tidak hanya duabelas Desa Budaya yang tampil, kali ini di panggung Selasa Wagen "Ora Mingkuh" ada yang spesial yaitu pertunjukan Seni Budaya dari Propinsi Lampung, dengan tarian Slendanng Mayang. 

Selendang Mayang merupakan interpretasi sebuah keindahan dan keanggunan wanita Lampung ketika memainkan selendang yang melingkar di tubuhnya. Karya ini menggunakan hasil studi gerak dasar tari Lampung berupa ragam gerak tari bedana. Gerak tersebut dieksplorasi menjadi sebuah tarian yang utuh, dalam bentuk gerak tari murni serta diiringi musik yang dinanis. Kaki bergerak lincah, tangan gemuali serta senyumyang mempesona, sikopri muli Lampung.

Duabelas Desa Budaya yang tampil yaitu;

1. Kalurahan Gilangharjo, Kabupaten Bantul

"Reog Sandya Dirandra"

 Ada sebuah cerita yang berkembang di Padukuhan Kadisoro Kalurahan Gilangharjo. Cerita ini mengisahkan tentang Nyai Kadisoro, seorang wanita pendamping dari Pembayun, seorang prajurit wanita pemberani dari Kerajaan Mataram Islam.

Nyai Kadisoro terlihat lemah lembut dan anggun, namun ia memiliki kekuatan kanuragan linuwih yang luar biasa untuk melindungi diri dan juga melindungi Pembayun. Ia merupakan telik sandi yang hebat yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram Islam. Nyai Kadisoro memimpin sebuah barisan prajurit wanita yang menyamar menjadi pelayan Pembayun, mereka adalah prajurit terselubung yang melaksanakan kegiatan rutin gladen kanuragan sebagai bekal berperang dan melindungi Nyai Pembayun.

Cerita ini mengambil latar belakang sejarah di Kerajaan Mataram Islam dan lokalitas historisnya terletak di Padukuhan Kadisoro Kalurahan Gilangharjo. Sandya dalam bahasa sanskerta berarti persatuan dan Dirindra sendiri bermakna keberanian. Kalurahan Budaya Gilangharjo mengangkat kisah ini dan mengemasnya dalam pertunjukan Reog Keprajuritan yang menggambarkan keberanian, kekuatan, dan kesetiaan Nyai Kadisoro beserta barisan prajurit wanita yang dipimpinnya.

2. Kalurahan Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul

“Tari Nayaka Kusuma”

Nayaka yang berarti prajurit dan Kusuma berarti wanita. Nayaka Kusuma adalah tarian yang menggambarkan sosok prajurit wanita bernama Roro Rubiyah atau Raden Ayu Matah Ati, tarian ini diangkat berdasarkan kisah Raden Ayu Matah Ati yang gigih dalam berlatih perang untuk melawan penjajah. Segala rintangan ia hadapi tanpa rasa takut. Keris dan panah menjadi andalannya untuk menumpas para musuh.

Potensi Kerajinan dan Kuliner: Kerajinan Batik Cap dan Tulis, Batik Ecoprint, Warangko Keris, Lukisan Pelepah Pisang, Kerajinan Tas, Kerajinan Sandal, Wingko Godog, Seruni, Jamu Tradisional

3. Pandowoharjo, Sleman, Sleman

  Yogyakarta Istimewa

Lagu ini menceritakan kekaguman dan Kebanggan terhadap kota Yogyakarta. merindukan suasana kota Yogyakarta yang terkenal akan suasana keramahannya serta kebersamaannya. Suasana keramaian di sekitar yang menjual berbagai makanan khas kota Yogyakarta. Di setiap kaki lima terdapat para musisi jalanan yang memainkan lagu yang diiringi alat musik khas daerah sembari menemani para pembeli yang menikmati makanan kaki lima. Keramahan masyarakat kota Yogyakarta yang membuatnya rindu akan suasana kota Yogyakarta

 Potensi Kuliner : Gethuk Madu, Legondo, Jamur Crispy, Usus Crispy, Basreng, Wedang Seruni

 Kerajinan       : Kerajinan Pot Sepet

4. Kalurahan Budaya Jerukwudel, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul

Campursari Jagadita

Campursari Jagadita didirikan pada tahun 2019. Kelompok ini bermula dari remaja Jerukwudel yang mempunyai kecintaan terhadap musik modern dan tradisional. Kelompok ini lantas mengembangkan keterampilannya pada genre musik campursari. Sejak berdirinya Campursari Jagadita, kelompok ini sering berkegiatan pada pentas acara Rasulan maupun Hajatan. Jagadita memiliki arti kesejahteraan dunia. Pemberian nama tersebut memiliki pengharapan supaya remaja Jerukwudel mendapatkan kesejahteraan melalui seni musik campursari.

 Kerajinan : Batik Jeruk

 Kuliner : Wingko Babat, Jenang Grendul, Bendrat, Kripik Debok, Jadah Tempe, Puli Tempe, Sale Pisang, Enting-enting Kacang Ijo, Wajik                 Kletik, Amplang Ikan Pedas, Dawet Kleler, Tape Telo, Legondo, Jamu Jawa Instan

5. Kalurahan Mandiri Budaya Sendangmulyo, Kabupaten Sleman

”Jathilan Lancur”

  R.A Kustilah Wulaningsih atau Nyi Ageng Serang adalah putri Seorang Bupati purwodadi Yaitu Pangeran Natapraja, Setelah menginjak usia dewasa Nyi Ageng Serang mendapat pendidikan ketrampilan di bidang militer di Kraton Yogyakrata. Merupakan keturunan bangsawan yang sangat dekat dengan rakyat. Sehingga timbul jiwa kepahlawananya takkala beliau melihat rakyat menderita akibat tindakan dari penjajah belanda, Sehingga beliau mulai mengobarkan semangat pejuang untuk membela rakyat. Kemudian beliau bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro dan menjadi salah satu panglima andalan, dalam perjuanganya melawan penjajah Nyi Ageng Serang memilih pegunungan menoreh Sebagai  tempat pertahananya.

6.  Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul

“ Kethek Ogleng “

 Kethek Ogleng adalah merupakan jenis kesenian rakyat berasal dari Babad Kediri, yang meneriterakan tentang kisah cinta Panji Asamara Bangun dengan Galuh Candrakirana. Keberadaan kesenian rakyat Kethek Ogleng di Padukuhan Kepil , Kalurahan Putat, sudah sejak jaman dahulu secara run – temurun.

Kethek ogleng disajikan dengan gerak tari tradisi dan berpijak pada gerak klasik serta dikemas menggunakan kostum yang sudah mengikuti perkembangan tradisi.

7. Kalurahan Budaya Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo

 Tari Jurit Menak

            Tari Jurit Menak Adalah sebuah pengembangan budaya yang terinspirasi dari kesenian Reog Wayang dan Wayang Golek yang ada di Kapanewon Sentolo, Kulon Progo dengan tokoh utama Umar Moyo - Umar Madi.

8.  Kalurahan Katongan, Gunungkidul

 Kolaborasi Gejog Lesung & Thoklik

Kesenian tradisional ini berupa permainan instrumen musik perkusi menggunakan lesung, alu, serta kentongan. Gejog lesung biasanya dimainkan oleh ibu-ibu setelah selesai menumbuk padi diselingi dengan nyanyian dan menari bersama dan Thoklik dimainkan oleh bapak-bapak pada saat ronda dimalam hari.

Kolaborasi kesenian tradisional ini menggabungkan antara Gejog Lesung dan Thoklik sehingga menjadi musik yang indah dan berirama, serta dipadukan dengan vokal dan tarian yang menggambarkan kegiatan warga 

9. Kalurahan Budaya Seloharjo, Bantul

Jathilan Prajurit Ki Joyonegoro

Ki Joyonegoro

Tokoh Joyonegoro adalah seorang ulama besar Keraton dan pemimpin pasukan Diponegoro yang bernama Ahmad Tohir. Peperangan di wilayah Dusun Geger terjadi karena datangnya pasukan Belanda dari sisi barat, utara, dan timur. Strategi Ki Joyonegoro beserta pasukannya menunggangi kuda dan bertempur sekuat tenaga melawan pasukan Belanda.

Anak Ki Joyonegoro yakni Jamuka dan Jayasumiling membantu dalam peperangan tersebut. Dan mereka akhirnya bisa melumpuhkan lawannya. Kemudian cerita tersebut dikemas menjadi kesenian Jathilan dengan mengambil kisah Joyonegoro

10.  Desa Budaya Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman

Wi…  wigatining manungso iku kudu

Do…  sembada

Do… guyup rukun

Gambaran warga Desa Budaya Widodomartani , dimana ada seorang tokoh bernama Ki Purwo Widodo menakhlukkan danyang  mbaurekso di wilayah selatan gunung Merapi dan membangun desa yang makmur dan sejahtera.

Kebersamaan, kebahagiaan anak anak dan putra putri warga widodomartani tertuang dalam ragam dan gerak sebuah tarian berjudul TARI WIDODO.

11. Kalurahan Tayuban, Kulon Progo

Sendratari Dewi Sri

 Kalurahan Tayuban merupakan wilayah pertanian yang subur dengan sebagian besar warga masyarakatnya sebagai petani. Hampir setiap hari aktifitas warga masyarakat dilakukan dengan bertani di sawah. Pada sendratari ini diceritakan bahwa sebagian warga masyarakat terusik, dimana sawah yang menjadi sumber kehidupan dan mata pencaharian mereka rusak oleh hama yang menyerang sehingga masyarakat mengalami kerugian tidak bisa memanen padi yang telah ditanam.

Hingga pada akhirnya warga masyarakat melakukan doa bersama kepada tuhan yang maha esa agar diberikan petunjuk yang baik. Dan hadirlah sang hyang dewi sri yang memberi petunjuk kepada warga masyarakat agar bergotong royong memberantas hama yang menyerang persawahan tersebut.

Akhirnya warga gotong royong bersama-sama bahu membahu untuk memberantas hama yang menyerang. Atas usaha yang dilakukan akhirnya hama yang menyerang dibasmi dan sawah subur kembali. Sebagai ungkapan rasa syukur warga melaksanakan upacara adat wiwitan panen.

Pentas Selasa Wagen "Ora Mingkuh ini di Hadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi, sekaligus membuka kegiatan selasa wagen di Plataran Serangan Umum Satu Maret.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Pegawai Dinas Kebudayaaan DIY Menari Badui di Malioboro

by yani || 06 November 2019

Tiap hari Selasa Wage, kawasan Malioboro, Yogyakarta, bebas dari kendaraan bermotor. Pada Selasa Wage hari ini, ratusan orang menari bersama-sama tari Badui, yang merupakan tarian khas kesenian di ...


...
Aksi Flashmob Tari Badui oleh Seratusan ASN Ramaikan Pedestrian Malioboro

by yani || 06 November 2019

Seratusan Aparat Sipil Negara (ASN) Dinas Kebudayan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan flashmob Tari Badui dalam program semi pedestrian Malioboro pada Selasa (5/11/2019).Penari terbagi dalam ...


...
Ratusan ASN Dinas Kebudayaan DIY Menari Badui

by yani || 06 November 2019

Malioboro Selasa WagenRabu Kliwon, 6 November 2019[Harian Jogja] #selasawagen #malioboroselasawagen





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta