by museum|| 25 Juli 2023 || || 3.063 kali
Salam Sahabat Museum.. Museum di Hatiku.. Halo sahabat museum dimanapun kalian berada kali ini kita akan membahas salah satu olah raga tradisional yang jarang kita dengar gaungnya yaitu Jemparingan. Yap, kita akan membahas sedikit sejarah jemparingan dan manfaat berolahraga jemparingan.
Jemparingan merupakan sebuah olah raga panahan dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta. Pada mulanya, permainan ini hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram hingga dijadikan perlombaan di kalangan prajurit kerajaan. Namun seiring waktu, seni memanah ini kini semakin diminati dan dimainkan oleh banyak orang dari kalangan rakyat biasa. Berbeda dengan gaya panahan lainnya, jika biasanya dilakukan sambil berdiri, Jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila.
Jemparingan memiliki nama tersendiri untuk perlengkapan yang menyertainya seperti Jemparing yang berarti anak panah, Gendewa yang berarti busur, Wong-wongan atau bandulan yang merupakan sasaran tegak berdiameter 3 cm dan panjangnya adalah 30 cm, dan masih banyak lagi. Pemanah Jemparingan juga tidak membidik dengan mata, akan tetapi memposisikan busur di hadapan perut sehingga bidikan didasarkan pada perasaan pemanah. Gaya memanah ini sejalan dengan filosofi Jemparingan yakni pamenthanging gandewa pamanthening cipta. Artinya membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik. Jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari memiliki makna manusia yang memiliki cita-cita hendaknya berkonsentrasi penuh pada cita-citanya agar dapat tercapai.
Seiring perkembangan zaman, jemparingan pun mulai mengalami beberapa perubahan. Kini terdapat berbagai cara memanah serta bentuk sasaran yang dibidik. Akan tetapi, semua tetap berpijak pada filosofi jemparingan sebagai sarana untuk melatih konsentrasi. Beberapa orang juga tidak lagi membidik dengan posisi gandewa di depan perut, tetapi dalam posisi sedikit miring sehingga pemanah dapat membidik dengan mata.
Jemparingan sempat terancam hampir punah karena peminatnya yang semakin sedikit, terutama setelah meninggalnya Paku Alam VIII, salah satu pendukung jemparingan. Namun, belakangan ini seni memanah tradisional ini justru digandrungi oleh generasi muda, terutama di lingkungan Yogyakarta. Di lingkungan Keraton Yogyakarta, permainan jemparingan rutin dilaksanakan setiap minggu. Para pemanah biasanya mengenakan busana khas Jawa seperti kebaya dan batik untuk wanita. Sementara kaum pria mengenakan surjan, kain batik dan blangkon.
Pada kesempatan kali ini, Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta; Fitri Maghfiroh, A.Md.T. mengikuti latihan jemparingan bersama dengan tim Paseduluran Jemparingan Parikesit yang berpusat di Cungkuk, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta untuk mendukung dikenalnya olah raga jemparingan oleh para generasi milenial.
Tentu saja banyak sekali manfaat yang akan didapatkan jika melakukan jemparingan. Selain berolahraga, masyarakat juga dapat mengukir prestasi dengan mengikuti perlombaan jemparingan. Selain itu, yang paling penting, masyarakat turut melestarikan permainan atau olah raga tradisional ini.
Sekian dahulu sharing mengenai olah raga jemparingan kali ini. Esok kita bahas apa lagi nih sahabat museum? Tetap tunggu dan ikuti berita-berita terbaru dari Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta melalui website maupun sosial media yang dimiliki oleh Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta, dan kunjungilah Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta pada jam dan hari kerja untuk mengetahui koleksi-koleksi dan informasi lengkapnya. Salam sahabat museum.. Museum di hatiku..
Fitri Maghfiroh, A.Md.T. (Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...