by museum|| 27 Juli 2023 || || 3.856 kali
Siapa sangka bahwa sosok aktivis yang mulanya terjun di dunia politik ini memiliki keinginan kuat untuk berkecimpung di dunia pendidikan demi menciptakan pendidikan yang merdeka bagi siapapun. Yap! Beliau adalah Ki Hadjar Dewantara, salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memiliki dedikasi tinggi dalam memajukan pendidikan. Lahir sebagai seorang bangsawan tidak menutup dirinya untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi sekitarnya. Salah satu sumbangsih beliau yaitu dengan mendirikan Tamansiswa sebagai lembaga pendidikan bagi masyarakat Indonesia.
Lalu, bagaimana perjalanan Ki Hadjar mendirikan Tamansiswa?
Keinginan Ki Hadjar untuk terjun dalam bidang pendidikan tidak terjadi begitu saja. Semuanya melalui proses yang panjang. Seperti yang banyak orang ketahui, Ki Hadjar sangat aktif di bidang politik dan jurnalistik. Beliau bekerja sama dengan Douwes Dekker menulis di De Express Bandung. Bahkan mendirikan organisasi Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Sebagai aktivis anti kolonialisme, Ki Hadjar memiliki keberanian dalam melawan penjajah melalui tulisan-tulisannya. Beliau bahkan pernah ditangkap akibat menulis buletin yang berjudul “Als ik eens Nederlander was” yang artinya “Jika aku seorang Belanda”.
Tulisan itu memuat tentang kekejaman penjajah yang memungut biaya kepada rakyat pribumi untuk memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari penjajahan Perancis. Sehingga memicu Ki Hadjar diasingkan di Belanda. Beliau tidak sendirian, bersama Nyi Hadjar Dewantara, Douwes Dekker, dan Cipto Mangunkusumo berjuang dalam pengasingan. Mereka tidak hanya diam saja di sana. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari Tiga Serangkai menggeluti pekerjaannya sebagai penulis, budayawan, dan ceramah politik. Sedangkan Nyi Hadjar mengajar di Frobel School (TK).
Selanjutnya, Ki Hadjar membangun biro pers di Belanda yang bernama “Indonesische Persbureau” sebagai media penyalur berita dan alat propaganda serta perjuangan masyarakat Indonesia yang berada di Belanda. Saat kembali ke Indonesia, Ki Hadjar masih melanjutkan pekerjaannya sebagai jurnalis di majalah De Beweging dan De Express. Akibat tulisan-tulisannya, Ki Hadjar mendapat Pers Delict (Pelanggaran Undang-Undang Pers Kolonial Belanda) yang menjadikannya ditahan di penjara kriminal Pekalongan. Ketidakadilan ini sangat nyata, karena Ki Hadjar bukan seorang penjahat. Beliau hanya melanggar ketentuan pers saja. Dari situ, Nyi Hadjar berjuang agar Ki Hadjar mendapat keadilan sesuai hukum. Akhirnya, beliau dipindahkan ke penjara Semarang.
Setelah bebas dari penjara, apa tak-tik selanjutnya yang dilakukan oleh Ki Hadjar untuk melawan penjajah?
Berkat dorongan dari Nyi Hadjar yang selalu mengingatkan Ki Hadjar tentang peristiwa Pers Delict yang merupakan jebakan dari Belanda. Nyi Hadjar menyarankan agar Ki Hadjar mengubah tak-tik dan senjatanya untuk melawan penjajahan melalui pendidikan. Dalam suatu perbincangan ketika Ki Hadjar ingin terjun ke dunia politik lagi, Nyi Hadjar berkata “Prajurit-prajurit di garis depan bisa saja gugur satu demi satu sebagai pahlawan, medan perjuangan bisa pula berantakan, akan tetapi selama Tamansiswa sebagai sumber Candrabirawa masih tegak, maka prajurit-prajurit pejuang kemerdekaan akan terus dilahirkan, mati satu tumbuh seribu, dan front depan akan tersusun kembali” bagi Nyi Hadjar, dunia pendidikan adalah bagian dari perjuangan.
Selain dari dorongan Nyi Hadjar, gagasan mendirikan sekolah Tamansiswa muncul dari sarasehan setiap Selasa Kliwonan pada tahun 1921-1922 yang beranggotakan tokoh-tokoh politik dan kebudayaan. Para peserta prihatin terhadap pendidikan kolonial yang penuh diskriminasi. Sehingga bersama Ki Hadjar lah, mereka ingin menciptakan pendidikan yang humanis dan merdeka tanpa memandang kasta.
Kemudian pada 3 Juli 1922 Ki Hadjar mendirikan Tamansiswa. Beliau menciptakan tiga prinsip dasar pendidikan Tamansiswa yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Kelahiran Tamansiswa mendapat sambutan yang luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat. Tamansiswa tumbuh menjadi perguruan nasional yang memiliki semangat cinta tanah air dan berkembang di mana-mana.
Penulis: Aulia Rachma Diah (Duta Museum DIY untuk Museum Dewantara Kirti Griya)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...