Menengok Bangunan Arsitektur Bersejarah Nan Unik di Kotagede: Dalem Sopingen

by museum|| 11 Agustus 2023 || || 748 kali

...

Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh penduduk Indonesia untuk bermain media sosial, mencapai 3 jam 18 menit setiap harinya (dilansir dari dataindonesia.id). Apakah kamu juga salah satunya atau bahkan menggunakan waktu lebih 3 jam untuk bermain media sosial? Sangat menyenangkan ketika melihat konten orang lain yang sedang kulineran, menemukan kafe-kafe baru di sudut Jogja, tempat estetik untuk foto yang tidak banyak diketahui orang, ataupun toko buku yang unik. Kamu juga bisa lho, ikut mengeksplor hal-hal baru dan tidak hanya sebagai penonton saja yaitu dengan mengikuti kegiatan Ngepit: Ngeksplore Living Kotagede. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Museum Kotagede Introliving Museum setiap dua minggu sekali di hari Jumat pagi. Seperti contohnya pada tanggal 26 Mei lalu yang mengambil rute Jelajah Arsitektur Kotagede.

Salah satu arsitektur yang menjadi destinasi menarik saat kegiatan ngepit kali ini adalah Dalem Sopingen. Dalem Sopingen berlokasi di barat laut Pasar Kotagede lebih tepatnya, di Gg. Kp.Pekaten No.870, Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY 55172.  Bangunan rumah yang di sebelah timurnya digunakan sebagai warung masakan Jawa bernama Warung Jawi ini ternyata memiliki historis yang cukup dalam. Nama Sopingen sendiri berasal dari nama pemilik rumah ini yakni, Raden Amatdalem Sopingi yang merupakan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang menjabat sebagai juru kunci makam. Dalem Sopingen didirikan kurang lebih 200 tahun yang lalu. Luas dari bangunan ini sekitar 1.800 meter persegi. Seperti halnya rumah tradisional Jogja pada umumnya Dalem Sopingen terdiri dari beberapa bagian, antara lain pendapa, dalem, gandhok kiwo, dan tengen, gadri di bagian belakang, pringgitan, longkangan, serta musala di sisi barat. Atapnya terbentuk dari kombinasi antara atap Joglo, Limasan dan kampung. Kekhasan yang dimiliki Dalem Sopingen berada pada atap-atapnya yang berbentuk datar dan menonjol berbentuk segitiga, dengan atap limasan yang sejajar dengan jalan. Tak hanya bentuk atapnya yang menggambarkan kekhasan dari Kotagede, namun juga dari bentuk bangunannya yang menyerupai rumah tradisional Jawa pada umumnya, perbedaannya terletak pada tembok-tembok yang mengelilingi bangunan utama. Tembok-tembok ini merupakan perisai tebal yang dibangun setinggi bangunan utama dan juga terdapat regol atau pintu besar sebagai pintu masuk utama. Selain itu bangunan rumah ini juga dibangun berhimpitan satu dengan yang lain sehingga membentuk seperti lorong-lorong kecil atau longkangan.

Dalem Sopingen ini tak hanya sebagai rumah pribadi namun oleh Raden Amatdalem Sopingi rumah ini juga dijadikan sebagai ruang kegiatan publik. Dalam artian pada masa itu para pejabat kerajaan singgah terlebih dahulu di rumah ini sebelum berziarah ke makan raja-raja Mataram di Kotagede, upacara adat, dan juga kegiatan kesenian. Selain itu sekitar tahun 1900 hingga 1945 Pendapa Sopingen juga menjadi saksi sejarah yang saat itu bangunan ini digunakan oleh berbagai organisasi dan perkumpulan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam bentuk pertemuan/rapat, propaganda, maupun kegiatan seni budaya. Para tokoh-tokoh politik yang pernah berdiskusi di rumah ini antara lain Ketua Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto; Pendiri Sarekat Islam, Samanhoedi; Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan; dan pendiri Perguruan Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara. Selain itu juga ada beberapa para pemimpin dari Golongan Komunis yang pernah menggunakan tempat ini, yakni Samaun, Musi dan Alimin.

Persinggunggan golongan masyarakat Kotagede menjadikan dua partai organisasi yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Ormas Islam Muhammadiyah. Pertentangan kedua golongan ini mencapai puncaknya ketika kongres PKI yang diadakan di Ndalem Sopingen Kotagede pada tahun 1924. Awalnya PKI akan mengadakan kongres di Kota Yogyakarta, namun dikarenakan kuatnya pengaruh dari Sarekat Islam (SI) dan Muhammadiyah akhirnya PKI memindahkan kongres ke Kotagede. Insiden terjadi pada saat PKI mencoba mengadakan orasi terbuka pada tanggal 14 Desember 1924, di hadapan banyak orang Islam awam. Namun, aktivis Muhammadiyah menghendaki agar orang-orang tadi keluar meninggalkan orasi tersebut, dan memberikan himbauan untuk tidak mendukung PKI.

Tidak hanya digunakan pada waktu pra-kemerdekaan Indonesia, Dalem Sopingen juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan serupa di tahun-tahun setelah kemerdekaan seperti pada rentang tahun 1962-1964 Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat sering melakukan latihan dan pementasan tari di pendapa ini. Dalam pementasan tari ini muncul garapan tari-tarian rakyat seperti Tari Buruh, Tari Tani, Tari Bagi Hasil, Tari Anjangsana dan lain sebagainya. Tahun 1960 hingga 1970-an Muhammadiyah juga banyak menggelar acara pentas seni di pendapa Ndalem Sopingen, yang di sela-sela pentas seni selalu disisipkan demonstrasi olahraga pencaksilat Senopati Pemuda Muhammadiyah Kotagede. Pementasan karya kesenian lainnya yang pernah dilakukan di pendapa Dalem Sopingen baik perseorangan ataupun kelompok antara lain, kelompok teater Iqbal PII Kotagede dan teater Alam Azwar AN. Beberapa lakon yang pernah dimainkan adalah Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek karya Darmanto. Wisnu Wardhana dan Bagong Kusudihardjo juga pernah melakukan pementaskan tari-tarian di pendapa ini. Saat ini bangunan ini telah diwariskan kepada ketiga anak keturunan Raden Amatdalem Sopingi.

 

Sumber:

https://aksarasahaja.wordpress.com/2014/06/21/sejarah-masyarakat-dan-orang-penting-kotagede/

https://mantra.family.blog/2020/09/30/toponim-kotagede-dalem-sopingen/

http://kotagedeheritagecity.blogspot.com/2015/02/ndalem-sopingen.html

Oleh Nadia Farah S.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta