Mengenal Tiga Spesies Orang Utan Asli Indonesia dan Mengenang Poni Orangutan Yang Menjadi PSK

by museum|| 21 Agustus 2023 || || 26.532 kali

...

Orangutan banyak dikenal sebagai primata yang berasal dari Pulau Kalimantan. Padahal di Indonesia sendiri terdapat 3 spesies, yaitu: Kalimantan) (Pongo pygmaeus), Sumatera (Pongo Abelii) dan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Meskipun tergolong dalam satwa yang dilindungi oleh hukum nasional, berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya tidak cukup mampu menjaga jumlah populasi orangutan. Kini, ketiga spesies tersebut berstatus ‘sangat terancam punah, oleh International Union for Conservation Nature (IUCN) dalam Red Data List tahun 2016. Meskipun statusnya sama, dikutip dari WWF Indonesia status kepunahan spesies Sumatera yang paling terancam punah di antara dua spesies yang ada di Indonesia.

Perlu Sahabat Museum ketahui perbedaan fisik serta karakteristik khusus antara tiga spesies orangutan yang ada di Indonesia. Pertama, Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Memiliki ciri fisik kantung pipi yang lebih panjang pada orangutan jantan. Rentang tubuhnya bisa mencapai 1,25 meter sampai 1,5 meter dengan berat berkisar dari 30-50 kg diselimuti bulu berwarna coklat kemerahan. antan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orangutan dan kedua jenis kelamin mempunyai daya jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah disapih pada umur 3,5 tahun, anak orangutan akan berangsur-angsur independen dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orangutan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.

Kedua, Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Memiliki ciri fisik rambut panjang dan kusut dengan warna merah gelap kecoklatan, dengan gradasi warna pada wajah dimulai dari merah muda,merah hingga hitam. Berat badan kisaran 50 kg-90 kg dengan tinggi badan 1,25 meter sampai 1,5 meter demikian merupakan mamalia arboreal terbesar.dilengkapi lengan yang panjang serta jakun yang besar menjadi ciri khas spesies ini untuk mengeluarkan suara yang besar untuk memanggil rombongan orangutan.

Ketiga, Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).  Secara genetik spesies ini berbeda dari spesies orangutan lainnya Orangutan tapanuli memiliki bantalan pipi mirip orangutan borneo namun bentuk badannya lebih menyerupai orangutan sumatera. Bulunya juga lebih tebal dan keriting dengan kumis dan jenggot yang menonjol. Bantalan pipinya cenderung datar dan ditumbuhi rambut halus berwarna pirang. Dengan tinggi jantan mencapai 137 centimeter dengan berat 70-90 kilo gram sedangkan betina memiliki tinggi 110 centimeter dengan berat 40-50 kilogram.

Makanan orangutan sekitar 60% adalah buah-buahan yang terdiri dari nangka, leci, manga durian dan lain-lainnya. Selain itu, orang utan juga mengkonsumsi pucuk daun, serangga, kulit pohon, telur hingga vertebrata kecil. Fakta unik lainnya adalah orang utan tidak hanya mengkonsumsi air dari buah-buahan tetapi juga lubang pohon bahkan diketahui Orangutan Sumatera mengambil buah-buahan di pohon menggunakan ranting kering. Hal tersebut menunjukkan tingkat intelegensi yang dimiliki Orangutan Sumatera.

Dibalik kecerdasan yang dimiliki Orang Utan, ternyata Indonesia pernah memiliki kisah tragis yang dialami oleh Poni yang merupakan orangutan Kalimantan yang dijadikan PSK (Pegawai Seks Komersial) oleh oknum yang tidak berprikemanusian. Kisah ini bermula ketika Poni diambil dari salah satu hutan di Kalimantan Tengah ketika dirinya masih bayi. Poni dirawat hingga tumbuh dewasa oleh majikannya, disaat itulah Poni selalu dicukur bulunya setiap hari dan dikenakan lipstick, perhiasan, pakaian perempuan hingga pewangi badan. Setelah itu, Poni dijadikan pekerja di rumah majikannya. Setiap hari Poni dirantai di atas Kasur dan dipaksa sebagai objek pemuas nafsu manusia manusia keji. Kehidupan yang dihadapi Poni terus berjalan bertahun-tahun sampai pada tahun 2003 Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan Polisi mengetahui keberadaannya. Sejak saat itu Poni dibawa ke pusat rehabilitasi orangutan di Kalimantan karena trauma yang begitu mendalam dan kehilangan kemampuan hidup di alam. Orang utan bernasib malang tersebut kehilangan kemampuan mencari makan dan memanjat pohon, dalam proses rehabilitasinya, tidak ada seorang laki-laki pun yang boleh mendekatinya.

Dalam rangka memperingati Hari Orang Utan sedunia pada tanggal 19 Agustus kali ini. Marilah bersama-sama kita lebih terbuka terhadap seluruh makhluk hidupn yang ada di sekitar kita. Ambil langkah untuk melindungi dengan tidak terlibat dalam aksi perburuan liar, penebangan pohon, dan tindakan yang membahayakan tempat tinggal orang utan.

 

Oleh: Adi Guzali (Duta Museum untuk Museum Biologi UGM)

 

 

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta