by museum|| 28 Agustus 2023 || || 1.397 kali
Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Manusia diberi akal oleh Tuhan untuk membedakannya dengan makhluk lain. Namun demikian, tidak semua manusia tercipta dengan fisik sempurna. Sebagian manusia memiliki kekurangan fisik, seperti tuna netra, tuna rungu, dan sebagainya. Keterbatasan fisik tersebut kadang membuat mereka terpinggirkan karena kurangnya perhatian bagi mereka. Seharusnya kita sadar bahwa mereka juga berhak untuk hidup layak seperti kita. Pada kelompok tunanetra yang memiliki kekurangan fisik dalam penglihatan tentunya membutuhkan alat bantu untuk mendapatkan hak informasi dalam bentuk tulisan atau bacaan. Dengan adanya mesin Tik Braile (Braillewriter) bagi Tunanetra memberikan kemudahan dalam mengakses informasi dalam bentuk tulisan atau bacaan.
Huruf braille merupakan solusi bagi para tunanetra untuk dapat berkomunikasi. Seiring berkembangnya teknologi masa kini huruf braille dapat juga digunakan untuk memberikan pembelajaran bagi para penyandang tuna netra. Sayangnya kenyataan yang ada saat ini masih sangat jarang ditemui buku-buku dengan menggunakan huruf braille. Bahkan, sekedar pengumuman publik pun jarang ditemui dalam huruf braille. Membuat tulisan braille memang membutuhkan proses yang lebih susah dan membutuhkan waktu lama jika pengerjaannya masih menggunakan cara manual. Pengembangan sistem tulisan bagi Tunanetra dimulai sejak sekitar abad keempat dengan merepresentasikan tulisan Latin atau Romawi dalam bentuk tactual berupa ukiran pada kayu atau lilin, potongan-potongan logam atau kulit, atau berupa konfigurasi tali-temali. Menjelang akhir abad ke-18, upaya tersebut beralih ke penimbulan tulisan awas pada kertas. Yang terkemuka dalam upaya tersebut adalah Valentin Hauy dan William Moon. Menyadari bahwa hasilnya tidak efektif bagi para pengguna yang tunanetra, pada abad ke-19 orang mulai mengalihkan perhatiannya pada penggunaan titik-titik timbul dengan bentuk huruf yang berbeda dari tulisan awas. Upaya ini diawali oleh Charles Barbier dan dilanjutkan serta disempurnakan oleh Louis Braille.
Sistem tulisan Braille itu menggunakan pola enam titik domino yang dapat membentuk 63 macam konfigurasi titik-titik untuk mewakili berbagai macam simbol. Alat yang dipergunakan untuk menulis Braille disebut reglet dan pen. Seorang tunanetra asal Prancis bernama Louis Braille lahir pada 4 Januari 1809. Berkat kelahiran anak inilah maka lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, serta dapat mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas. Karena itulah, tanggal 4 januari diperingati oleh dunia internasional sebagai "Hari Braille". Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16 abad yang lalu. Sementara, orang- orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar membaca dan menulis dengan cara memperbesar huruf Latin atau Romawi menggunakan tali-temali, potongan-potongan logam, kulit atau kertas hingga awal abad ke-19.
Dengan adanya Mesin Tik Braile ini memberikan kemudahan untuk para penyandang Tunanaetra dalam bersosialisasi di masyarakat, Meskipun belum semua layanan publik sudah menggunakan narasi dengan huruf braile tapi dengan adanya mesin Tik Braile membuat para penyandang Disabilitas Tunanetra merasa bisa melakukan kegiatan sosial seperti orang normal pada umumnya dan mempunyai sarana untuk dapat membaca dengan bantuan tulisan Braile. Mesin Tik Braile ini merupakan salah satu koleksi unggulan Museum Dr.Yap Prawirohusodo dan koleksi ini juga menjadi koleksi favorit semua pengunjung karena pengunjung bisa melihat dan merasakan langsung bentuk dan cara sederhana penggunaan alat mesin Tik Braile ini. Para Pengunjung Museum Dr.Yap Prawirohusodo juga dapat merasakan buku-buku dengan tulisan braile, pegunjung bisa meraba dan merasakan langsung koleksi buku dengan tulisan braile. Pada saat pameran museum DIY yang dilaksanakan setiap tahun pengunjung juga dapat merasakan langsung penggunakaan mesin Tik Braile secara cuma-cuma dan bebas dengan pengawasan dari petugas museum. Untuk dapat melihat dan merasakan langsung Mesin Tik Braile dan buku yang bertulisann Braile sahabat museum dapat berkunjung langsung ke Museum Dr.Yap Prawirohusodo dan dapat juga melihat koleksi unggulan lainnya.
Imam Fungani/ Duta Museum DIY Tahun 2022 untuk Museum Dr.Yap Prawirohusodo
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...