Koleksi Museum : Sejarah Huruf Braille Bagi Tunanetra

by museum|| 19 September 2023 || || 1.887 kali

...

Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Manusia diberi akal oleh Tuhan untuk membedakannya dengan makhluk lain. Namun demikian, tidak semua manusia tercipta dengan fisik yang sempurna. Sebagian manusia yang memiliki kekurangan fisik, seperti tunanetra, tunarungu, dan sebagainya keterbatasan fisik tersebut kadang membuat mereka terpinggirkan karena kurangnya perhatian bagi mereka. Seharusnya kita sadar bahwa mereka juga berhak untuk hidup layak seperti kita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Huruf braille merupakan solusi bagi para tunanetra untuk dapat berkomunikasi melalui buku atau tulisan. Seiring berkembangnya teknologi masa kini huruf braille dapat juga digunakan untuk memberikan pembelajaran bagi para penyandang tunanetra. Sayangnya kenyataan yang ada saat ini masih sangat jarang ditemui buku-buku dengan menggunakan huruf braille. Bahkan, sekedar pengumuman publik pun jarang ditemui dalam huruf braille. Membuat tulisan braille memang membutuhkan proses yang lebih susah dan membutuhkan waktu lama jika pengerjaannya masih menggunakan cara manual. Kita harus membuat motif huruf dengan jarum pada kertas untuk setiap huruf. Sebenarnya, sudah terdapat printer untuk huruf braille, tetapi harganya masih sangat mahal. Kendala tersebutlah yang mendorong penulis untuk membuat mesin ketik huruf braille elektronik berbasis ATmega 16. Mesin ketik tersebut akan membantu orang awas dalam membuat huruf braille dengan mudah, tanpa harus menghafal setiap motif huruf.

Pengembangan sistem tulisan bagi tunanetra dimulai sejak sekitar abad keempat dengan merepresentasikan tulisan Latin atau Romawi dalam bentuk tactual berupa ukiran pada kayu atau lilin, potongan-potongan logam atau kulit, atau berupa konfigurasi tali-temali. Menjelang akhir abad ke-18, upaya tersebut beralih ke penimbulan tulisan awas pada kertas. Yang terkemuka dalam upaya tersebut adalah Valentin Hauy dan William Moon. Menyadari bahwa hasilnya tidak efektif bagi para pengguna yang tunanetra, pada abad ke-19 orang mulai mengalihkan perhatiannya pada penggunaan titik-titik timbul dengan bentuk huruf yang berbeda dari tulisan awas. Upaya ini diawali oleh Charles Barbier dan dilanjutkan serta disempurnakan oleh Louis Braille. Sistem tulisan Braille itu menggunakan pola enam titik domino yang dapat membentuk 63 macam konfigurasi titik-titik untuk mewakili berbagai macam simbol. Alat yang dipergunakan untuk menulis Braille disebut reglet dan pen, yang prototipenya diciptakan oleh Valentin Hauy. Pada pertengahan abad ke-20 diciptakan mesin tik Braille, dan menjelang akhir abad ke-20 diciptakan printer Braille.

Seorang tunanetra asal Prancis bernama Louis Braille lahir pada 4 Januari 1809. Berkat kelahiran anak inilah maka lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, serta dapat mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas. Karena itulah, tanggal 4 januari diperingati oleh dunia internasional sebagai "Hari Braille". Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16 abad yang lalu. Seorang cendekiawan tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-huruf pada kayu dan mendirikan sebuah perpustakaan untuk menghimpun karya-karyanya tersebut. Sementara, orang- orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar membaca dan menulis dengan cara memperbesar huruf Latin atau Romawi menggunakan tali-temali, potongan-potongan logam, kulit atau kertas hingga awal abad ke-19. Puncak keberhasilan usaha-usaha tersebut dicapai oleh Louis Braille, seorang anak tukang sepatu yang menjadi buta akibat matanya tergores pisau pemotong kulit milik ayahnya.

Louis Braille selalu mencoba menciptakan tulisan yang cocok bagi tunanetra dengan membuat titik-titik dan garis-garis pada kartu-kartu. Dia mencoba setiap perkembangan tulisannya kepada teman-temannya yang tunanetra. Dia memutuskan untuk menggunakan titik-titik dan mengesampingkan garis-garis bagi tulisannya. Akhirnya, ketika Louis Braille berusia 25 tahun, sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul itu pada tahun 1834. Louis Braille hanya menggunakan enam titik domino sebagai kerangka sistem tulisannya. Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga dapat membentuk bermacam-macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tanda baca, dan sebagainya. Untuk mengenang jasa Braille tersebut maka pada tahun 1956 The World Council for the Welfare of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman Louis Braille yang terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris sebagai museum Louis Braille. Huruf Braille membawa angin segar untuk para tunanetra untuk dapat merasakan aktivitas mendapatkan informasi dari buku bacaan meskipun masih banyak buku bacaan atau ruang publik yang menggunakan huruf braille, ramah untuk penyandang tunanetra.

 Imam Fungani/Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Dr.Yap Prawirohusodo

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta