by museum|| 20 September 2023 || || 6.528 kali
Jenderal Sudirman merupakan pahlawan nasional yang terkenal sebagai pemimpin Perang Gerilya pada Agresi Militer II. Istilah Perang Gerilya berasal dari bahasa Spanyol, yaitu guerilla di mana secara harifah artinya adalah perang kecil. Perang tersebut dilakukan dengan mengandalkan strategi berpindah-pindah lokasi serta mengepung secara tiba-tiba dan tidak terduga. Untuk melakukan perang ini, tentunya dengan menempuh medan yang begitu berat karena dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi. Perlu kita sadari bahwa siasat Gerilya merupakan bukti bahwa Jenderal Sudirman merupakan pahlawan yang luar biasa gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam berbagai buku sejarah, diceritakan bahwa Sang Jenderal melaksanakan Gerilya dalam keadaan yang sangat lemah karena saat itu sedang mengidap penyakit tuberkulosis (tuberculosis). Hal ini membuat Jenderal Sudirman harus ditandu. Kondisi kesehatan Sang Jenderal pun tidak membuat Jenderal Sudirman putus semangat dalam menempuh jarak 1000 km Gerilya. Dalam keadaannya yang seperti itu, Jenderal Sudirman didampingi oleh pengawal pribadinya, yaitu Tjokropranolo atau yang lebih dikenal dengan nama Nolly. Selama ini, beliau adalah tokoh yang kita kenal sebagai pendamping setia Sang Jenderal. Akan tetapi, ada pula tokoh yang jarang dipikirkan orang, yaitu sosok yang selalu setia menopang pembawa Sang Benih Perjuangan Kemerdekaan di pundaknya tersebut. Sosok tersebut merupakan pemikul tandu Jenderal Sudirman. Orang jarang mengetahui tokoh yang memikul tandu Jenderal Sudirman, bahkan saat tandunya pun tersimpan rapi di museum, di mana salah satunya adalah Museum Jenderal Besar Sudirman di Yogyakarta. Tandu yang tersimpan di Museum Jenderal Besar Sudirman adalah tandu yang digunakan dalam perjalanan perang gerilya Pangsar Jenderal Sudirman dan pengawalnya dari Semanu menuju Bedoyo Gunungkidul. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 22 Desember 1948. Sebelum sampai Semanu, perjalanan gerilya Jenderal Sudirman dari Playen dilakukan dengan naik dokar yang ditarik dan didorong oleh pengawalnya. Saat sampai Bedoyo, masyarakat setempat telah menyiapkan tandu yang akan digunakan Jenderal Sudirman untuk melanjutkan perjalanan perang gerilya menuju Pracimantoro. Tandu tersebut pun ditinggal di rumah Ibu Sumoharjo di Bedoyo, kemudian pada 1980 diserahkan ke Museum Pusat TNI AD sebagai benda koleksi. Saat ini tandu tersebut berada di Museum Jenderal Besar Sudirman. Belum diketahui siapa sosok yang menandu Jenderal Sudirman saat itu. Hanya saja, ada salah satu sosok yang pernah menandu Jenderal Sudirman dan sempat diwawancarai oleh wartawan walau rutenya bukan Semanu ke Bedoyo. Sosok ini cukup layak diulas karena tidak banyak orang yang mengenalnya. Salah satu dari pemikul tandu tersebut bernama Djuwari. Djuwari adalah seorang lansia yang tinggal di Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Djuwari bersama empat orang lainnya dari Dusun Goliman merupakan penandu yang ikut dalam menemani Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya. Mereka bertugas memikul tandu Jenderal Sudirman dari Dusun Goliman sampai ke Nganjuk. Djuwari yang saat itu berusia 21 tahun begitu bangga dalam perannya memikul tandu jenderal Perang Gerilya tersebut. Meskipun dirinya hanya seorang pemikul tandu, Djuwari sangat bangga akan kiprahnya dalam Perang Gerilya. Dirinya bercerita bahwa ia tidak pernah sekalipun mengeluh akan lelahnya memikul tandu. Seperti yang telah kita ketahui, medan Gerilya sangat berat, seperti naik-turun gunung, memasuki hutan yang gelap, hingga menyeberangi sungai. Jarang ditemui jalan setapak yang nyaman untuk dilalui. Kendati demikian, kondisi saat itu tidak menyiutkan semangat Djuwari. Kecintaannya terhadap Indonesia membuat Djuwari melakukan pekerjaan mulia. Banyak cerita siasat Perang Gerilya dan kegigihan Sang Jenderal, bahkan tandunya pun menjadi buah bibir masyarakat hingga saat ini. Acap kali Jenderal Sudirman yang sedang ditandu muncul dalam foto monokrom pada buku maupun media daring. Sayangnya, jarang sekali terlintas siapa orang yang menandu Sang Jenderal. Bukan masalah memikul tandu atau tidak, yang terpenting adalah ketulusan dan filosofi dalam perjuangan tersebut. Sekecil apapun perjuangan itu, tetap saja besar pengaruhnya untuk Kemerdekaan Indonesia. Ayuningtyas Rachmasari, S.S., Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Jenderal Besar Sudirman
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...