Soegondo Djojopoespito Tokoh dibalik Sumpah Pemuda

by museum|| 15 November 2023 || || 2.435 kali

...

Soegondo dilahirkan di Tuban Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 1904. Ayahnya Bernama Kromosardjono berasal dari Tegal adalah seorang penghulu dan mantri juru tulis desa di kota Tuban. Sedangkan istrinya berasal dari Tuban adalah Putri seorang Khotib yang Bernama Djojoatmadjo. Soegondo bersaudara dua orang, adiknya Perempuan Bernama Soenarjati. Ketika kecil, Soegondo dan adiknya ikut dengan Paman yang bertugas sebagai colleteur di Blora, paman ini yang membiayai mereka. Soegondo mendapat Pendidikan Sekolah Dasar dari HIS (Holand Indische School) Sekolah Hindia Belanda selama 7 tahun pada 1911-1918 di kota Tuban. Setamat HIS ia melanjutkan ke Mulo (Meer Uitgebreid Lager Onderwijus) SMP tiga tahun pada tahun 1918-1921 di Kota Surabaya. Selama sekolah di Kota Surabaya oleh pamannya Soegondo dititipkan pada HOS Tjokroaminoto atau tokoh Islam. Disana ia bertemu dengan Soekarno yang lebih tua darinya telah banyak membaca buku politik maupun filsafat sering mengadakan diskusi dengannya dari sini Soegondo banyak belajar. Hos Tjokroaminoto 1882-1934 adalah tokoh Serikat Islam asal Ponorogo yang lulusan Osvia Magelang. Sekertariat Islam semua Bernama Sarekat dagang Islam yang didirikan tahun 1909 di Solo dalam menampung para pedagang pribumi muslim untuk melawan pedagang timur asing yang dibuat oleh Belanda. Dari tokoh Islam ini Soegondo dan Soekarno belajar politik dan pandangan tentang arti berorganisasi dan makna pergerakan nasional yang pada waktu itu sedang berlangsung oleh para politisi maupun para pemuda dalam menghadapi kolonialisme Belanda. Setelah tamat ia pindah ke Yogyakarta melanjutkan ke AMS/B Afdeling atau SMU Bagian B/Pasti Alam 3 tahun pada tahun 1921-1924 bersama adiknya mondok di jalan Wirogunan atau jalan Taman Siswa pada keluarga Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli R.M. Soewardi Soerjaningrat sebagai tokoh Pendidikan dan pendiri perguruan Taman Siswa yang didirikan tahun 1922 setelah pulang dari negeri Belanda. Ki Hadjar Dewantara bersama dua temannya yaitu Dr. Tjipto Mangunkoesomo dan Dr. Ernest Deuwes Dekker ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 karena tulisan mereka yang mengkritik pedas pemerintah Hindia Belanda di surat kabar De Expres. Mereka juga telah mendirikan partai Indische Partaij pada tahun 1912. Sehingga Soegondo yang masih muda banyak belajar dari Ki Hadjar Dewantara tentang nasionalisme dan kemerdekaan. Tamat HMS padatahun 1924 ia masuk ke RHS (Recht Hoge School) Sekolah Tinggi Ilmu Hukum yang baru saja dibuka tahun 1924 sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Namun kuliahnya tidak selesai hanya sampai Propadeuse atau D2. Pada waktu kuliah di RSH, Soegondo mondok di rumah seorang pegawai kantor pos pasar baru Batavia. Pada kesempatan ini, ia sering membaca majalah pinjaman, majalah Indonesia Merdeka asuhan Mohammad Hatta terbitan Perhimpunan Indonesia Negeri Belanda yang isinya tentang politik pergerakan nasional dan pergerakan bangsa. Disamping itu Soegondo juga sering berkunjung dan ikut berdiskusi di Indonesia club Gebouw dan mengenal baik para penghuni asrama tersebut dan kawan-kawan yang sering berkunjung ke sana. Awal Pendidikan Hindia Belanda 1817 yaitu setelah pemerintah Inggris pimpinan Gubernur General Daendelis berakhir pada 1816 maka pemerintah Hindia Belanda memulai lembaran baru di Indonesia pada tanggal 24 Februari 1817 untuk pertama kali membuka Pendidikan khusus untuk kalangan Belanda dan Ningrat yaitu sekolah di Weltevreden dan Molenvliet semua di Batavia (Jakarta). Setelah peraturan Pendidikan 1848 keluar, pada tanggal 30 Desember 1848 dibuka di Batavia suatu Sekolah Dasar Khusus untuk para Ningrat dan Pribumi yang mempunyai ekonomi mampu yang selanjutnya dapat dibuka di Ibu Kota Kepresidenan, Kabupaten, Kewedanaan, atau Pusat Perdagangan dan Kerajinan. Pada tahun 1860 Sekolah Tingkat Menengah baru dibuka, dengan surat peutusan Raja Willem III dan sekolah dikenal dengan singkatan Kawedari. Pada tahun 1951 berdiri di Stovia di Batavia. Pada tahun 1865 telah berdiri juga Hoofden School (Sekolah Raja) di Tondono. Kemudian juga berdiri Osvia (Sekolah Pamong Praja) dibuka di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Kemudian ditambah lagi di Serang, Madiun, dan Blitar. Sekolah ini dikhususkan untuk jadi Pamongpraja. Umumnya sekolah ini diminati oleh para Ningrat dan Pribumi yang mampu. Disamping itu dinyatakan ada dua golongan sekolah yaitu untuk orang Eropa dan untuk Pribumi, sedangkan untuk golongan pribumi dibagi menjadi khusus bagi bangsawan dan golongan pribumi terkemuka dengan diberikan Bahasa Belanda 5 tahun, khususnya bagi rakyat biasa tanpa pengajaran Bahasa Belanda 3 tahun. Dengan adanya peraturan Pendidikan 1896 dan politik etnis Belanda 1901 maka mulailah menjamur Pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh kalangan swasta yaitu mulai dari sekolah golongan Cina, golongan agama Katolik dan Protestan maupun dari golongan Islam. Namun jauh sebelum itu, tahun 1834 VOC dan para missionaris telah mendirikan sekolah Pendidikan guru yang mula-mula diselenggarakan di Ambon. Tahun 1908 di Jakarta didirikan HCS (Sekolah Cina Berbahasa Belanda). Pada tanggal 20 Februari 1927 berdiri Jong Indonesia oleh para Pemuda Bandung yang kemudian pada Kongres pertamanya berubah nama menjadi Pemoeda Indonesia. Upaya untuk mempersatukan organisasi sejak kongres pemuda pertama terus dilanjutkan pada tahun 1926 Soegono dan empat orang anggota inti PPPI telah mulai menghubungi pengurus organisasi pemuda untuk melaksanakan peleburan dari dalam satu wadah yang berdasarkan kebangsaan. Ir. Soekarno setelah lulus dari THS makin aktif dalam politik, Algemeene Studie Club Dideklarasi menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 dengan pengurus Ir. Soekarno sebagai ketua, Mr. Iskaq Tjoroadisoerjo sebagai sekertaris dan bendahara, Dr. Samsi Sastrowidasdo sebagai komisaris dan Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Soenario sebagai Anggota. Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia PPPKI Berdiri tanggal 17 Desember 1927 yang merupakan suatu federasi dari Perserikatan Nasional Indonesia, Budi Utomo, Pasoendan, Kaum Betawi, Sarekat Soematranen dan Indonesiche Club. Tujuan dari federasi PPPKI adalah menyemakan arah aksi kebangsaan dengan kerjasama orgnisasi dan menghindari perselisihan sesame anggota.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta