by museum|| 06 Februari 2024 || || 1.542 kali
Sabak dan grip merupakan alat tulis yang digunakan ketika masa penjajahan kolonial Belanda di Indonesia sekitar tahun 1960an. Sabak terbuat dari lempengan batu karbon yang dicetak lempengan segi empat dan ditulisi dengan menggunakan grip. Pelajar SR (Sekolah Rakyat) jika sekarang setara SD (Sekolah Dasar) adalah pengguna setia alat tulis tersebut. Pada awal masa pendidikan di Indonesia banyak murid-murid yang belum memiliki buku catatan atau buku tulis. Selain karena keterbatasan media, harga buku tulis pada waktu itu sangatlah mahal. Sehingga banyak pelajar yang menggunakan sabak dan grip sebagai alat tulis wajib yang diguanakan sebagai media tulis di sekolah. Cara menggunakan sabak untuk menulis cukup mudah karena sabak memiliki garis yang dapat membantu pengguna menulis dengan lurus. Bahkan banyak pengguna sabak waktu itu memiliki tulisan yang rapi. Cara membersihkan sabak pun juga mudah hanya dengan mencuci dengan air atau menggosoknya dengan arang. Pelajar waktu itu menggunakan sabak untuk menulis, berhitung maupun menggambar. Guru akan memberi nilai dengan kapur pada sabak, lalu anak-anak menempelkan pada pipi mereka sebagai bukti kepada orang tua jika telah mengikuti ujian maupun latihan soal. Hal ini yang menjadikan pola pembelajaran masyarakat waktu itu unik. Dengan media yang terbatas, para pelajar tetap semangat menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik. Di Era modern seperti saat ini, pengguna sabak dan grip sudah jarang ditemukan. Pelajar sudah cukup dekat dengan perkembangan zaman dan pemanfaatan teknologi informasi. Selain sudah menggunakan buku tulis, pelajaar saat ini sudah dapat menggunakan computer, laptop dan PC tablet untuk kegiatan belajar. Jika ingin melihat sabak dan grip, sahabat museum dapat berkunjung ke Museum Pendidikan Indonesia UNY. Disini masih tersimpan koleksi museum berupa sabak dan grip yang menjadi saksi perkembangan dunia pendidikan di Yogyakarta dan Indonesia Salam Sahabat Museum Museum di Hatiku Kontributor : A. Pratiwi (Pegiat Museum)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...