Satu Lagi, Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) Turi

by museum|| 17 Juli 2024 || || 92 kali

...

UU No 10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya merupakan landasan dalam upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya yang diantaranya banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Apa itu Cagar Budaya? Menurut UU No 10 tahun 2010 Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Cagar Budaya dapat berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya. Sebagai salah satu upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya, dapat kita jumpai Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) yang salah satunya berada di Turi Sleman berlokasi di Bangunkerta, Turi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) Turi merupakan tempat penampungan benda benda cagar budaya yang ditemukan di wilayah Kabupaten Sleman khususnya benda-benda cagar budaya yang berasal dari Kapanewon Turi, Kapanewon Pakem, Kapanewon Ngaglik, dan Kapanewon Tempel. Temuan Benda Cagar Budaya di wilayah ini harus dilindungi, dijaga kelestarian dan keasliannya agar tidak hilang dan rusak. Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id Keberadaan Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) Turi ini merupakan bagian dari upaya pelestarian cagar budaya. Pelestarian menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) Turi adalah salah satu sarana yang digunakan dalam rangka melakukan pelindungan terhadap cagar budaya dengan cara pengamanan. Penampungan BCB Turi digunakan untuk mengamankan cagar budaya, khususnya benda cagar budaya dengan tujuan untuk menjaga dan mencegah cagar budaya agar tidak hilang, rusak, hancur, atau musnah. Beberapa temuan yang dirawat di Penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) Turi diantaranya adalah : Peripih Peripih merupakan sebuah wadah yang terbuat dari batu atau keramik yang ditempatkan di dasar sumuran bangunan candi Hindu dan Buddha. Peripih dapat berupa kotak atau bejana yang di dalamnya tersimpan benda-benda persembahan berupa batu permata, logam mulia, abu, cermin, inskripsi, atau biji-bijian yang ditujukan untuk pemujaan dewa-dewa tertentu. Kemuncak kemuncak merupakan bagian atap sebuah candi yang dibuat dari bahan dari batu andesit. Kemuncak digunakan sebagai unsur dekoratif dan tidak mewakili fungsi tertentu. Pada umumnya, kemuncak candi Hindu disebut ratna sedangkan kemuncak candi Buddha disebut stupa. Antefiks Antefiks merupapakn bagian dari unsur banguan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar pada bangunan candi. Antefiks memiliki bentuk segitiga yang meruncing. Antefiks bersifat struktural sehingga tidak dapat berdiri sendiri melainkan menyatu dengan bangunan induk. Kala Kala merupakan relief arca berbentuk kepala beserta rambutnya sebagai lambang kekuatan dan keadilan serta penghancur kekuatan jahat. Kala biasanya diletakkan di ambang atas pintu, jendela, atau relung pada candi. Kala juga dikenal sebagai perwujudan sebagai banaspati, penjaga hutan yang digunakan untuk menangkal pengaruh jahat, karena bangunan candi melambangkan gunung (meru) yang dipenuhi dengan hutan lebat. Yoni Yoni melambangkan kemaluan wanita yang merupakan sebuah landasan lingga kemaluan laki-laki. Pada permukaan yoni terdapat lubang yang berbentuk segi empat di bagian tengah untuk meletakkan lingga. Terdapat cerat untuk saluran air yang berfungsi sebagai pancuran. Yoni juga melambangkan feminisme yang memiliki peran terhadap asal mula penciptaan jika bersatu dengan Lingga yang melambangkan maskulin. Jika lingga merupakan manifestasi dari Dewa Siwa, maka Yoni merupakan manifestasi dari sakti Dewa Siwa atau yang dikenal dengan Dewi Parwati. Lingga Lingga merupakan lambang dari kesuburan yang digambarkan berbentuk menyerupai alat kelamin pria. Dalam konsep agama hindu, lingga merupakan manifestasi dari Dewa Siwa sehingga disembah namun juga dapat berfungsi sebagai batas wilayah yang lebih bersifat profan. Lingga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian dasar berupa segi empat disebut brahmabhaga, bagian tengah berbentuk segi delapan disebut wisnubhaga dan bagian puncak berbentuk bulat panjang disebut siwabhaga. -- Kontributor : A. Pratiwi - Pemerhati Museum dan Budaya

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
36 Besar Duta Museum DIY 2019 - 2020

by museum || 27 Januari 2020

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...


...
Rapat Koordinasi : Buletin Permuseuman sebagai pusat informasi museum museum di DIY

by museum || 04 Februari 2021

Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...


...
40 Tahun Museum Puro Pakualaman

by museum || 04 Februari 2021

source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta