by museum|| 08 Agustus 2024 || || 567 kali
Pengok, sebuah nama unik yang merupakan sebuah kampung di wilayah Yogyakarta. Kampung yang berada di Kalurahan Demangan, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta ini memiliki asal usul penamaan yang lekat dengan sejarah di wilayah tersebut. Ada dua versi yang berkembang dimasyarakat tentang sejarah penamaan Kampung Pengok. Dikutip dari hasil studi Toponim Kota Yogyakarta (2007), menyebutkan versi pertama asal mula nama kampung itu bermula dari suatu kebiasaan orang-orang yang bercokol di situ. Istilah “pengok” berasal dari frasa “mempeng mbengok” (rajin atau sering berteriak). Guna memudahkan pelafalan, lidah masyarakat lokal meringkasnya menjadi “pengok”. Kedua, di kampung itu ada bengkel kereta api. Demi mengatur jam kerja para buruh, perusahaan membuat peluit api yang menimbulkan suara nyaring. Peluit uap ini bunyinya ngook. Telinga warga sekitar saban hari akrab dengan bunyi “ngook... ngook ... ngook”. Lantas, tempat tinggal para pekerja itu dinamai Pengok. Dalam perkembangannya pada tahun 1997 nama Jalan Pengok diganti menjadi Jalan Kusbini. Maksud penggantian dari nama tersebut adalah untuk mengenang dan menghargai jasa Kusbini yang merupakan komponis atau seniman musik keroncong dan pernah bermukim di pengok. Di kampung pengok ini terdapat kompleks bangunan bersejarah yang saat ini dikenal dengan nama UPT Balai Yasa Yogyakarta. Hadirnya perusahaan tersebut tentu dilatarbelakangi industri kereta api yang memerlukan perawatan rutin. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan jalur tersebut dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan menggunakan lebar sepur 1435 mm. Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api melalui perusahaan negara bernama Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Balai Yasa didirikan tahun 1914 oleh Nederland Indische Spoorweg Maatschapij (NIS) dan pada awalnya benama Centraal Werkplaats yang memiliki arti bengkel pusat. Centraal Werkplaats memiliki tugas pokok untuk melaksanakan overhaul lokomotif, gerbong, dan kereta. Pada tahun 1942 Centraal Werkplaats ini sempat diambil alih oleh pemerintahan Jepang ketika Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya sehingga beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang. Kantor Pusat Kereta Api Bandung diambil alih pada tanggal 28 September 1945, yang hingga kini peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Peristiwa besar tersebut tentu berdampak pada bengkel kereta api yang ada di kampung pengok ini. Pada awalnya bengkel memiliki naka Balai Karya pada perkembangannya berubah menjadi Balai Yasa. Pada tanggal 6 Juni 1959 Balai Yasa Yogyakarta berubah fungsi bengkel Iokomotif hingga sekarang yang ditandai peresmiannya oleh Direktur Jenderal Kepala Jawatan Kereta Api, Ir. Efendi Saleh. Bangunan Balai Yasa ditetapkan sebagai cagar budaya dengan Per.Men Budpar RI No. PM.89/PW.007/MKP/2011. Kontributor A. Pratiwi : Pembelajar Museum dan Budaya
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...