by museum|| 09 Agustus 2024 || || 309 kali
Yogyakarta sebuah kota yang memiliki daya Tarik tersendiri bagi para wisatawan baik domestic maupun internasional. Mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner tersaji bagi para wisatawan. Salah satu magnet kota Yogyakarta adalah malioboro, sebuah tempat yang dikenal sebagai lokasi berkumpulnya wisatawan untuk menikmati riuhnya jogja. Malioboro juga merupakan nama salah satu jalan di pusat Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro, dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan Malioboro merupakan poros garis imajiner keraton Yogyakarta. Asal nama Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Ada juga yang berpendapat bahwa asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M Jika dari arah utara, kita bisa melalui Tugu Jogja untuk menuju ke Malioboro. Tugu Jogja sendiri merupakan salah satu icon Yogyakarta yang memiliki sejarah yang unik. Tugu Yogya dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, pendiri kraton Yogyakarta yang mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan Laut Selatan, Kraton Yogya dan Gunung Merapi. Tugu Jogja awalnya bernama Tugu Golog Gilig yang menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti sebuah semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Tugu Golog Gilig memiliki bentuk tiang gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat) serta ketinggian bangunan tugu golong gilig ini mencapai 25 meter. Namun pada 10 Juni 1867 terjadi gempa bumi besar di Yogyakarta menyebabkan tugu Golog Gilig ini hancur. Pada tahun 1889,Tugu direnovasi kembali oleh pemerintah Belanda dengan bentuk yang sama seperti yang kita jumpai saat ini. Setelah melewati Tugu Jogja ke selatan menuju Malioboro, adakah yang berpikir sesuatu ketika melihat sebuah bangunan dengan kolonial yang berada di sebelah timur stasiun tugu Yogyakarta? Ya, bangunan dengan gaya kolonial tersebut dikenal dengan nama hotel tugu. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id Hotel tugu merupakan sebuah bangunan yang didirikan pada abad 20. Diduga pembangunanya dilakukan bersamaan dengan berkembangnya pertokoan yang ada di sepanjang jalan poros Tugu Pal Putih hingga titik nol kilometer. Hotel Tugu dikenal sebagai hotel terbaik pada masanya yang juga berfungsi sebagai restoran yang melayani orang-orang asing yang ada di Kota Yogyakarta, serta pelanggan pribumi dari kalangan keluarga Keraton Yogyakarta. Pada mulanya, hotel ini bernama Loose Gennootschap Grand Hotel de Djogja, kemudian berubah menjadi Naamloose Gennootschap Marba. Bangunan Hotel Tugu terdiri atas bangunan induk yang diapit dua bangunan pendukung. Ketiga bangunan berdenah persegi panjang, menghadap ke barat. Hotel Tugu memiliki ciri-ciri antara lain: bangunan induk pada sisi rumah bagian depan (fasad) dihias dengan balok bersusun yang simetris (stepped gable). Ciri-ciri khas gaya colonial dari bangunan ini memiliki ukuran pintu dan jendelanya yang besar dengan plafon yang tinggi agar pencahayaan serta sirkulasi udara cukup baik disesuaikan dengan iklim tropis. Kisah lain tentang Hotel Tugu adalah ketika terjadi Pendudukan Jepang di Kota Yogyakarta sekitar tahun 1942 -1945, Hotel Tugu digunakan sebagai markas militer Jepang. Pada masa Agresi Militer Belanda II Hotel ini juga sempat digunakan sebagai pusat markas perwira-perwira tentara Belanda. Salah satunya adalah ketika Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel D.B.A van Langen. Hal itulah yang juga mendasari para pejuang kemerdekaan pada saat Serangan Umum 1 Maret 1949, menjadikan Hotel Tugu sebagai salah satu sasaran strategis. Saat pascakemerdekaan sekitar tahun 1949 Hotel Tugu beberapa kali mengalami perubahan fungsi seperti pernah menjadi Hotel Tentara, kantor bank dan Kedaung Plaza. Sejarah panjang bangunan ini menjadi bagian penting yang perlu diketahui oleh generasi selanjutnya. Keunikan gaya bangunan dan letaknya yang berdekatan dengan Malioboro menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat asli maupun wisatawan yang ingin mengetahui sejarah Yogyakarta -- Kontributor : A. Pratiwi – Pembelajar Museum dan Budaya
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...