by museum|| 21 Oktober 2025 || || 179 kali
Batavia, merupakan kota yang didirikan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebuah Perusahaan Hindia Timur Belanda pada 1619. Kota ini memiliki sejarah panjang, awalnya wilayah ini bernama Jayakarta dengan pelabuhan kecil milik Kesultanan Banten. Jan Pieterzoon Coen menjadi tokoh utama yang melakukan penyerangan dan penghancuran Jayakarta. Pada akhirnya kota ini kemudian dibuah menjadi sebuah kota baru bernama Batavia. Kota ini dirancang menyerupai kota - kota di Belanda dengan berbagai komponen didalamnya seperti benteng pertahanan, kanal/parit, rumah pejabat dan kantor pemerintahan hingga rumah ibadah. Dalam perkembangan kota ini menjadi pusat perdagangan VOC di Asia Timur. Hal ini berdampak pada semakin beragamnya penduduk yang berinteraksi di Batavia. Penduduk yang berada di Batavia diantaranya adalah Belanda, Portugis, Cina, Arab, India dan Pribumi.
Selain terkenal sebagai pusat perdagangan, Batavia juga menjadi awal berkembangnya sebuah lembaga yang fokus pada penelitian dan ilmu pengetahuan. 24 April 1778, sejumlah orang Eropa yang berada di Batavia mendirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Lembaga ini merupakan Lembaga Kesenian dan Pengetahuan Belanda yang didirikan dengan tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Lembaga ini didirikan oleh Jacobs Cornelis Mattheus Radermacher dengan semboyan Ten Nutte van het Algemeen (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Berbagai benda arkeologi dan etnografi milik para kolektor mulai dikumpulkan di lembaga ini. Radermacher yang merupakan kolektor numismatik menyumbangkan koleksinya, disusul oleh Orsoy de Flines seorang kolektor keramik turut menyumbang koleksi pada lembaga ini. Raden Saleh Sjarif Bustaman yang dikenal sebagai pelukis dan budayawan melakukan perjalanan budaya ke beberapa kota di Jawa untuk mencari benda-benda arkeologi dan manuskrip yang masih dimiliki oleh keluarga-keluarga bumiputera untuk disumbangkan ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. F.W. Junghuhn salah satu ilmuwan penting masa Hindia Belanda yang fokus pada ilmu pengetahuan alam dan geografi ikut menyumbangkan temuan-temuan fosil mamalia. R.A.A. Kromojoyo Adinegoro seorang tokoh pribumi pendiri Oudheidkundige Vereeniging Madjapahit (OVM) juga tercatat sebagai anggota lembaga ini.

Setelah 84 tahun berdiri, lembaga ini kemudian merintis pembangunan gedung museum yang diberi nama Museum van Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Tokoh yang dianggap sebagai pelopor pendirian museum ini adalah Georg Eberhard Rumpf atau Rumphius. Hal ini menjadi pemantik akan pentingnya penelitian kebudayaan yang berdampak pada pendirian museum-museum di berbagai daerah. JCM Radermacher juga menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar sebagai tempat menyimpan koleksi. Namun dengan semakin bertambahnya koleksi rumah ini tidak mampu lagi menampung. Sehingga pada masa pemerintahan Inggris di Jawa, Letnan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles selaku direktur perkumpulan ini memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society. Hal ini juga tidak bertahan lama, dengan semakin banyaknya koleksi yang disumbangkan, Pada 1862, pemerintah Hindia-Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi Koningsplein West yang sekarang dikenal dengan Jalan Medan Merdeka Barat No. 12.
Karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah pada 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar Koninklijk sebagai makna kehormatan dan pengakuan resmi dari kerajaan Belanda atas jasa besar lembaga tersebut di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada 1931, sebagian koleksi museum diikutsertakan dalam Pameran Kebudayaan Dunia yaitu Paris Colonial Exposition di Paris. Siapa sangka dalam riuhnya pameran ini terjadi musibah kebakaran di ruang pameran. Salah satu paviliun yang terbakar adalah Paviliun Belanda yang terdapat koleksi yang dipamerkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Musibah telah memusnahkan stan pameran dan membakar semua benda yang ada. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen menerima uang asuransi sebagai ganti rugi atas musibah kebakaran itu.
Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada 26 Januari 1950. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi yang berkembang waktu itu. Dengan semangat semboyan barunya yaitu: Memajukan Ilmu-Ilmu Kebudayaan Yang Berfaedah Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kepulauan Indonesia Dan Negeri-Negeri Sekitarnya.
Hingga pada 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian berganti nama menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/O/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Saat ini Museum Nasional terdiri dari dua gedung yaitu gedung lama (gedung A/gedung gajah) yang dibangun 1862 dan gedung baru (gedung B/gedung arca) yang diresmikan pada 20 Juni 2007 oleh Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 Republik Indonesia. Pada 1987 koleksi Museum Nasional berupa naskah-naskah kuno dan buku-buku pustaka dipindah ke Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba Raya 28. Kemudian untuk koleksi seni rupa disimpan di Galeri Nasional di Jalan Medan Merdeka Timur 14. Hingga saat ini Museum nasional menyimpan lebih dari 196.000 koleksi benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari koleksi prasejarah, arkeologi, etnografi, geografi, sejarah, numismatik dan heraldik serta koleksi keramik. (cupmus)
-------
Kontributor : A. Pratiwi
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...