Sedekah Laut Poncosari

by admin|| 01 April 2012 || 19.684 kali

...

1)  Latar Belakang dan Komponen Upacara

Upacara Sedekah Laut di Poncosari ini berada di Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantui, Propinsi DIY. Dengan ibukota propinsi, desa tersebut berjarak sekitar 27 km ke arah Tenggara dan dengan ibukota kabupaten berjarak 17 km ke arah Tenggara juga. Desa ini dibagi menjadi 24 dusun, 52 RW, dan 122 RT. Ke-24 dusun tersebut diantaranya adalah Dusun Ngentak yang dipakai untuk upacara adat yaitu Sedekah Laut.

Desa Poncosari mempunyai wilayah seluas 11,86 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 11.807 jiwa dan KK-nya ada 2.724. Dengan melihat data yang ada itu, maka dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk rata-rata 996 jiwal/km2 dan 4,33 jiwa/KK. Dari penduduk sebesar itu sebagian besar adalah pemeluk agama Islam. Meskipun demikian mereka ini masih tetap melaksanakan upacara adat yang dilaksanakan oleh para pendahulunya, misalnya Upacara Sedekah Laut, Upacara Anggara Kasih, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan upacara ini akan diuraikan tentang nama upacara, tujuan upacara, cerita/mitos upacara, dan komponen upacara.

a)  Nama Upacara

Dalam upacara yang diadakan di Dukuh Ngentak, Desa Poncosari ini disebut Sedekah Laut. Karena masyarakat Ngentak mata pencahariannya sebagai nelayan, maka sedekah atau pemberian itu ditujukan kepada Sang Penguasa Laut. Mereka mempunyai harapan supaya para nelayan ini selalu diberi hasil yang banyak dan selalu diberi keselamatan.

b) Cerita / Mitos Upacara

Dalam Upacara Sedekah Laut ini yang akan dimitoskan adalah Kanjeng Ratu Kidul atau Nyai Roro Kidul yang merupakan dewi penjaga Laut Selatan. Beliau inilah yang menguasai Laut Selatan beserta isinya dan kondisi alanmya. Untuk itu supaya para nelayan ini selama di Laut Selatan dibebaskan dan segala mara bahaya yang mengancamnya seperti adanya ombak besar, angin besar, dan diberi penghasilan ikan yang melimpah perlu membuatkan sesaji setahun sekali (Suara Merdeka, 1983). Jadi adanya Sedekah Laut tersebut dimaksudkan sebagai rasa syukur nelayan atas diberi keselamatan dan penghasilan berupa ikan.

c)  Komponen Upacara

Dulu Upacara Sedekah Laut yang diadakan oleh para nelayan Dusun Ngentak, Desa Poncosari ini meliputi waktu, tempat upacara, penyelenggara upacara, peralatan dan sesaji.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini :

(1) Waktu dan Tempat Upacara

Upacara Sedekah Laut di Desa Ngentak, Desa Poncosari dilaksanakan setiap tahun sekali dan jatuh pada hari minggu pertama di bulan Syawal dan sudah berjalan secara turun temurun. Jadi misalnya lebaran pertama jatuh pada hari Rabu, maka pada hari Minggunya dilakukan Upacara Sedekah Laut. Pada tahun 2000 ini jatuh pada hari Minggu Wage tanggal 9 Januari 2000 maka sedekah laut jatuh pada hari Minggu tanggal 16 Januari 2000.

Menurut pemangku adat setempat, bahwa dipilihnya hari Minggu pertama di bulan Syawal itu dimaksudkan saudara-saudara atau anak cucu yang tinggalnya jauh dari Desa Poncosari masih berlibur di rumah orang tuanya sehingga bisa menyaksikan upacara tersebut.disamping itu karena hari Minggu merupakan hari libur, sehingga dapat menyemarakkan Pantai Pandan Simo. Dengan demikian dapat menambah income daerah karena banyak pengunjung yang kesana.

Mengenai waktunya mulai upacara adalah pukul 10.00 WIB dan kadang-kadang berakhir sampai pukul 14.00 siang. Dalam hal ini tergantung dari banyak sedikitnya acara. Selanjutnya untuk tempatnya, karena untuk memohon keselamatan kepada Sang Ratu Laut Kidul, maka harus berada di pantai, yaitu di Pantai Pandan Simo dan menghadap ke Selatan dimana Sang Ratu Kidul berada. Berhubung di dekat situ terdapat petilasan.

(2) Penyelenggara Upacara

Pada jaman dahulu penyelenggara upacara adalah masyarakat nelayan yang tinggal di Desa Ngentak, Desa Poncosari. Pada waktu itu setiap rumah mengadakan kenduri/selamatan sendiri-sendiri. Dan biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak. Pada tahun 1985 para nelayan tersebut saling berembuk bagaimana kalau Upacara Sedekah Laut tersebut dijadikan satu saja dan dikoordinir. Akhirnya musyawarah tersebut disetujui dan mulai tahun itu pula Upacara Sedekah Laut digabung menjadi satu. Dalam hal ini yang menangani adalah warga nelayan yang tinggal di Dusun Ngentak dengan dibantu aparat Desa Poncosari sebagai panitia.

Mengenai pembiayaan upacara, segala sesuatunya dahulu ditanggung oleh para nelayan dengan cara setiap hari iuran di TPI. Di tempat tersebut sudah ada bendahara yang mengurusi potongan-potongan untuk kegiatan upacara. Narnun setelah berjalan dua tahun setiap upacara diberi bantuan uang sekitar Rp 400.000,-

Seperti telah disebutkan bahwa dulu pelaksanaan upacara yang menangani adalah para nelayan dan Dusun Ngentak. Mereka ini ada seorang yang bertugas untuk melabuh sesaji itu ke tengah laut. Menurut pemangku adat, bahwa orangnya itu harus pilihan yaitu seorang yang handal. Kemudian yang bertugas memasak adalah ibu-ibu istri nelayan tersebut. Mengenai tempat untuk masak secara bergantian, yaitu kalau dulu di RT 01, maka sekarang pindah di rumah warga RT 02, dan sebagainya. Selanjutnya pada saat upacara yang hadir adalah bapak-bapak nelayan warga Ngentak tersebut, para tamu undangan, pengunjung, dan sebagainya.

Sedang panitia dari aparat desa kecamatan adalah sebagai among tamu dan ada diantara pejabat tersebut memberi sambutan.

Setelah acara sambutan selesai kemudian diadakan acara pembakaran kemenyan dan berdoa oleh mBah Cokro - Juru Kunci petilasan HB VII. Sebelum membakar kemenyan terlebih dahulu mBah Cokro duduk bersila menghadap ke laut lalu menyembah dan dilanjutkan dengan pembakaran kemenyan. Setelah selesai lalu berdoa bersama dipimpin oleh juru kunci.

 (3) Peralatan dan Sesaji

Dalam upacara ini peralatan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

  Perahu tempel, perahu ini bermesin tempel yang nantinya dipakai untuk membawa sesaji yang akan dilabuh ke tengah laut.

  Ancak, terbuat dan belahan bambu yang dianyam dengan bentuk segi empat. Alat ini biasa dipakai untuk tempat/alas sesaji.

  Jodhang, biasanya terbuat dari kayu yang dibuat empat persegi panjang. Tempat ini biasa dipakai untuk mengangkut sesaji yang akan dibawa ke pesisir.

• Tampah/tambir, alat ini bentuknya bulat yang terbuat dan anyaman bambu dan dipakai

untuk tempat membawa sesaji.

  Pengaron, alat ini dibuat dan tanah liat dan dipakai untuk tempat nasi.

   Takir, alat ini dibuat dan daun pisang yang dibentuk lalu pada kedua ujungnya diberi janur atau daun nyiur muda. Alat ini dipakai untuk tempat jenang-jenang yang akan dipakai untuk sesaji.

  Ceketong, terbuat dan pecah belah yang dipakai piring dan sendok untuk tempat makan dan menciduknya. Kalau ceketong ini hanya terbuat dan daun pisang.

 Kemudian untuk sesajinya ada bermacam-macam, yaitu :

1)      Sesaji yang khusus diperuntukkan Kanjeng Ratu Kidul yang nantinya dilabuh.

2)      Bunga Telon, bunga ini bermacam-macam, ada mawar, melati, kantil, kenanga dan sebagainya yang semuanya harum.

3)      Alat-alat kecantikan khusus wanita meliputi bedhak, sisir, minyak wangi, pensil alis, dan sebagainya yang sernuanya harum baunya.

4)      Pakaian sak pengadek atau lengkap wanita, ada bajuAain, celana, BH, kebaya yang semuanya harus baru.

5)      Jenang-jenangan,ada jenang merah,putih,hitam,palang katul,dan sebagainya.

6)      Jajan pasar, yaitu makanan kecil-kecilan seperti kacang, lempeng, slondok, dan sebagainya yang sernuanya dibeli di pasar.

7)      Nasi udhuk atau nasi gurih, beras yang dimasak bersama santan, garam, dan sebagainya dan setelah masak rasanya gurih.

8)      Ayam ingkung, ayam jantan yang dimasak utuh dengan kedua kaki dan sayap diikat. Ayam ini setelah masak rasanya gurih.

9)      Pisang sanggan, pisang yang dipilih adalah pisang raja yang kualitasnya nomer satu. Maksudnya tua betui dan tidak cacat. Disamping itujumlahnya harus genap.

10)  Pisang raja pulut, ini merupakan gabungan dan sesisir pisang raja dan sesisir pulut.

11)  Lauk pauk, terdiri dari rempeyek, knipuk, kedelai, tanto dan sebagainya.

12)  Lalapan, terdiri dari kol, tirnun atau buncis yang dirajang-rajang halus.

 2) Jalannya/Prosesi Upacara

Dalam Upacara Sedekah Laut ini semua kegiatan di laut dihentikan. Mereka bersiap-siap untuk mengikuti prosesi upacara. Pada malam menjelang hari H-nya diadakan tahlilan yang dipimpin oleh Rais atau Kaur wilayah Dusun Ngentak. Setelah itu pagi hari barang-barang yang dimasak untuk persiapan sesaji mulai diatur di tempat yang telah disiapkan, mereka ini yang mengatur adalah ibu-ibu dan kemudian dicek kelengkapannya oleh Pemangku Adat. Di lain pihak, bapak-bapak yang akan mengikuti prosesi siap memakai pakaian kejawen, sedang Tekong yang bertugas untuk melabuhkan sudah siap dengan pakaian melaut yang dilengkapi dengan pelampung. Perlu diketahui bahwa masyarakat pedusunan Ngentak ini tiap-tiap RT sudah mempunyai seragam tersendiri, misalnya warga RT 01 seragamnya bunga-bunga merah, warga RT 02 bunga-bunga kuning dan sebagainya. Seragam ini dipakai setiap ada kegiatan di kampung dan setiap ada Upacara Sedekah Laut.

Menjelang pukul 10.00 WIB, jodhang beserta sesaji yang lain mulai diusung dibawa ke pesisir dengan diiringi teberapa barisan yang berseragam dari RT di wilayah Ngentak.

Sesampai di sana telah diterima oleh panitia yang bertugas. Namun sebelum itu terlebih dahulu Juru Kunci sudah datang ke Petilasan HB VII untuk membakar kemenyan dan memohon doa restu atau istilahnya amit-amit.

Setelah pukul 10.00 WIB acara dimulai dan dibuka oleh ketua panitia yaitu Pak Kades Poncosari. Sesudah itu acara sambutan-sambutan baik dari pejabat kabupaten atau kecamatan atau dinas dan dilanjutkan dengan puncak acara Sedekah Laut, yaitu melabuh barang sesaji ke tengah laut oleh seorang Tekong yang bertugas. Dulu acara ini berlaku bagi para undangan atau peserta menikmati hidangan yang telah disediakan oleh panitia atau warga masyarakat Desa Ngentak. Setelah itu acara selesai dan ditutup dengan doa bersama oleh Rais atau Juru Kunci.

Dengan demikian selesailah Upacara Sedekah Laut.

 3)  Makna/Simbol

Semua barang yang dipakai untuk Upacara Sedekah Laut itu semuanya adalah mempunyai makna sebagai persembahan puji sylikur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa lantaran Kanjeng Ratu Kidul sebagai penjaga Laut Selatan atas keselamatan dan penghasilan mereka dalam mencari ikan di Segoro Kidul atau Laut Selatan. Berbagai sesaji itu mempunyai makna/lambang tersendiri diantaranya:

-          Pisang sanggan mempunyai makna bahwa raja atau ratu merupakan orang yang paling atau tidak ada di atasnya lagi.

-          Pisang raja pulut bermakna sebagai pengikut, supaya tetep, lengket, kelet, sehingga hubungan antara raja dengan rakyat itu tetap abadi dan melekat.

-          Jenang palang yaitu jenang merah putih diberi silang atau palang adalah supaya masyarakat Ngentak dalam mencari nafkah tidak ada yang menghalang-halangi.

-          Jenang merah putih mengandung makna bahwa manusia itu ada yang menurunkannya atau mencetak, maksudnya merah untuk ayah dan putih untuk ibu.

-          Jenang hitam, bermakna untuk persembahan kepada saudara atau pertapaan atau kakang kawah adi ari-ari.

-          Nasi ameng, bermakna supaya mendapat keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.

-          Nasi rasulan/udhuk, bermakna junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

-          Ayam ingkung kelengkapan dari rasulan, jadi maknanya ditujukan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Ayam tersebut harus yang bagus belum pemah diadu, tidak cacat, jenggernya panjang, dan sebagainya.

-          Air tawar yang ada dalam kendi mempunyai makna keselamatan.

-          Alat kecantikan dan pakaian wanita yang dilabuh mempunyai makna bahwa peralatan tersebut merupakan kesukaan para wanita untuk berdandan. Jadi itu semua ditujukan pada Kanjeng Ratu Kidul atau Nyai Ratu Kidul untuk berdandan atau bersolek.

-          Bunga sebagai simbol permohonan dari keharuman.

 4)  Perubahan dan Komentar

Adanya Upacara Adat Sedekah Laut yang dilakukan masyarakat Ngentak, Desa Poncosari terdapat perubahan di sana-sini, baik dari sesaji maupun prosesi upacara. Dari segi proses kalau dahulu masyarakat melaksanakan upacara selamatn/kenduri di rumah masing- masing, sehingga suasananya kurang meriah. Namun setelah 15 tahun berjalan, upacara ini dilakukan oleh kelompok sehingga suasananya tampak lebih meriah dan dianggap lebih mengena. Apalagi dengan adanya bantuan dari Diparda, maka dapat menyemarakkan suasana.

upacara karena sekarang ini dalam upacara diiringi acara kesenian seperti Salawatan, Jathilan, dan sebagainya.

Kalau dahulu Upacara Sedekah Laut yang hadir hanya warga masyarakat setempat, tetapi sekarang dengan mengundang para pejabat dan tamu undangan sehingga dapat dikemas menjadi asset wisata. Mengenai tempat upacara sekarang langsung dapat menarik para pegunjung.

Komentar dari narasumber perlu upacara ini tetap dilestarikan dan perlu adanya pembinaan dari instansi terkait. Guna mengembangkan kegiatan kesenian perlu adanya tambahan dana dari instansi terkait.

 

 

 

 

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta