Upacara Kupatan Jolosutro

by admin|| 01 April 2012 || 12.447 kali

...

Upacara adat ini terletak di desa Srimulyo, Piyungan Bantul, bertempat di makam Sunan Geseng yang terletak di dusun Jolosutro.
Menurut legenda rakyat setempat pada waktu permaisuri Pangeran Sedo Krapyak atau Mas Jalang mengandung beliau mengidamkan ikan yang bersisik emas atau dikenal dengan nama wader neng sisik kencana, oleh karen sulitnya mencari ikan tersebut lalu diadakan sayembara. Ada seorng yang menyanggupi mengikuti sayembara yaitu Sunan Geseng. Sunan Geseng mengajukan syarat agar disediakan benang sutra untuk digunakan sebagai jala, karena ikan tersebut hanya bisa ditangkap dengan jala terbuat dari benang sutra, akhirnya sayembara itu dimenangkan dan tempat untuk membuat jala itu kemudian diberi nama Jolosutro.
Sebagai tanda terima kasih atas jasa Sunan Geseng ia diangkat memjadi sesepuh kerajaan dan dimintanya tinggal di kerajaan. Akan tetapi Sunan Geseng menolaknya ia memiliki tetap toinggal di Jolosutro. Di jolosutro ia semakin berpengaruh dan segala macam kegiatan selalu minta pertimbangannya. Sejak jaman Sunan Geseng masih hidup, masyarakat jolosutro pada setiap tahunnya selalu melaksanakan upacara rasul;an setiap habis panan padi. Pada dsaat upacara rasulan berlangsung banyak tamu yang datang bahkan juga termasuk dari Kraton . Untuk menjamu tau dari Kraton dalam setiap upacara selalu dihidangkan makanan yang bukan termasuk sesaji yaitu berupa ketupat berikut lauk pauknya. Namum tidak seperti ketupat pada umumnya ketupat Jolosutro dibungkus dengan daun gebang dan ukurannya lebih besar yaitu 15 x 15 cm sampai 356 x35 cm .Sedangkan cara mengolahnya berbeda dengan ketupat biasa sehingga rasanya juga lain, lauk pauknya pun berupa gudheg manggar . Ketupat rasulan ini menjadi hidangan khas pada upacara rasulan di Jolosutro sampai sekarang.
Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan karunianya sehingga hasil pertaniannya bisa berhasil dengan baik ,disamping itu juga mihon berkah agar hasil pertanian yang akan datang bisa lebih baik dari tahun kemarin. Disamping itu juga mendoakan kepada nabi Muhammad SAW dan para leluhur termasuk Sunan Geseng agar diberi selalu rahamat dan berkah.
Upacara kupatan Jolosutro dilaksanakan sesudah masa panen padi , hari senin legi bulan Sapar. Namun karena waktu panen mengalami perubahan untuk bulan tidak mesti bulan Sapar dan nama pasaran juga tidak mesti legi asal bukan Pon, sedangkan tanggalnya berdasarkan pedoman penanggalan jawa yaitu tanggal 10 s.d. 15 saat menjelang bulan purnama. Puncak acara dilaksanakan pada siang hari antara pukul 14.00 - 16.00 wib.

Peralatan Upacara.
Sesaji merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pelaksanaan upacara tradisional . Adapun sesaji dalam upacara Kupatan Jolosutro adalah :


a. Untuk Nyekar.
- Bunga rasulan/
Bunga telon : Bunga yang terdiri dari mawar, melati, kenanga, melambangkan
keharuman doa yang keluar dari hati tulus dan bau harum melambangkankemuliaan.
- Kemenyan : Sarana permohonan pada waktu orang berdoa. Kemenyan yang
dipakai akan menimbulkan asap yang berbau harum.
b. Untuk Kenduri.
- Nasi ambeng : Nasi putih biasa dengan rangkaian lauk pauk seperti sambal
goreng, semur, gudheg, rempeyek, tempe bakar dsb. Nasi ambeng ini sebagai simbul permohonan kepada Tuhan agar arwah para leluhur diampuni Tuhan.
- Nasi Gurih : Nasi putih yang diberi santan, garam dan daun salam sehingga
rasanya gurih. Nasi ini sebagai simbul permohonan keselamatan kepada Nabi Muhammad Saw beserta sahabat-sahabatnya.

- Ingkung : Ayam yang dimasak secara utuh diberi bumbu tidak pedas dan
santan ingkung melambangkan bayi yang masih suci belum mempunyai kesalahan. Ingkung juga melambangkan kepasrahan pada Tuhan.
- Jajan Pasar : Sesaji yang terdiri dari bermacam-macam makanan yang dibeli
di pasar. Jajan pasar bernakna suatu harapan agar warga masyarakat dusun Jolosutro memperoleh berkah dari Tuhan.
- Hasil Palawija : Bermacam-macam hasil pertanian masyarakat yang terdiri dari
ketela pohon, ubi-ubian, jagung, padi, dsb. Hasil palawija ini melambangkan penghormatan masyarakat Jalasutra terhadap para leluhur.
- Rengginan : Ketan dimasak/dikukus dan diberi bumbu secukupnya, setelah
dimasak diberi gula kelapa, lalu dicetak berbentuk segitiha dengan ukuran penjang sisinya 3 cm dan lebar dasarnya 20 cm. Rengginan yang berbentuk melengkung dengan bintang-bintang di sisi yang melengkung ke dalam melambangkan bentuk sakral. Rengginan segitiga menggambarkan orang duduk bersila memohon kepada Tuhan.
- Puthu kering : Makanan yang dibuat dari beras ketan kemudian digoreng
hingga berwarna hitam. Selanjutnya ditumbuk dan diberi gula jawa, dicetak bulat-bulat dengan cangkir atau mangkuk kecil. Puthu kering hitam melambangkan kulit Sunan Geseng yang hitam legam. Ketan mempunyai makna bahwa Sunan Geseng selalu melekat di hati masyarakat Jolosutro.
- Ketan enthen-enthen : Makanan yang dibuat dari ketan yang dimasak seperti membuat
jadah, tetapi dicampur dengan parutan kelapa dan diberi gula kelapa.
- Ketupat : Melambangkan agar masyarakat pendukung upacara
mengharapkan agar persatuan, kesatuan, kesadaran dan kegotong royongan akan tetap terpelihara dengan baik.
- Jodhang : Tempat untuk menempatkan sesaji kenduri seperti nasi, ambeng,
nasi gurih, ingkung, jajan pasar, hasil polowijo, rengginan, ketan enten-enten. Jodhang ini dibuat dari kayu berukuran 1,5 m x 1 m dan tingginya kurang lebih 75 cm.
a. Untuk kenduri.
Nasi ambeng.
b. Untuk kenduri di makam Prayan.
Nasi ambeng.

Prosesi Upacara.
Pada hari senin legi setelah sholat dhuhur jodhang-jodhang yang berisi sesaji kenduri dari berbagai RT di wilayah dusun Jolosutru dibawa berkumpul di lapangan Jolosutro .Setelah segala sesuatunya siap kemudian secara bersama - sama jodhang - jodhang tersebut dibawa menuju tempat upacara di makam Sunan Geseng. Arak -arakan jodhang menuju tempat upacara diikuti oleh para warga pendukungnya dan diiringi dengan kesenian rakyat jathilan, selanjutnya jodhang - jodhang tersebut ditata dengan rapi.
Pukul 14.00 acara dimulai dengan diawali sambutan Kepala Desa Srimulyo yang berisi maksud dan tujuan upacara adalah ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Camat Piyungan.
Acara inti diawali dengan pembacaan ikrar yang diucapkan oleh juru kunci makam Sunan Geseng, isi ikrar tersebut merupakan ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan sehingga masyarakat bisa memetik hasik pertanian dengan baik dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh kaum, setelah selesai dilanjutkan dengan makan bersama dari sesaji kenduri yang telah disediakan berupa nasi ameng, nasi gurih beserta lauk pauknya serta hasil palawijo, jajan pasar, rengginan dan enten - enten.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta