Upacara Rasulan / Bersih Desa Wukirsari, Imogiri

by admin|| 01 April 2012 || 9.781 kali

...

Desa Wukirsari merupakan salah satu desa di Kecamatan Imogiri, Kecamatan ini memiliki banyak peninggalan sejarah khususnya peninggalan bersejarah pada masa Islam seperti makam raja-raja Mataraman dan makam Giriloyo. Makam tersebut terletak di atas bukit dan oleh penduduk sering disebut dengan Gunung Girilaya. Diatas gunung tersebut terdapat sebuah makam lama yaitu makam panembahan Juminah yang hidup pada masa Pemerintahan Sultan Agung. Selain itu juga ada kuburan rakyat dan sebuah masjid lama. Menurut sejarahnya masjid Girilaya ini didirikan pada masa Hamengku Buwono I tahun 1788. Dengan demikian antara masjid dan makam diperkirakan makamnya lebih awal berdiri. Di dalam makan disemayamkan jasad Kangjeng Pangeran Juminah putra dalem Senopati, Kangjeng Pangeran Haryo Mangkubumi, Kangjeng Pangeran Harya Sokawati, Kangjeng Pangeran Martasana, Seda Timur, Kangjeng Ratu Hadi (Ibu Sultan Agung), Raden Tumenggung Haryawangsa, Putra Mangkubumi Seda Timur, Kangjeng Ratu Pangayom Garwo Dalem Tegalarum, Kyai Jurukiting, Ngabehi Ler, Pangeran Haryo Broto, Raden Adipati Banyuwangi, Tumenggung Hanggabai, Tumenggung Wiroguno dan Kangjeng Sultan Cirebon.
Upacara rasulan/bersih dusun dimaksudkan untuk mengenalkan dan menghormati Kangjeng Pangeran Juminah yang merupakan Bapa Paman Sultan Agung dan Kangjeng Sultan Cirebon yang oleh penduduk dikenal sebagai penyebar agama Islam. Oleh sebab itu aktivitas upacara selalu berada di kompleks masjid.

Maksud dan Tujuan Upacara.
Maksud dan tujuan penyelenggaraan upacara Rasulan/bersih dusun adalah mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada Tuhan yang maha Esa. Mereka merasa bahwa sang pencipta telah memberikan hasil panen yang cukup melimpah pada para petani selama satu tahun. Di samping itu masyarakat dusun cengkehan juga berharap agar panen-panen yang akan datang jauh lebih baik dari tahun kemarin. Mereka juga berharap agar dijauhkan dari godaan-godaan yang bisa menggagalkan panennya.

Waktu dan Tempat Upacara.
Upacara rasulan ini dilaksanakan sesudah bulan purnama, sedang harinya berubah-ubah. Pada prinsipnya dalam melaksanakan upacara itu mereka mengambil hari legi atau wage menurut kalender jawa. Adapun tempat upacara adalah di masjid Giriloyo, Imogiri.


Perlengkapan Upacara.
Meskipun suasana Islami sangat mewarnai aktivitas upacara, namun juga tidak meninggalkan unsur-unsur sesaji meskipun sesaji yang bertentangan dengan agama mulai ditinggalkan. Adapun sesaji tersebut berupa :
- Nasi ambeng
dan lauk pauknya : Nasi putih biasa dengan rangkaian lauk pauk yang dibungkus
dengan daun pisang. Nasi ambeng ini melambangkan permohonan kepada Tuhan agar arwah para leluhur diampuni Tuhan.
- Nasi Tumpeng : Nasi putih berbentuk kerucut (gunung) tanpa lauk-pauk, gunung
yang berbentuk kerucut itu menurut kepercayaan tradisional adalah trmpat tinggal dewa atau makhluk yang sangat dihormati. Tumpeng itu melambangkan seluruh pengharapan kepada Tuhan agar supaya permohonananya dapat terkabul.
- Nasi Gurih/wuduk : Nasi putih yang diberi santan, garam dan daun salam sehingga
setelah dimasak rasanya gurih. Nasi ini melambangkan suatu permohonan keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw beserta sahabat-sahabatnya serta bagi penyelenggara dan peserta upacara.

- Ingkung : Ayam yang dimasak secara utuh diberi bumbu tidak pedas dan
santan. Ingkung melambangkan manusia yang masih bayi, belum mempunyai kesalahan atau masih suci. Kecuali itu ingkung juga melambangkan kepasrahan pada Tuhan.
- Jadah, tumpak, gula jawa, pisang raja, kembang, boreh.
- Jajan Pasar : Sesaji yang terdiri dari bermacam-macam makanan yang dibeli
di pasar. Jajan pasar bernakna suatu harapan agar warga masyarakat dusun Cengkehan selalu memperoleh berkah dari Tuhan sehingga hidupnya selalu mendapatkan kelimpahan dalam mengerjakan sawahnya.
Disamping sesaji tersebut masih ditambah lagi dengan gunungan yang disediakan oleh warga RT masing-masing. Gunungan ini terbuat dari hasil bumi warga setempat berupa buah-buahan.

Prosesi Upacara.
Sebelum puncak acara dimulai, diadakan berbagai kegiatan antara lain slawatan, rodat dam maulut. Kegiatan kesenian ini selain menggunakan alat musik juga dilengkapi dengan penari, jumlah personil kira-kira 20-3- orang. Di dalam kesenian tersebut selain merupakan hiburan tetapi juga ada bagian-bagian yang dianggap sakral. Maulut dan rodat dianggap sebagai bagian yang sakral karena tembang yang dilantunkan berisi puji-pujian yang mengagungkan nama Allah dan kebesaran Nabi Muhammad Saw khususnya sejarah Nabi. Penari dalam kesenian ini dinamakan ledek. Tempat penampilan penari dibedakan, rodat dibangsal Majid, Maulut di serambi masjid. Kesenian itu tampil secara bergantian. Maulut ini merupakan kesenian yang dianggap suci, sedangkan slawat dianggap hiburan semata. Kadang-kadang dalam slawat diselipkan ajaran Pancasila.
Pada pagi harinya diadakan kenduri dengan besekan sambil minum dawet. Ujub kenduri dipimpin oleh seorang rais yang pada pokoknya memohon kepada Tuhan agar segala permohonannya juga diadakan tahlilan. Setelah acara pokok selesai, maka warga setempat mendapat nasi kenduri dalam besek lengkap dengan lauk-pauknya. Sisa dari makanan pesta dibagikan kepada fakir miskin.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta