Upacara Nyadran Wijirejo, Pandak

by admin|| 01 April 2012 || 9.551 kali

...

Upacara Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Wijirejo merupakan upacara untuk menghormat para leluhur yang telah meninggal terutama kepada Panembahan Bodo .
Panembahan Bodo oleh masyarakat dianggap sebagai cikal bakal mereka sehingga sangat dihormati. Panembahan Bodo menurut cerita yang beredar di masyarakat merupakan tokoh keturunan bangsawan Majapahit , beliau merupakan cicit Prabu Brawijaya V .Raden Trenggono merupakan putra Raden Kusen , seorang adipati Terung . Raden Kusen putra Raden Aryo Damar dengan Dorowati seorang putri cina yang cantik jelita , sedang Raden Aryo Damar merupakan putra Prabu Brawijaya V , Raja Majapahit.

Diceritakan pada suatu hari Raden Trenggono mendapat sindiran dari kerabatnya agar ia segera mempersiapkan diri untuk menggayuh kemuliaan dan keluhuran untuk mencapai kaswargan . Ada pula yang memberikan nasehat seperti diatas secara terang - terangan .Pada suatu hari Raden Trenggono berjalan menelusuri sungai hingga sampailah pada sebuah hutan wijen dan bertemu dengan seorang yang gagah dan tampan. Melihat sosok orang tersebut Raden Trenggono timbullah keinginannya agar dapat menatap dan berbicara dengannya , namun karena begitu saktinya orang tersebut menyelinap dan menghilang dari pandangan Raden Trenggono ,orang tersebut tidak lain adalah Sunan Qadle atau Sunan Kalijaga. Karena Raden Trenggono berkeinginan mempunyai kesaktian dan ilmu seperti Sunan Kalijaga , maka ia mengabdi kepada Ki Ageng Gribig di Temanggung . Di Temanggung Raden Trenggono semakin tinggi tekadnya untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama Islam. Akhirnya ia diambil menantu oleh Ki Ageng Gribig dan mendapat tugas untuk menyiarkan agama Islam . Raden Trenggono ketika berjumpa dengan Sunan Kalijaga merasa masih bodoh , sehingga bergelar Panembahan Bodo , akhirnya beliau meninggal dunia dan dimakamkan di Pasarean Sewu atau Makam Sewu

Maksud dan tujuan
Kegiatan upacara ini dimaksudkan untuk menghormati para leluhur yang sudah meninggal dan mendoakan agar dosa - dosanya diampuni Tuhan sehingga mendapat tempat disisinya , disamping itu agar yang ditinggalkan selalu mendapat keselamatan , murah rejeki dan sandang pangan.

Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di makam Sewu setelah tanggal 20 ruwah . Upacara Sadranan dilaksanakan sebanyak tiga kali , upacara pertama dilaksanakan pada hari minggu dimulai pukul 20.30 WIB di Los makam Sewu , upacara kedua pada hari senin pukul 08.00 Wib di dalam cungkup Panembahan Bodo , upacara ketiga pada hari senin siang pukul 14.00 WIB yang merupakan puncak acara Sadranan . Kegiatan ini dilaksanakan di Pendopo / Bangsal Panembahan Bodo.

Perlengkapan Upacara
Pada upacara pertama dan kedua hidangan yang disediakan hanya konsumsi biasa sedangkan pada upacara ketiga berupa tumpeng , nasi wuduk dan nasi ambeng yang masing - masing beserta rangkaiannya .
Adapun rangkaian perlengkapan sebagai berikut :

a. Tumpeng : Nasi putih berbentuk kerucut ( gunung ) tanpa lauk pauk ,
melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan supaya
permohonannya terkabul.
b. Nasi Gurih / Wuduk : Nasi putih diberi santan , garam dan daun salam sehingga
rasanya gurih , nasi ini juga disebut nasi rasul karena nasi ini
merupakan lambang permohonan keselamatan dan kesejahteraan
Nabi Muhammad SAW , para sahabat dan bagi penyelenggara
dan peserta upacara
c. Nasi Ambeng : Nasi ambeng ini disertai lauk pauk , dan dibungkus dengan daun
pisang . Nasi ini disediakan oleh warga masyarakat
d. Ingkung : Ayam yang dimasak secara utuh diberi mumbu tidak pedas dan
santan . Ingkung melambangkan manusia ketika masih bayi
belum mempunyai kesalahan atau masih suci . Ingkung juga
melambangkan kepasrahan kepada Tuhan
e. Bunga : Bunga terdiri dari bunga mawar , melati dan kenanga . Bunga ini
melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati yang tulus ,
kecuali itu bau harum mempunyai makna kemuliaan
f. Pisang Raja : Melambangkan suatu harapan agar kelak kemudian hari warga
masyarakat desa Wijirejo hidupnya selalu bahagia seperti raja
g. Kemenyan : Merupakan sarana permohonan pada waktu orang mengucapkan
dopa , kemenyan yang dibakar akan menimbulkan asap berbau
harum
h. Jajan Pasar : Sesaji yang terdiri dari bermacam - macam makanan yang dibeli
dari pasar , bermakna suatu harapan agar warga masyarakat desa
Wijirejo selalu memperoleh berkah dari Tuhan sehingga
hidupnya selalu mendapatkan kelimpahan dalam mengerjakan
sawahnya
i. Ketan : Berasal dari kata Khotan yang artinya kesalahan
j. Kolak : Berasal dari Qala yang artinya mengucapkan
k. Apem : Berasal dari kata Aquwam yang berarti ampun . Ketan , kolak
dan apem ini merupakan satu rangkaian yang bila diartikan
secara keseluruhan berarti jika merasa salah cepat - cepatlah
mengucapkan mohon ampun

Prosesi Upacara
Upacara Nyadran dilakukan tiga tahap yaitu dimulai hari minggu pahing malam , Senin Pon pagi dilanjutkan Senin Pon siang yang merupakan puncak upacara . Pada hari Senin Pon ini dipilih sebagai puncak upacara karena merupakan hari wafatnya Panembahan Bodo . Peserta upacara bukan hanya diikuti oleh warga Wijirejo saja tetapi juga masyarakat luar Wijirejo bahkan dari luar kota.
Pada upacara tahap ketiga ini kegiatan yang dilakukan selain tahlilan juga diadakan kenduri , tabur bunga dan pemotongan tumpeng . Pada tahap ini selain dihadiri warga masyarakat juga tamu undangan antara lain Bupati Bantul yang juga dimohon untuk memberikan sambutan.
Seperti upacara tahap pertama dan kedua upacara tahap ketiga ini dimulai dengan mengumandangkan ayat - ayat suci Al Qur'an , diteruskan dengan sambutan ketua panitia penyelenggara setelah itu dilanjutkan sambutan Bupati bantul.
Setelah selesai acara tahlil dilanjutkan kenduri lengkap dengan sesajinya . Perlengkapan sesaji ini sebelumnya dikumpulkan di Masjid Kauman Wijirejo , lalu diarak keliling desa untuk selanjutnya dibawa ke Makam Sewu. Setelah acara doa kenduri atau ujub selesai kemudian dilanjutkan dengan tabur bunga dan diteruskan dengan pemotongan tumpeng dilanjutkan membagi - bagikan kenduri kepada peserta undangan dan masyarakat umum.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta